tag:blogger.com,1999:blog-64818388308183299242024-02-08T01:50:55.490-08:00Kumpulan Tugas KebidananIntan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.comBlogger19125tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-56344602219350390702011-09-30T20:10:00.001-07:002011-09-30T20:10:29.843-07:00NORPLANT
Sinonim : Alat kontrasepsi bawah kuliat (AKBK), Implant, KB susuk.
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung lenovorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan di bawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonrogestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgesrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgesrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau pil kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif.
Mekanisme kerja
1. Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
Efek kontraseptif Norplant yang merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut di atas. Daya guna norplant cukup tinggi. Kepustakaan melaporkan kegagalan norplant antara 0,3 – 0,5 per seratus tahun wanita.
Kelebihan norplant antara lain adalah cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikkan tekanan darah, risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita dapat menjadi hamil kembali.
Efek samping Norplant antara lain adalah gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah (metrorrhagia), amenorea; mual-mual, anoreksi, pening, sakit kepala, kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan, timbulnya akne, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB.
Indikasi
1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR.
2. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.
Kontraindikasi
1. Kehamilan atau disangka hamil,
2. Penderita penyakit hati,
3. Kanker payudara,
4. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis),
5. Varikosis,
6. Riwayat kehamilan ektopik,
7. Diabetes mellitus,
8. Kelainan kardiovaskular.
Waktu pemasangan
Waktu yang paling baik untuk oemasangan Norplant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan.
Keenam kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel ditanamkan pada lengan kiri atas (atau pada lengan kanan atas akseptor yang kidal) lebih kurang 6 – 10 cm dari lipatan siku.
Pengangkatan / ekstraksi
Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi :
1. Atas permintaan akseptor (umpama mau hamil lagi),
2. Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa,
3. Sudah habis masa pakainya,
4. Terjadi kehamilan.
SUMBER DATA : ILMU KANDUNGAN, P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008
KONTRASEPSI IMPLAN
Profil
• Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon.
• Nyaman.
• Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi.
• Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
• Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut.
• Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea.
• Aman dipakai pada masa laktasi.
Jenis
• Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
• Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
• Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara Kerja
• Lendir serviks menjadi kental.
• Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
• Mengurangi transportasi sperma.
• Menekan ovulasi.
Efektivitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).
Keuntungan Kontrasepsi
• Daya guna tinggi.
• Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
• Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
• Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
• Bebas dari pengaruh estrogen.
• Tidak mengganggu kegiatan bersenggama.
• Tidak mengganggu ASI.
• Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
• Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Keuntungan Nonkontrasepsi
• Mengurangi nyeri haid.
• Mengurangi jumlah darah haid.
• Mengurangi / memperbaiki anemia.
• Melindungi terjadinya kanker endometrium.
• Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
• Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggung.
• Menurunkan angka kejadian endometriosis.
Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
• Nyeri kepala.
• Peningkatan / penurunan berat badan.
• Nyeri payudara.
• Perasaan mual.
• Pening / pusing kepala.
• Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
• Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
• Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
• Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
• Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat).
• Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).
Yang Boleh Menggunakan Implan
• Usia reproduksi.
• Telah memiliki anak ataupun yang belum.
• Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
• Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
• Pascapersalinan dan tidak menyusui.
• Pascakeguguran.
• Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
• Riwayat kehamilan ektopik.
• Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell).
• Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
• Sering lupa menggunakan pil.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan
• Hamil atau diduga hamil.
• Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
• Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
• Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
• Miom uterus dan kanker payudara.
• Gangguan oleransi glukosa.
Waktu Mulai Menggunakan Implan
• Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
• Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
• Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
• Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
• Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
• Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
• Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat diberikan pada saat jadual kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
• Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
• Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien juga jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
• Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan.
Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-12946488880989411712011-09-22T19:18:00.000-07:002011-09-22T19:18:36.375-07:00ANEMIA DALAM KEHAMILAN
A. PENGERTIAN ANEMIA
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2002).
B. ETIOLOGI TERJADINYA ANEMIA
Menurut Mochtar (1998), disebutkan bahwa penyebab terjadinya anemia adalah :
1. Kurang Gizi (Mal Nutrisi)
Disebabkan karena kurang nutrisi kemungkinan menderita anemia.
2. Kurang Zat Besi Dalam Diet
Diet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat membuka kemungkinan menderita anemia karena diet.
3. Mal Absorbsi
Penderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita anemia. Bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.
4. Kehilangan banyak darah : persalinan yang lalu, dan lain-lain
Semakin sering seorang anemia mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamian akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.
5. Penyakit-Penyakit Kronis
Penyakit-penyakit kronis seperti : TBC Paru, Cacing usus, dan Malaria dapat menyebabkan anemia.
C. TANDA DAN GEJALA ANEMIA
1. Gejala Yang Sering Terjadi
Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya gejala kapasitas oksigen. Banyak pasien asimtomatik, bahkan dengan anemia derajat sedang.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati genetik.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum : Takikardi, takipnea, dan tekanan nadi yang melebar merupakan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik. Gambaran fisik lain yang menyertai anemia berat meliputi kardiomegali, bising, hepatomegali dan splenomegali.
4. Tes Laboratorium
Hitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan praktis maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau 11,00 gr% dan hemotokrit < 30,00-33,00%. Asupan darah tepi memberikan evaluasi morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan kekuatan trombosit (Taber, 1994).
D. PATOFISIOLOGI
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia.
Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).
E. KLASIFIKASI DERAJAT ANEMIA
Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) :
1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%
2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
4. Berat Hb < 6,00 gr%
F. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :
1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat.
3. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
4. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.
5. Anemia Lain
6. Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah :
• Tidak anemia : Hb 11,00 gr%
• Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%
• Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%
• Anemia berat : Hb < 7,00 gr%
G. ANEMIA PADA WANITA HAMIL
Selama kehamilan seorang wanita mengalami peningkatan plasma darah sampai 30%, sel darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi 10% – 20%
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.
H. PENYEBAB ANEMIA PADA KEHAMILAN
1. Anemia pada Kehamilan disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
2. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
3. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
I. KOMPLIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin, sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut :
1. Bahaya Pada Trimester I
Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital, abortus / keguguran.
2. Bahaya Pada Trimester II
Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
3. Bahaya Saat Persalinan
Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008).
J. KEBUTUHAN TABLET BESI PADA KEHAMILAN
Kebutuhan tablet besi pada kehamilan menurut Jordan (2003), dijelaskan bahwa : Pada kehamilan dengan janin tunggal kebutuhan zat besi terdiri dari : 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah, 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya, 150-200 mg untuk kehilangan eksternal, 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta, 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.
Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 440-1050 mg dan 580-1340 mg dimana kebutuhan tersebut akan hilang 200 mg (Walsh V, 2007) melalui ekskresi kulit, usus, urinarius. Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 30,00-40,00 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan pada trimester terakhir, yaitu rata-rata 50,00 mg / hari pada akhir kehamilan menjadi 60,00 mg / hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar 6,00 sampai 9,00 mg / hari, ketersediaan ini bergantung pada cakupan diet. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorbsi.
K. PENATALAKSANAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN
Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut :
1. Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil
Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu pencegahan anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari, selain itu wanita dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah oral (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.
2. Anemia Megaloblastik
Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg / hari, sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah tranfusi darah.
4. Anemia Hemolitik
Pengobatan adalah tranfusi darah.
5. Anemia Lain
Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi.
Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-12845854587093708672011-05-15T00:48:00.001-07:002011-05-15T00:48:58.811-07:00ASPEK PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS<br />Aspek psikologik dalam obstetri<br />Sekarang disadari bahwa penyakit dan komplikasi obstetrik tidak semata-mata disebabkan oleh gangguan organik. Beberapa diantaranya ditimbulkan atau diperberat oleh gangguan psikologik. Latar belakang timbulnya penyakit dan komplikasi dapat dijumpai dalam berbagai tingkat ketidak matangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu yang sedang dihadapi ; dalam hal ini khususnya kehamilan, persalinan, dan keibuan.<br />Karena rasa nyeri dalam persalinan sejak zaman dahulu sudah menjadi pokok pembicaraan di antara para wanita, maka banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Tidaklah mudah untuk menghilangkan perasaan takut yang sudah berakar dalam itu, akan tetapi dokter dapat berbuat banyak dengan membantu para wanita yang dihinggapi perasaan takut dan cemas itu. Sejak pemeriksaan kehamilan yang pertama kali dokter harus dengan kesabarannya meyakinkan calon bu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar. Dia tidak hanya harus menimbulkan kepercayaan, akan tetapi harus pula menimbulkan anggapan atau perasaan pada wanita bersangkutan bahwa ia seorang kawan yang ahli dalam bidangnya dan yang sungguh-sungguh berkeinginan untuk mengurangi rasa nyerinya serta menyelamatkan ibu dan anak.<br />Dalam masa 20 tahun terakhir perhatian lebih banyak dicurahkan kepada aspek emosional, yang sama pentingnya dengan aspek jasmaniah. Tidak perlu diragukan lagi bahwa sikap seorang wanita terhadap kehamilan dan persalinannya mempengaruhi kelancaran persalinan. Hal itu kira-kira 30 tahun yang lalu telah ditemukan oleh Read, yang mencoba menjawab dua pertanyaan berikut :<br />1. “Apakah suatu persalinan lancar karena si wanita tenang, ataukan ia tenang karena persalinan lancar?”.<br />2. “Apakah seorang wanita menderita nyeri dan ketakutan karena persalinannya sukar, ataukah persalinannya sukar dan nyeri karena ketakutan?”.<br />Akhirnya Read mengambil kesimpulan bahwa ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri dalam persalinan yang seyogyanya normal tanpa rasa nyeri yang berarti. Ketakutan mempunyai pengaruh tidak baik pula bagi his dan bagi lancarnya pembukaan.<br />Berdasarkan gagasan tersebut di atas lahirlah apa yang disebut natural childbirth atau physikological childbirth, yang kemudian diubah menjadi childbirth without fear. Aliran ini dipelopori oleh Read sendiri. Kemudian usaha yang hampir sama dengan psikoprofilaksis datang dari Prancis (Lamaze, 1954) dan dari Rusia (Pavlov, 1955). Tujuan usaha ini ialah untuk – dalam masa hamil – mendidik wanita menghilangkan perasaan takut. Selain persalinan mental dengan penjelasan-penjelasan teratur dan sederhana tentang proses reproduksi, kepada wanita diajarkan dan diberikan latihan-latihan untuk lebih dapat menguasai otot-otot, istirahat, dan pernafasan.<br />Kepercayaan wanita pada dokter dan bidan yang mendampinginya selama persalinan merupakan faktor yang sangat penting bagi kelancaran persalinan dan bagi mengurangi komplikasi. Penggunaan analgetikum dan anastetikum tidak dilarang apabila memang ada indikasi. Menurut Speck kehadiran sang dokter sering lebih berharga daripada analgetikum.<br />Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa semangat wanita melahirkan dapat patah akibat percakapan dan kata-kata dokter, bidan, mahasiswa, dan perawat yang kurang hati-hati. Komentar mengenai suatu kasus dan gelak-ketawa, baik di dalam maupun di luar kamar bersalin, sering di dengar oleh wanita bersangkutan dan sering ditanggapi sebagai tertuju kepadanya. Karena itu, baik staf medis maupun paramedis, hendaknya selalu mengingat apa yang diucapkan oleh Oliver Wendel Holmes : <br />“The women about to become a mother, or with her newborn infant upon her bosom, should be the object of trembling care and sympathy wherever she bears her tender burden or stretches her aching limbs ... God forbid that any member of the profession to which she trusts her life, doubly precious at that eventful period, should hazard it negligently, unadvisedly, or selffishly!”.<br />Perempuan dewasa pada saat memasuki masa pubertas akan mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikik yng dapat berkembang baik secara fisiologik maupun patologik. Pada saat hamil perubahan-perubahan ini juga dirasakan sebagai beban sesuai dengan pertumbuhan kehamilan dan puncaknya akan terjadi pada saat persalinan. Persalinan yang terjadi baik secara fisiologis maupun patologis akan merupakan trauma psikik sebagai trauma persalinan. Pada masa setelah bersalin (masa nifas) perempuan tersebut juga akan memasuki era baru sebagai ibu, dimana ibu seolah-olah mempunyai kontak kehidupan baru dalam hubungan ibu dan anak / bayi.<br />Perubahan psikologik pada perempuan dewasa dapat digolongkan dalam empat kelompok : sesuai dengan urutan perubahan fungsi kodrati sebagai perempuan yang berbentuk :<br />• Persiapan menanti kehamilan<br />• Perubahan psikologik selama kehamilan<br />• Perubahan psikologik di waktu persalinan<br />• Perubahan psikologik selama nifas<br />Pada masa persiapan kehamilan perempua dapat dihantui oleh beberapa hal, misalnya khawatir untuk bisa atau tidak bisa hamil, apakah keadaan indung telur dan produksi ovum / ovulasi baik atau tidak, dan apakah keadaan spermatozoa suami cukup baik sehingga dapat membuahi ovum yang diproduksi perempuan.<br />Pada masa kehamilan perempuan dapat dihantui beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan perubahan psikologik perempuan antara lain pertumbuhan janinku baik-baik, terjadi cacat bawaan atau tidak, bila minum obat tertentu apakah boleh atau tidak berhubungan seksual dengan suami dan sebagainya.<br />Pada masa persalinan beberapa pertanyaan yang timbul antara lain bisa bersalin normal atau tidak, apakah harus persalinan sesar, harus digunting / dilebarkan jalan lahirnya, apakah mampu mengejan, setelah bayi lahir plasentanya dapat lahir atau tidak, bila jalan lahir robek harus dijahit rasanya sakit hebat dan sebagainya.<br />Pada masa nifas beberapa hal yang sering menjadi pertanyaan pada erempuan antara lain berapa lama harus berbaring, kapan boleh jalan, kapan jahitan dilepas, bagaimana menyusui bayi dengan baik, apakah tidak timbul problema menyusui, kapan boleh berhubungan seksual dengan suami lagi, cara KB apa yang dipilih, apakah tidak sakit waktu dipasang, dan berhasilkah mengatur kehamilan yang akan datang.<br />Dengan melihat hal tersebut di atas, maka perempuan dewasa harus dipersiapkan psikiknya agar dapat menghadapi kehamilan, persalinan, dan masa nifas dengan baik.<br />Prokreasi atau mempunyai anak merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh sebagian besar perempuan. Motivasi untuk hamil sangat bervariasi dan kompleks dan hanya sebagian perempuan yang menyadari hal ini. Keinginan untuk hamil tidak selalu sama dengan keinginan untuk mempunyai anak. Sebagai contoh suatu kehamilan dapat sebagai cara untuk membuktikan kemampuan reproduksi dari seseorang. Keinginan untuk hamil mungkin juga merupakan respons dari perasaan kesendirian, sebagai cara untuk menjaga hubungan dengan pasangan, atau merupakan respons atas desakan keluarga atau budaya untuk mempunyai anak. Pada beberapa budaya, anak merupakan penerus orang tua.<br /><br /><br />Kehamilan Trimester I<br />Pada bebrapa wanita reaksi psikologik dan emosional pertama terhadap kehamilan dan segala akibatnya berupa kecemasan, kegusaran, ketakutan, dan perasaan panik. Dalam alam pikiran kehamilan merupakan ancaman, gawat, menakutkan, dan membehayakan bagi diri mereka. Mereka tidak hanya menolak kehamilannya, akan tetapi berusaha pula untuk menggugurkannya, bahkan kadang-kadang mencoba buuh diri.<br />Kehamilan Trimester II <br />Dalam kehamilan trimester II identifikasi kehamilan sebagai konsep abstrak berubah menjadi identifikasi nyata, dengan perut menjadi lebih besar, ibu merasakan gerakan janin, dan dokter atau bidan mendengar jantung janin. Dalam masa ini terbanyak wanita sudah dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan.<br />Kehamilan Trimester III<br />Setelah calon ibu sudah dapat menyesuaikan diri, maka kehidupan psikologik emosional dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya. Berbagai penjelmaan dapat terjadi.<br />• Di antara para wanita yang menunjukkan sikap masa bodoh atau penolakan terhadap kehamilan muda sekarang banyak yang menunjukkan sikap positif atau sedikitnya sikap lebih menerima kehamilan.<br />• Para wanita dari golongan sosio ekonomi renda, yang jarang datang untuk pemeriksaan kehamilan, mulai menjunjung klinik-klinik serta mendaftarkan diri untuk persalinan di rumah sakit atau rumah bersalin.<br />• Persiapan-persiapan dibuat di rumah untuk perawatan si bayi sepulangnya dari rumah sakit.<br />Perlu mendapat perhatian, bahwa dua golongan wanit adalam masa ini diliputi oleh perasaan takut, yakni :<br />• Wanita yang mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan dalam kehamilan-kehamilan atau persalinan-persalinan sebelumnya dan primigravida yang pernah mendengar tentang pengalaman-pengalaman yang menakutkan dan mengerikan dari wanita-wanita lain.<br />• Multipara yang sudah lanjut umurnya dan mengalami kehamilan dan persalinan yang normal dan lancar. Kecemasan dan kekhawatiran yang timbul pada wanita ini tidak terhadap dirinya sendiri, melainkan terhadap janin yang sedang dikandung dan terhadap anak-anak lainnya. Siapa yang akan mengurus mereka apabila terjadi apa-apa dengan dirinya waktu melahirkan.<br />Dua golongan wanita terakhir memerlukan pengertian dari dokter dan keluarganya. Rasa simpati, pendekatan psikologik yang tepat, dan kepercayaan wanita bahwa dokter dan stafnya akan melakukan segala sesuatu untuk meringankan penderitanya dan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, banyak menolong si ibu.<br />Kehamilan sebagai transisi perkembangan<br />Kehamilan, sama halnya dengan menarche dan menopause, adalah tahap utama perkembangan kehidupan seorang perempuan. Kehamilan dapat membawa kegembiraan dan sebaliknya merupakan peristiwa yang penuh denga tekanan dan tantangan, khususnya pada kehamilan yang pertama. Banyak konflik ang akan timul seperti adanya tanggung jawab sebagai ibu, kebutuhan akan karier, atau tugas sebagai isteri dan ibu. Respons perempuan terhadap kehamilannya berhubungan dengan 5 variabel berikut :<br />• Riwayat kehidupan keluarga<br />• Kepribadian<br />• Situasi kehidupan saat itu<br />• Pengalaman kehamilan sebelumnya<br />• Keadaan dan pengalaman kehamlina sekarang<br />Perkembangan psikologik selama kehamilan bervariasi menurut tahap kehamilan. Saat trimester pertama hal utama yang terjadi adalah usaha untuk menggabungkan janin, yang merupakan kesatuan dari dirinya dan pasangan. Pada trimester kedua, dengan mengenali gerakan janin, ibu akan menyadari bahwa janin adalah individu yang berdiri sendiri, yang mempunyai kebutuhan sendiri yang sementara tinggal di dalam tubuhnya. Pada trimester ketiga perempuan tersebut akan mendapati dirinya sebagai calon ibu dan mulai menyiapkan dirinya untuk hidup bersama bayinya dan membangun hubungan dengan bayinya. Di saat persalinan terjadilah perjuangan fisik dan psikik untuk melahirkan bayinya dengan segala kemampuan yang ada pada dirinya. Semua perjuangan ini akan dirasakan puas dan tidak menjadi beban lagi bila telah melahirkan bayinya dengan hasil baik. Pada masa nifas / pascapersalinan perempuan menerima kenyataan bahwa dirinya telah menjadi seorang ibu dan harus selalu menjaga hubungan yang baik dengan bayinya.<br />Perubahan psikik yang terjadi selama kehamilan sangat menentukan. Hal ini dapat mengubah perilaku saat dan sesudah melahirkan. O’Hara dan kawan-kawan menyatakan bahwa ibu hamil dengan latar belakang kelainan psikologik akan memerlukan perhatian khusus untuk meringankan beban psikologik yang dideritanya. Kendel dan kawan-kawan mendapatkan 10 dari 15 ibu nifas mengalami problem psikik. Kemungkinan terjadinya kelainan psikik pada masa nifas 30 kali lebih besar jika di bandingkan setelah 2 tahun terjadinya persalinan. Menurut Burger dan kawan-kawan ibu hamil yang mengalami 2 kali penyulit selama hamil dan persalinan akan jatuh dalam keadaan depresi.<br />Saat persalinan merupakan saat yang unik bagi setiap perempuan. Adanya ketakutan dan suasana yang tidak bersahabat akan meningkatkan ketegangan dan rasa nyeri. Ketakutan ini dapat dikurangi dengan memberi edukasi tentang persalinan, teknik relaksasi, pengetahuan tentang berbagai prosedur obstetrik, fasilitas rumah sakit dan kamar bersalin yang familier, serta disiapkan untuk membantu menjalani persalinan dengan baik, nyaman, dan berhasil guna. Peran dokter, bidan, dan perawat yang ada sangat berpengaruh dalam meningkatkan rasa percaya diri ibu yang akan melahirkan.<br />Menjadi ibu adalah suatu “keahlian” yang dapat dan harus dipelajari. Hubungan antara ibu dan bayi sudah terjadi jauh sebelum persalinan. Istilah “bounding” diartikan sebagai periode sensitif pasca melahirkan di mana terjadi interaksi antara ibu dan bayi yang akan menyatukan mereka. Kontak visual ataupun fisik yang lebih awal antara ibu dan bayi akan mempercepat hubungan diantara keduanya. Adanya pemisahan antara ibu dan bayi akan mempercepat hubungan di antara keduanya. Adanya pemisahan antara ibu dan bayi akan menimbulkan konsekuensi fisik, biologi, dan emosional. Rawat gabung sangat penting bagi perempuan dan bayi yang mempunyai masalah tertentu seperti usia ibu yang terlalu muda, pernah menderita kekerasan saat anak-anak, atau mempunyai problema psikiatrik.<br />Kelainan jiwa dalam kehamilan<br />Telah diuraikan di atas bahwa wanita hamil mengalami perubahan jiwa dalam kehamilan, yang biasanya tidak seberapa berat dan kemudian hilang dengan sendirinya. Ada kalanya diperlukan perhatian khusus atau pengobatan.<br />Kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat mengakibatkan psikosis. Penderita sebelum dan setelah anaknya lahir akan tetapi dalam kehamilan-kehamilan berikutnya biasanya penyakitnya timbul lagi. Eklampsia dan infeksi dapat pula disertai atau disusul oleh psikosis. Selain itu psikosis dapat menjadi berat dalam kehamilan. <br />Hiperemesis Gravidarum<br />Komplikasi kehamilan yang paling sering disertai dengan gangguan psikis ialah hiperemesis gravidarum. Selain kelainan organik (hiperasiditas lambung, kadar korion gonadotrophin serum tinggi), faktor-faktor psikis sering pula menjadi dasar penyakit ini, misalnya ketidak matangan psikoseksual, pertentangan dengan suami atau ibu mertua, kesulitan sosio-ekonomi atau perumahan, ketakutan akan persalinan dan lain-lain. Gardiner berpendapat bahwa muntah-muntah yang berlebihan merupakan komponen reaksi psikologi terhadap situasi tertentu dengan kehidupan wanita. Tanpa itu biasanya wanita hamil muda hanya menderita rasa mual dan muntah sedikit-sedikit (emesis gravidarum).<br />Pendekatan psikologi sangat penting dalam pengobatan hiperemesis gravidarum, bantuan moral dengan meyakinkan wanita bahwa gejala-gejala itu wajar dalam kehamilan muda dan akan hilang dengan sendirinya menjelang kehamilan 4 bulan sangat penting artinya.<br />Kasus-kasus yang berat perlu dirawat dan di temaptkan dalam kamar isolasi. Dengan demikian wanita yang bersangkutan di bebaskan dari lingkungan keluarganya yang mungkin menjadi sumber kecemasan baginya. Memang suatu kenyataan bahwa gejala-gejala sering berkurang bahkan kadang-kadang penderita sudah tidak muntah lagi sebelum terapi di mulai atau sebelum pengaruh terapi di harapkan.<br />Abortus<br /> Abortus habitualis dapat disebabkan oleh faktor-faktor psikologi, seperti pertentangan emosional yang telah ada atau sebelum atau yang timbul dalam kehamilan. Pemikiran atau ketakutan akan beban-beban dan tanggung jawab dalam hubungannya dalam kehamilannya ; dan atau perasaan tidak sanggup dalam menghadapi tugas sebagai istri dan ibu menimbulkan pertentangan emosional yang hebat pada seorang wanita usia muda. Mungkin pula abortus habitualis dipengaruhi oleh kecemasan akibat kurangnya perhatian dan pengertian dari pihak suami dan kurangnya bantuan moral dari pihak keluarga, kawan-kawan dan dokter.<br />Dokter yang bijaksana dapat memberi sokongan moral yang diperlukan dan mengembalikan kepercayaan pada penderita, hal yang merupakan usaha pengobatan yang sangat penting dan menentukan. Usaha ini di anggap memberi hasil yang sedikitnya sama baiknya dengan pengobatan medis lengkap.<br />Abortus buatan dalam beberapa kasus di anggap perlu atas pertimbangan psikologi atau psikiatrik. Para wanita yang menunjukkan reaksi negatif (cemas, takut, panik) terhadap kehamilan dan menolaknya, mencari pertolongan untuk menggugurkan kandungannya, terutama mereka yang tidak kawin atau mereka yang putus asa dan berusaha bunuh diri. Dalam hal demikian dokter spesialis penyakit jiwa dapat memutuskan agar dilakukan abortus buatan atas pertimbangan psikiatrik. Di Indonesia sebaiknya keputusan diambil bersama-sama dengan dua dokter lain, termasuk dokter kandungan dan seorang dari golongan agama. Tentunya keputusan harus pula disetujui oleh suami atau keluarga terdekat.<br />Sebaliknya peritiwa abirtus buatan dapat mengakibatkan gangguan psikologi. Memang umumnya banyak wanita tidak mengalami apapun setelah dilakukan abortus, bahkan sebagian di antaranya merasa lega dan senang setelah hasil konsepsi dikelurkan. Akan tetapi, sebagian lain (10% menurut Jeff Coate), diliputi oleh perasaan bersalah atau berdosa dan menyesal. Naluri keibuan begitu kuatnya pada sebagian wanita ini, sehingga perasaan dosa dan penyesalan akan berbekas dalam pikiran mereka seumur hidupnya dan dapat menyebabkan sterilitas dan reaksi neurotik. Apabila indikasi bagi abortus itu kurang kuat atau semata-mata atas pertimbangan sosio-ekonomi, maka frekwensi gangguan psikologi atau neurotik meningkat sampai 20 -50 %.<br />Preeklampsia dan Eklampsia<br />Berbagai penyelidikan akhir-akhir ini menunjukkan kemungkinan bahwa preeklampsia dan eklampsia mempunyai latar belakang psikosomatis. Secara psikologi penyakitnya menunjukkan diri dalam sikap yang kurang wajar, perasaan bersalah atau berdosa atau cemas terhadap kehamilannya, dan kadang-kadang walaupun jarang ada kecenderungan untuk bunuh diri. Semua itu mengakibatkan ketidak seimbangan emosional yang di anggap sebagai sebab dari spasmus arterioler, yang merupakan ciri khas preeklampsia. <br />Dalam pengobatan preeklampsia, selain obat-obat konfesional yang sejak lama sudah di kenal, di anjurkan pula psychoprophylactic preparation oleh Chiladze dan Peracze dan psikoterapi oleh Cardenas-Escovar.<br />Gangguan psikiatrik dalam kehamilan dan nifas<br />Kehamilan dan nifas adalah periode penuh stress secara emosional, yang dimanifestasikan dengan adanya emosi yang labil dan mudah tersinggung. Ini merupakan dasar terjaninya kelainan psikologik pada saat masa kehamilan atau masa nifas. Pada saat perawatan antenatal perlu dicari faktor-faktor yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya gangguan psikologik yang meliputi :<br />• Riwayat pasien dan keluarga dengan gangguan psikiatri<br /> Gaya kehidupan yang menyendiri<br /> Riwayat pelecehan seksual, fisik / emosional, dan drug abuse<br />• Problem psikologik yang pernah di alami antara lain :<br /> Riwayat berpisah dengan ibunya terlalu awal, kesulitan berpisah dengan orang tua<br /> Masalah dengan keluarga di saat perkawinan<br /> Kematian anggota keluarga atau teman dekat pada saat kehamilan / persalinan <br /> Konflik tentang pengasuhan anak<br />• Riwayat reproduksi kurang baik<br /> Riwayat kesulitan dengan kehamilan, persalinan, atau depresi pascapersalinan<br /> Riwayat kematian janin intrauterin atau kematian segera setelah lahir<br /> Riwayat kelainan kongenital<br /> Riwayat infertilitas<br /> Riwayat abortus berulang<br /> Riwayat pseudosiesis atau hiperemesis<br />Keadaan tersebut di atas harus dipelajari dengan baik dan ibu hamil disiapkan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya agar siap menjalani proses kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai kodrati seorang perempuan yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjadi ibu dan dapat memberi keturunan bersama pasangan hidupnya.<br />Depresi pada kehamilan dan nifas<br />Istilah depresi adalah istilah yang menyangkut mood, gejala, atau sindroma. Mood atau feeling blue adalah perasaan seseorang yang berkaitan dengan perasaan sedih dan frustasi. Beberapa perempuan mengalami hal ini dalam berbagai derajat beberapa minggu setelah persalinan. Gejala dapat merupakan bagian dari gangguan fisik atau psikologik seperti alkoholisme, skizoprenia atau penyakit yang disebabkan oleh virus.<br />Sindroma adalah sekumpulan gejala yang berhubungan dengan perubahan mood. Ada dua tipe reaksi depresi.<br />• Postpartum blues, dinamakan juga postnatal blues atau baby blues adalah gangguan mood yang menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi pada hari ke-3 samapai ke-10 dan umumnya terjadi akibat perubahan hormonal. Hal ini umum terjadi kira-kira antara 10 – 17 % dari perempuan.ditandai dengan menangis, mudah tersinggung , cemas, menjadi pelupa, dan sedih. Hal ini tidak berhubungan dengan kesehatan ibu ataupun bayi, komplikasi obstetrik, perawatan di rumah sakit, status sosial, atau pemberian ASI atau susu formula. Gangguan ini dapat terjadi dari berbagai latar belakang budaya tetapi lebih sedikit terjadi lebih sedikit terjadi pada budaya di mana seseorang bebas mengemukakan perasaannya dan adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya.<br />• Depresi, kondisi ini merupakan sindroma depresi nonpsikotik yang dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan. Umumnya keadaan ini terjadi dalam beberapa minggu atau bulan setelah persalinan. Insidensi pascapersalinan mempunyai kecenderungan untuk rekuren pada kehamilan berikutnya. Terapinya mencakup dukungan lingkungan terhadap ibu tersebut, psikoterapi, dan obat-obat antidepresi (diberikan dengan sangat hati-hati mengingat pengaruhnya pada kehamilan dan menyusui). Jika dibutuhkan, pasien dapat dirawat di rumah sakit.<br />Kelainan psikologik pada kehamilan dan nifas<br />Psikosis pascapersalinan terjadi dalam 1 – 2 dalam 1.000 persalinan. Merupakan gangguan mental yang berat yang memerlukan perawatan yang serius karena perempuan tersebut dapat melukai dirinya ataupun bayinya. Sering pasien tersebut mempunyai riwayat gangguan mental, riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya, mempunyai masalah dalam perkawinan ataupun keluarga, dan tidak adanya dukungan dari keluarga. Ada juga faktor genetik. Gejala timbul pada umumnya dari beberapa hari sampai 4 – 6 minggu pascapersalinan. Gejalanya dapat berupa tidak dapat tidur, mudah tersinggung, dan sebagainya di mana adanya gangguan organik sudah disingkirkan. Dikenal berbagai macam kelaianan psikiatrik pada ibu hamil antara lain sebagai berikut :<br />Ansietas<br />• Pada keadaan ini penderita akan diliputi oleh :<br /> Rasa takut, mudah marah, mudah tersinggung<br /> Keringat berlebihan, dyspenia, insomnia, dan / atau trembling<br />• Kejadian pada adolesen dan ibu dengan riwayat depresi akan meningkat<br />Personality Disorders<br />• Paranoid, schizoid atau schizotypical personality<br />• Histeretonic, narcissistic, antisocial<br />• Avoidant, dependent, compulsive, and aggressive personality<br />Perhatikan faktor genetik<br />Major Mood Disorders<br />• Maniac and depressive episode<br />• Depresi berat<br />• Perhatikan fakta dan gejala yang timbul. Perhatikan pula apakah ada faktor genetik, substance abuse, hipertiroid, atau tumor otak.<br />Sisofrenia<br />• Kejadian dapat 1 % dari ibu hamil dengan kelainan mental<br />• Tipe : <br /> Catatonik<br /> Disorganized<br /> Paranoid<br /> Undifferentiated<br />• Perhatikan faktor genetik<br />• Penyembuhan (recovery) setelah 5 tahun dapat mencapai 60 %<br />• Kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya cukup besar dari biasanya akan memberikan gejala lebih berat<br />Psikosis Postpartum<br />• Kejadian 1 – 4 % (Weissman dan Olfson, 1995)<br />• Gejala : Depressive, Maniac, Schizophrenic, atau Schizoaffective<br />• Perhatikan :<br /> Faktor genetik<br /> Faktor biologik : usia muda, primipara, riwayat psikiatrik illness<br />• 25 % kasus akan berulang pada kehamilan berikutnya<br />• Pengobatan : psikoterapi, antidepresan, antipsikotik, dan / atau ECT<br />Manajemen gangguan psikologik pada kehamilan dan persalinan<br />Masa antenatal<br />Pada masa antenatal seleksi pasien dengan riwayat gangguan psikologik harus dilakukan. Perhatikan pada pasien yang hamil dengan riwayat gangguan psikiatrik saat hamil dan persalinan / nifas sebelumnya, karena kecenderungan gangguan psikik yang lebih berat sangat tinggi. Dibutuhkan suatu komunikasi baik antara dokter dengan pasien untuk kemudian dapat memberikan saran dan psikoterapi yang memadai. Bebrapa langkah dalam mengenali, mencegah dan mengobati kelainan psikik pada saat antenatal antara lain :<br />• Buatlah suatu perencanaan bersama untuk mengenali kelainan psikik pada ibu hamil. Dengan menyadari adanya kelainan psikik ini, seluruh personil dapat memberikan terapi awal.<br />• Berikan penjelasan tentang tahap-tahap persalinan / nifas pada keluarganya.<br />• Dengarkan dan berilah tanggapan apabila pasien mengatakan keluhannya. Lakukan pemeriksaan secara cermat. Apabila diperlukan, periksalah perlengkapan diagnostik dengan laboratorium ataupun USG, foto rontgen, MRI dan sebagainya untuk mendapatkan keyakinan dan kemantapan langkah-langkah kehamilan dan persalinan selanjutnya.<br />• Ajaklah dan arahkan pasien dan keluarganya pada persiapan untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan penyulit pada saat kehamilan dan persalinan sedemikian rupa sehingga pasien atau keluarganya mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan dokter / sarana pelayanan yang ada. Informasi yang jelas dan terbuka disertai dengan komunikasi yang baik dengan suami dan keluarga ibu hamil tersebut akan merupakan dukungan yang sangat berarti.<br />Persalinan<br />Seperti telah diuraikan di atas kebebasan dari perasaan takut dapat memperlancar persalinan, baik dalam kala I dan II. <br />Partus lama dapat disebabkan karena faktor psikologik, yang mengakibatkan his kurang baik dan pembukaan kurang lancar. Pendekatan emosional yang salah dapat mengakibatkan inersia uteri. Kelainan ini sering dijumpai pada primipara dari pada multipara. Sering pula ketidak matangan psikoseksual, yang disertai perasaan bersalah dan berdosa sehingga kematian ibu dan bayi di khawatirkan sebagai hukuman, menjadi latar belakang partus lama. <br />Partus prematurus dapat disebabkan oleh tegangan psikis, tekanan kehidupan modern dan diikut sertakan para wanita dan industri. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa frekwensi prematuritas di antara para wanita yang bekerja di kota-kota besar makin meningkat dari tahun ke tahun. Demikian pula wanita yang tidak kawin sering melahirkan sebelum waktunya. Sehingga kehamilan di luar pernikahan dapat di anggap sebagai faktor etiologi bagi prematuritas.<br />Masa intrapartum<br />Keadaan emosional ada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh timbulnya rasa sakit dan rasa tidak enak selama persalinan berlangsung, apalagi bila ibu hamil tersebut baru pertama kali melahirkan dan pertama kali di rawat di rumah sakit. Untuk itu, langkah baiknya bila ibu hamil tersebut sudah mengenal dengan baik keadaan ruang bersalin / rumah sakit baik dari segi failitas pelayanannya maupun seluruh tenaga pelayanan yang ada. Usahakan agar ibu bersalin tersbut berada dalam suasana yang hangat dan familier walaupun berada di rumah sakit.<br />Peran perawat yang empati pada ibu bersalin sangat berarti. Keluhan dari kebutuhan-kebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelasan tentang kemajuan persalinan harus dikerjakan secara baik sedemikian rupa agar ibu bersalin tidak jatuh pada keadaan panik.<br />Peran suami yang sudah memahami proses persalinan bila berada di samping ibu yang sedang bersalin sangat membantu kemantapan ibu bersalin dalam menghadapi rasa sakit dan takut yang timbul.<br />Masa nifas<br />Perawatan nifas memerlukan pengawasan serta komunikasi dua arah. Hal ini akan membantu kenyamanan ibu nifas dalam memasuki era kehidupan baru sebagai ibu yang harus merawat dan menghidupi bayinya. Perawatan secara “rooming in” merupakan pilihan untuk perawatan nifas. Saran dan arahan dari petugas kepada ibu nifas hanya dikerjakan apabila ibu tersebut mengalami kesulitan dan bertanya kepada petugas.<br />Pengawasan dan arahan petugas / perawat harus selalu dilakukan dengan baik termasuk memberikan pelajaran tentang perawatan bayinya dan cara laktasi yang benar.<br />Bila dalam pelayanan nifas semua pasien mendapat perlakuan yang sama, maka akan terjadi suatu kompetisi dari ibu-ibu tersebut untuk menjalani perawatan nifas sebaik mungkin terutama dalam perawatan bayinya. Problema-problema yang timbul selama masa nifas akan didiskusikan di antara mereka untuk kemudian ditanyakan pada petugas kesehatan apabila diperlukan. Secara tidak langsung ibu nifas akan mendapatkan rasa percaya diri di dalam perawatan dirinya ataupun bayinya sehingga pada saat pulang dari rumah sakit sudah dapat mengatasi beberapa probelm yang mungkin timbul.<br />Banyak penulis berpendapat bahwa banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala-gejala depresi dari yang ringan sampai yang berat, dan gejala-gejala neorosis traumatik. <br />Faktor-faktor yang dapat berperan dalam hal ini adalah :<br />• Ketakutan yang berlebihan pada masa hamil<br />• Struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya<br />• Riwayat psikiatrik yang tidak normal<br />• Riwayat perkawinan abnormal<br />• Riwayat obstetrik abnormal<br />• Riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat<br />• Riwayat penyakit lain-lain<br />Biasanya penderita sembuh lagi tanpa atau dengan pengobatan : hanya kadang-kadang diperlukan terapi oleh dokter spesialis penyakit jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan-persalinan berikutnya.<br /><br />Laktasi<br />Selain faktor-faktor hormonal dan gizi, untuk lancarnya produksi ASI diperlukan pula faktor psikis. Dalam hal terakhir korteks serebri mempunyai peranan dalam memacu dan menghambat hipotalamus untuk menghasilkan neurohormon. Hormon ini mempunyai pengaruh pada hipofisis dalam produksi prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran.<br />Dengan demikian keinginan atau kesediaan atau penolakan atau keengganan ibu untuk menyusui bayinya dapat memperlancar atau menghambat produksi ASI. Penerangan yang baik dan bantuan moril dapat memperlancar laktasi.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-82256972390815071042011-05-15T00:39:00.001-07:002011-05-15T00:39:58.878-07:00GANGGUAN FUNGSI REPRODUKSI<br />GANGGUAN DAN MASALAH HAID DALAM SISTEM REPRODUKSI <br /><br />Klasifikasi<br />Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :<br />1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid : Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea<br />2. Kelainan siklus : Polimenorea; Oligomenorea; Amenorea<br />3. Perdarahan di luar haid : Metroragia<br />4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Pre menstrual tension (ketegangan pra haid); Mastodinia; Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) dan Dismenorea<br /><br />Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya Perdarahan Pada Haid<br />A. Hipermenorea atau Menoragia<br />1. Definisi<br />Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.<br />2. Sebab-sebab<br />• Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi : uterotonika<br />• Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.<br />• Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik.<br />• Hipertensi<br />• Dekompensio cordis<br />• Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.<br />• Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.<br />• Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili<br />3. Tindakan Bidan<br />Memberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/injeksi; KIEM untuk pemeriksaan selanjutnya; Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.<br /><br />B. Hipomenorea<br />1. Definisi<br />Adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.<br />2. Sebab-sebab<br />Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.<br />3. Tindakan Bidan<br />Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.<br /><br />Kelainan Siklus<br />A. Polimenorea atau Epimenoragia<br />1. Definisi<br />Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.<br />2. Sebab-sebab<br />Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.<br />3. Terapi<br />Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium sekresi menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.<br />B. Oligomenorea<br />1. Definisi<br />Adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.<br />2. Sebab-sebab<br />Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal; kedua stadium menjadi panjang; pengaruh psikis; pengaruh penyakit : TBC<br />3. Terapi<br />Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan bila mendekati amenorea diusahakan dengan ovulasi.<br /><br /><br />C. Amenorea<br />1. Definisi<br />Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.<br />2. Klasifikasi<br />• Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.<br />• Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.<br />3. Sebab-sebab<br />Fisiologis; terjadi sebelum pubertas, dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun dalam masa menopause; gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium; kelainan kongenital; gangguan sistem hormonal; penyakit-penyakit lain; ketidakstabilan emosi; kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.<br />4. Terapi<br />Terapi pada amenorea, tergantung dengan etiologinya. Secara umum dapat diberikan hormon-hormon yang merangsang ovulasi, iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum, menyeimbangkan antara kerja-rekreasi dan istirahat.<br /><br />Perdarahan di luar haid<br />A. Metroragia<br />1. Definisi<br />Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.<br />2. Klasifikasi<br />• Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.<br />• Metroragia diluar kehamilan.<br />3. Sebab-sebab<br />• Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.<br />• Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.<br />4. Terapi : kuretase dan hormonal.<br /><br />Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid<br />A. Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)<br />Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun.<br />Gejala klinik dari pre menstrual tension adalah gangguan emosional; gelisah, susah tidur; perut kembung, mual muntah; payudara tegang dan sakit; terkadang merasa tertekan<br />Terapi<br />Olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol); mengurangi stress; konsumsi antidepressan bila perlu; menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin; konsultasi dengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.<br />B. Mastodinia atau Mastalgia<br />1. Definisi<br />Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.<br />2. Sebab-sebab<br />Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.<br />C. Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)<br />Definisi<br />Adalah rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal ini terjadi karena pecahnya folikel Graff. Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti oleh perdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik yang pecah.<br />D. Dismenorea <br />1. Definisi<br />Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas.<br /><br /><br />2. Klasifikasi<br />• Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Sebab : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi). Etiologi : nyeri haid dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan paha, terkadang disertai dengan mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi labil. Terapi : psikoterapi, analgetika, hormonal.<br />• Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium. Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya).<br /><br /><br />INFERTILITAS<br />A. Pengertian<br />• Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa menghamili.<br />Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).<br />• Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).<br />Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil. (Siswandi, 2006).<br />B. Faktor Penyebab<br />1. Infertilitas Disengaja<br />Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap.<br /><br />2. Infertilitas Tidak Disengaja<br />• Pihak Suami, disebabkan oleh: <br /> Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia, hypospermia, necrospermia. <br /> Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio precox, penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar 35-40 %.<br />• Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar sampai dengan indung telur. <br /> Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium, gangguan hormonal. <br /> Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak (hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH. <br /> Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim. <br /> Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba. <br /> Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien dengan endometriosis adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.<br />3. Pemeriksaan Infertilitas<br />a. Syarat-Syarat Pemeriksaan<br />Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:<br />• Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 12 bulan.<br />• Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.<br />• Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini.<br />• Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.<br />b. Langkah Pemeriksaan<br />Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :<br />• Pemeriksaan Umum<br /> Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan khusus.<br /> Anamnesa umum<br />Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.<br /> Anamnesa khusus<br />Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).<br />Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.<br /> Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).<br /> Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.<br /> Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan roentgen ataupun USG.<br />• Pemeriksaan Khusus<br /> Pemeriksaan Ovulasi <br />Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya : <br /> Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh hormon progesteron. <br /> Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada sel-sel superfisial.<br /> Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan perubahan lendir serviks menjadi kental.<br /> Pemeriksaan endometrium. <br /> Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.<br />Gangguan ovulasi disebabkan :<br /> Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus, psikogen. <br /> Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis. <br /> Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.<br />Terapi : <br />Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.<br /> Pemeriksaan Sperma <br />Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.<br /> Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.<br /> Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.<br />Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).<br /> Pemeriksaan Lendir Serviks<br />Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa :<br /> Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang cair.<br /> pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis. <br /> Enzim proteolitik. <br /> Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.<br />Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :<br /> Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.<br /> Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.<br />Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika bila terdapat infeksi.<br /> Pemeriksaan Tuba<br />Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan : <br /> Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri. <br /> Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan. <br /> Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium. <br /> Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.<br /> Pemeriksaan Endometrium <br />Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.<br />Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi infeksi.<br />C. Nasehat Untuk Pasangan Infertil<br />Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :<br />1. Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan memperhatikan masa subur.<br />2. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.<br />3. Menghitung minggu masa subur.<br />4. Membiasakan pola hidup sehat.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-52440209978215383772011-05-15T00:38:00.002-07:002011-05-15T00:39:26.604-07:00PENYAKIT IBU DALAM KEHAMILAN<br />PREEKLAMPSIA<br />Pengertian<br />Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan preeklampsia.<br />Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejal klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.<br />Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.<br />Preeklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibatterjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivitas endotel (Sarwono Prawirodihardjo, 2008).<br />Preeklamsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam (Sarwono Prawirodihardjo, 2008).<br />Patofisologi<br />Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.<br />Gejala klinis<br />Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut :<br />• Hiperrefleksia (iritabilitas susunan saraf pusat)<br />• Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik dengan pengobatan umum.<br />• Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau atau berkunang-kunang.<br />• Nyeri epigastrik.<br />• Oliguria (luaran kurang dari 500 ml/24 jam).<br />• Tekanan darah sistolik 20 – 30 mmHg dan diastolik 10 – 20 mmHg di atas normal .<br />• Proteinuria (di atas positif 3)<br />• Edema menyeluruh.<br />Diagnosis<br />1. Diagnosis Preeklampsia :<br />• Kehamilan lebih 20 minggu.<br />• Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali<br />selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).<br />• Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai.<br />• Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).<br />2. Diagnosis Preeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau edema setelah kehamilan 20 minggu :<br />• Hipertensi : sistolik / diastolik ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia.<br />• Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik.<br />• Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.<br />3. Diagnosis Preeklampsia berat ditegakkan berdasarkan kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini :<br />Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :<br />• Tekanan darah sistolik≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.<br />• Preoteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.<br />• Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.<br />• Kenaikan kadar kreatinin plasma.<br />• Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan pandangan kabur.<br />• Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson).<br />• Edema paru-paru dan sianosis.<br />• Hemolisis mikroangiopatik.<br />• Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.<br />• Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase.<br />• Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.<br />• Sindrom HELLP.<br />Pencegahan Preeklampsia<br />Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang mempunyai resiko terjadinya preeklampsia. Preeklamsia adalah suatu sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah.<br />Pencegahan preeklampsia :<br />1. Pencegahan dengan nonmedikal<br />Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat.<br />Cara yang paling sederhana ialah melakukan tirah baring. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang mempunyai resiko tinggi terjadinya preeklampsia meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia dan mencegah persalinan preterm. Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah terjadinya preeklampsia.<br />Hendaknya diet ditambah suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, anoksidan : vitamin C, vitamin B, β-karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik, dan elemen logam berat : zinc, magnesium, kalsium.<br />2. Pencegahan dengan medikal<br />Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat meskipun belum ada bukti yang kuat dan shahih. Pemberian diuretika tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia bahkan memperberat hipovolemia. Antihistamin tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia.<br />Pemberian kalsium : 1.500 – 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada resiko tinggi terjadinya preeklampsia. Selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/hari. Obat antitrombotik yang dapat dianggap mencegah preeklampsia ialah aspirin dosis rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau dipiridamole. Dapat juga diberikan obat-obat antioksidan, misalnya vitamin C, vitamin B, β-karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik.<br />Penatalaksanaan Preeklampsia<br />Tujuan utama perawatan preeklampsia adalah : mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat.<br />Penatalaksanaan Preeklamsia Ringan :<br />1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan<br />• Banyak istirahat (berbaring tidur / mirring).<br />• Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam.<br />• Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari.<br />• Roborantia<br />• Kunjungan ulang setiap 1 minggu.<br />• Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.<br />2. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan criteria<br />• Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia.<br />• Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu).<br />• Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat<br /> Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka preeklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.<br /> Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.<br />3. Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan<br />• Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)<br /> Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan<br />ditunggu sampai aterm.<br /> Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama<br />perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37<br />minggu atau lebih.<br />• Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)<br />Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan<br />untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.<br />• Cara persalinan<br />Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.<br />Penatalaksanaan Preeklamsia Berat :<br />Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia ringan, di bagi menjadi dua unsur :<br />1. Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi medisinalis.<br />2. Sikap terhadap kehamilannya, ialah :<br />• Aktif : manajemen agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika sudah labil.<br /><br />DIABETES MELLITUS (DM)<br />Pengertian<br />Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. <br />Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik dengan penyebab yang beragam, ditandai adanya hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat defek sekresi atau kerja insulin atau keduanya.<br />Diabetes Mellitus gestasional (DMG) adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil (Sarwono Purwodihardjo, 2008)<br />Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.<br /><br /><br />Tanda dan Gejala <br />Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.<br />Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :<br />1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)<br />2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)<br />3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)<br />4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)<br />5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya<br />6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki<br />7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu<br />8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba<br />9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya<br />10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.<br />11. Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. <br />Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.<br />Tipe Penyakit Diabetes Mellitus<br />1. Diabetes mellitus tipe 1<br />Adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. <br />Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.<br />2. Diabetes mellitus tipe 2<br />Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.<br />Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.<br />Kadar Gula Dalam Darah<br />Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.<br />Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal. <br />Patofisiologi <br />Sebagai kehamilan ditandai dengan adanya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, yang pada beberapa perempuan akan menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya DM selama kehamilan.resistensi ini berasal dari hormon diabetogenik hasil sekresi plesenta yang terdiri atas hormon pertumbuhan (growth hormon), corticotropin releasing hormon, plasenta lactogen, dan progesteron. Hormon ini dan perubahan endokrinologik serta metabolik akan menyebabkan perubahan dan menjamin pasokan bahan bakar dan nutrisi ke janin sepanjang waktu. Akan terjadi diabetes mellitus gestasional apabila sistem pankreas tidak cukup untuk mengatasi keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh perubahan hormon diabetogenik selama kehamilan.<br />Kadar glukosa yang meningkat pada ibu hamil sering menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap bayi yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu dengan DM biasanya lebih besar, dan bisa terjadi juga pembesaran dari organ-organnya (hepar, kelenjar adrenal, jantung). Segera setelah bayi lahir, bayi dapat mengalami hipoglikemia karena produksi insulin janin yang meningkat, sebagai reaksi terhadap kadar glukosa ibu yang tinggi,. Oleh karena itu, setelah bayi dilahirkan, kadar glukosanya perlu dipantau dengan ketat.<br />Ibu hamil penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik akan meningkatkan resiko terjadinya keguguran atau bayi lahir mati. Bila diagnosis diabetes mellitus sudah dapat ditegakkan sebelum kehamilan, tetapi tidak terkontrol dengan baik, maka janin beresiko mempunyai kelainan kongenital.<br />Diagnosis<br />Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.<br />Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.<br />Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes<br />Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).<br />Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.<br /><br />Penatalaksanaan DM<br />Penatalaksanaan antepartum pada perempuan dengan DMG bertujuan untuk :<br />1. Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester III dalam upaya mencegah bayi lahir mati atau asfiksia, serta menekan sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan janin akibat persalinan.<br />2. Memantau pertumbuhan janin secara berkala dan terus-menerus (misalnya dengan USG) untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin sehingga dapat ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat.<br />3. Memperkirakan maturitas (kematangan) paru-paru janin (misalnya sengan amniosintesis) apabila ada rencana terminasi (seksio sesarea) pada kehamilan 39 minggu.<br />4. Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32 sampai 40 minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang kadar gula darahnya dapat terkontrol, yang mendapat pengobatan insulin, atau yang menderita hipertensi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstress test, profil biofisik, atau modifikasi pemeriksaan profil biofisik seperti nonstress test dan indeks cairan amnion.<br /><br />INFEKSI<br />Demam Dengue<br />Pengertian <br />Demam Dengue merupakan infeksi oleh virus Dengue (sero tipe 1, 2, 3, dan 4) yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol di Asia Tenggara terutama Indonesia. Penyakit ini umumnya ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti tetapi bisa juga Aedes Albopictus dan Aedes Polynesiensis.<br />Virus Dengue sangat mudah bermutasi sehingga manifestasi klinik mudah bervariasi dan pencegahan dengan vaksinasi masih terus diupayakan.<br />Secara umum penyakit ini disebut Dengue Syndrome dan dibagi menjadi 3 sesuai dengan gejala, dimana pada awal ketiganya sukar dibedakan :<br />1. Dengue fever (DF)<br />Panas mendadak dan berkisinambungan, sakit kepala, nyeri orbita, nyeri otot, sendi, dan tulang belakang, mual-muntah, nyeri perut, dan leukopenia.<br />2. Dengue hemorrhagic fever (DHF), ada 4 gradasi di mana grade III dan IV disebut DSS.<br />Pada awal seerti dengue fever, kemudian tourniquet test positif, petekie / ekimosis / purpura (pada gusi dan bekas suntik, epistaksis, hematemesis, melena, hematuri), efusi pleura, dan esites. Pemeriksaan laboratorium : trombosit 100.000 atau kurang, peningkatan hematokrit ≥ 20 % atau penurunan hematokrit ≥ 20 % setelah terapi cairan.<br />3. Dengue shock syndrome (DSS)<br />Timbul tanda-tanda syok terutama narrow pulse pressure kurang atau sama dengan 20 mmHg. Kematian pada pasien dengan demam dengue umunya karena datang dengan DHF atau DSS dan tidak mendapat penanganan adekuat / intensif.<br />Penanganan ini dengan tujuan penting untuk pedoman penanganan secara klinik dan pelaporan.<br />Penanganan <br />Tidak ada penanganan khusus. Pengobatan hanya simtomatik dan suportif disertai pengawasan ketat secara klinik maupun laboratorium. Penanganan secara umum adalah sebagai berikut :<br />1. Istirahat<br />2. Antipiretik untuk panas di atas 39o C dengan parasetamol setiap 6 jam<br />3. Kompres dengan air hangat<br />4. Terapi rehidrasi (minum atau parenteral jika tidak cukup)<br />5. Pemeriksaan laboratorium khususnya Hb, leukosit, trombosit, dan hemtokrit<br />6. Pemeriksaan penunjang, antara lain foto torak dan USG<br />Hindari pemberian aspirin untuk obat panas dan antibiotika karena tidak perlu, serta sari buah dengan pengawet.<br />Pengaruh demam dengue pada kehamilan<br />Berdasarkan gejala klinik dari penyakit ini, pengaruh yang mungkin terjadi adalah kematian janin intrauterin. Jika infeksi terjadi menjelang persalinan dilaporkan bisa terjadi transmisi vertikal dan bayi lahir dengan gejala trombositopenia, panas, hepatomegali, dan gangguan sirkulasi. Keadaan ini tidak terjadi jika infeksi terjadi jauh dari masa persalinan. Pada saat persalinan bisa terjadi perdarahan karena adanya trombositpenia. Trombosit atau darah hanya diberikan jika terdapat perdarahan.<br /><br />Penanganan pada kehamilan<br />Pada dengue fever prognosis baik, sedangankan pada DHF sangat bergantung pada penanganan secara umum di rumah sakit di samping apakah persalinan terjadi pada masa kritis.<br />Infeksi Saluran Kemih<br />Pengertian <br />Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang paling sering dijumpai selama kehamilan (Sarwono Prawirohardjo, 2008).<br />Infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. <br />Jenis Infeksi Saluran Kemih yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.<br />Pembagian <br />Berdasar anatomi<br />1. Bawah : uritritis, sistitis (infeksi superfisialis vesika urinaria), prostatitis<br />2. Atas : pielonefritis (proses inflamasi parenkim ginjal), abses ginjal<br />Berdasar Klinis<br />1. Tanpa komplikasi : sistitis pada wanita hamil kelainan neurologis atau struktural yang mendasarinya<br />2. Dengan Komplikasi : infeksi saluran kemih atas atau setiap kasus ISK pada laki-laki, atau perempuan hamil, atau ISK dengan kelainan neurologis atau struktural yang mendasarinya<br />Diagnosis, Gejala, dan Tanda<br />Diagnosis ISK ditegakkan dengan membuktikan adanya mikroorganisme di saluran kemih.<br />Gejala ISK tidak selalu lengkap, bahkan kadang-kadang tanpa gejala (asimptomatik). Gejala yang lazim ditemukan adalah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing (urgency), yang biasanya terjadi bersamaan. Rasa nyeri biasanya didapatkan di daerah suprapubis atau pelvis berupa rasa nyeri atau seperti terbakar di uretra atau muara uretra luar sewaktu berkemih atau di luar saat berkemih. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung air seni lebih dari 500 ml akibat rangsangan mukosa yang meradang sehingga sering berkemih. Rasa terdesak berkemih dapat sampai menyebabkan seseorang menderita ISK ngompol, tetapi gejala ini juga didapatkan pada penderita batu atau benda asing di dalam kandung kencing.<br />Gejala lain yang juga didapatkan ISK adalah stranguria yaitu berkemih yang sulit dan disertai kejang otot pinggang yang sering pada sistitis akut, tenesmus yaitu rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kencing meskipun telah kosong, nokturia yaitu kecenderungan buang air kecil lebih sering pada waktu malam hari akibat kapasitas kandung kemih yang menurun. Kolik ureter atau ginjal yang gejalanya khas dan nyeri dapat juga menyertai gejala ISK.<br />Pemeriksaan mikrobiologi<br />1. ISK tanpa kompliksi : E. Coli (80%), proteus, klebsiella, enterokokus<br />2. ISK dengan komplikasi : E. Coli (30%) enterokokus (20%), pseudononas (20%), S. Epidermidis (15%), batang gram negatif lainya.<br />3. ISK yang berhubungan dengan kateter : jamur (30%), E . coli (25%), batang gram negatif lainya, enerokokus, S.epidermis<br />4. Uritritis : chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae<br />Manifestasi klinik<br />1. Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine, nyeri suprapublik, demam biasanya tidak ada.<br />2. Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge uretra<br />3. Prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont: hestansi, aliran lemah).<br />4. Pielonefrritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare<br />5. Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam menetap meskipun di obati dengan antibiotik.]<br />Pencegahan <br />1. Perbanyak minum air<br />2. Berceboklah dengan cara dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina atau uretra.<br />3. Bersihkan alat vital Anda sebelum berhubungan<br />4. Buang air kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari saluran kencing<br />5. Jangan menahan BAK bila Anda ingin buang air kecil<br />6. Mandi dengan gayung/shower, tidak dengan bath tub<br />Penatalaksanaan<br />Pengobatan ISK biasanya dilakukan dokter dengan pemberian antibiotik. Secara tradisional, orang sering memakai air daun sirih karena diyakini memiliki daya antiseptik. Namun demikian, pengobatan tradisional seperti itu tidak boleh terlalu diandalkan. Bila Anda merasakan gejala di atas, segeralah memeriksakan diri ke dokter.<br />Pada asimptomatik kandiduria tidak dibutuhkan terapi antijamur. Biasanya hanya bersifat transien dan bila persisten pun tidak memiliki ancaman serius untuk meningkatkan morbiditas pada pasien. Bila dibutuhkan pengobatan karena dikhawatirkan terjadi infeksi yang lebih serius dapat diberikan Amfoterisin B atau Flukonazole sistemik, atau dapat secara irigasi dengan Amfoterisin B. Pasien dengan kandiduria asimptomatik bila akan dilakukan tetapi pembedahan atau pemasangan instrumen urologi, sebaiknya diberi terapi terlebih dahulu untuk kandidurianya.<br />Sistitis yang menunjukkan gejala membutuhkan terapi Amfoterisin B dengan cara instilasi melalui vesika urinaria (50 µg/dl) atau terapi sistemik penggunaan ketokonazole atau Itrakonazole sangat rendah diekskresikan melalui urin sehingga kemampuan untuk eliminasi jamur di vesika urinaria juga terbatas. Flukonazole banyak digunakan untuk kandiduria karena mudah diabsorbsi secara oral dan lebih dari 80 % diekskresi melalui ginjal dengan bentuk yang tidak berubah sehingga sangat cocok untuk sistitis karena jamur. Dosis Fluokonazole 200 mg/hari dosis tunggal selama 10 – 14 hari.<br />Pemberian Amfoterisin B, yang dapat diberikan sistemik intravena dengan dosis 0,3 mg/kgBB, menunjukkan efektifitas yang cukup baik. Rute ini juga digunakan pada infeksi yang menunjukkan resistensi.<br />Pada renal kandidiasis sekunder akibat penyebaran hematogen dapat dilakukan pengobatan secara sistemik menggunakan Amfoterisin B intravena dengan dosis 0,6 mg/kgBB atau Fluokonazole intravena dengan dosis 400 mg/hari. Sistemik kandidiasis memerlukan terapi jangka panjang dengan durasi 4 sampai 6 minggu. Penggunaan obat Amfoterisin B selama kehamilan termasuk dalam kategori B, sedangkan Fluokonazole termasuk kategori C. <br /><br />PMS (Penyakit Menular Seksual)<br />Pengertian<br />Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit menular seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease (STD), sexually transmitted infection (STI) or venereal disease (VD). Infeksi (lebih tepatnya infeksi-infeksi) yang digolongkan dalam IMS/PMS salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular. <br />Jenisnya sangat banyak, semakin sering kita berganti-ganti pasangan seks semakin besar kemungkinan tertular (bisa saja tertular berbagai macam virus, bakteri, jamur, dan protozoa dalam tubuh kita). Ada jenis yang efeknya terasa dalam 3 hari sesudah terpajan (terkena), ada pula yang membutuhkan waktu lama. Sebaiknya IMS cepat diobati karena menjadi pintu gerbang masuknya HIV ke dalam tubuh kita.<br />Penularan IMS/PMS<br />Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :<br />1. Melalui darah :<br />• transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV,<br />• saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba,<br />• tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja,<br />• menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,<br />• penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat).<br />2. Dari ibu hamil kepada bayi :<br />• saat hamil,<br />• saat melahirkan,<br />• saat menyusui.<br />Jenis IMS/PMS<br />Ada banyak jenis-jenis IMS dan berikut jenis-jenis IMS (penulis akan menambah daftar penyakit IMS satu persatu karena jumlahnya banyak), klik pada nama penyakitnya maka akan menuju halaman baru yang merunut pada penjelasan tentang penyakit tersebut.<br /><br /><br /><br />Penyebab <br />Dibagi menjadi beberapa penyebab :<br />1. Bakteri<br />• Bacterial Vaginosis (BV) – not officially an STD but affected by sexual activity.<br />• Chancroid (Ulkus mole)<br />• Donovanosis (Granuloma inguinale or Calymmatobacterium granulomatis)<br />• Gonorrhea (GO atau kencing nanah).<br />• Klamidia<br />• Lymphogranuloma venereum (LGV) (Chlamydia trachomatis serotypes L1, L2, L3.)<br />• Non-gonococcal urethritis (NGU)<br />• Staphylococcal infection <br />• Syphilis, Sifilis, Raja Singa<br />2. Fungi/jamur<br />• Trichophyton rubrum<br />• Candidiasis, Yeast Infection <br />3. Virus<br />• Adenoviruses<br />• Cervical cancer, Kanker serviks<br />• Condiloma akuminata, Jengger ayam<br />• Hepatitis A<br />• Hepatitis B<br />• Hepatitis C<br />• Hepatitis E (transmisi via fecal-oral)<br />• Herpes simpleks – Herpes 1,2<br />• HIV/AIDS<br />• Human T-lymphotropic virus (HTLV)-1<br />• Human T-lymphotropic virus (HTLV)-2<br />• Human Papilloma Virus (HPV)<br />• Molluscum Contagiosum Virus (MCV)<br />• Mononucleosis – Cytomegalovirus CMV – Herpes 5<br />• Mononucleosis – Epstein-Barr virus EBV – Herpes 4<br />• Sarkoma kaposi, Kaposi’s sarcoma (KS) – Herpes 8<br />4. Parasit<br />• Pubic lice, colloquially known as “crabs” (Phthirius pubis)<br />• Scabies (Sarcoptes scabiei)<br />5. Protozoa<br />• Trichomoniasis<br />Infeksi-infeksi perut yang ditularkan jalur seksual (anal-oral contamination / fecal-oral)<br />1. Penyebab bakteri: Shigella, Campylobacteriosis, dan Salmonellosis.<br />2. Penyebab virus : Hepatitis A, Adenoviruses.<br />3. Parasit : Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, dan Cryptosporidiosis, Kriptosporidiosis.<br />Infeksi-infeksi mulut yang (kemungkinan) bisa ditularkan melalui jalur seksual<br />Common colds, influenza, infeksi Staphylococcal, Escherichia_coli_O157:H7, Adenoviruses, Human Papillomavirus, Herpes Zoster, Hepatitis B and the yeast Candida albicans.<br />Gejala <br />IMS seringkali tidak menampakkan gejala, terutama pada wanita. Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum sebagai berikut <br />1. Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari biasanya,<br />2. Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi sering kencing,<br />3. Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri ataupun tidak),<br />4. Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin,<br />5. Gatal-gatal di sekitar alat kelamin,<br />6. Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan paha,<br />7. Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri,<br />8. Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak ada hubungannya dengan haid),<br />9. Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks<br />10. Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.<br />Penatalaksanaan <br />1. Segera pergi ke dokter untuk diobati<br />• Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa yang menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan terjadi komplikasi), dibutuhkan tes untuk memastikan IMS yang diderita.<br />• Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda, tergantung jenis IMS yang diderita<br />• Jangan pergi berobat ke dukun atau tukang obat. Hanya dokter yang tahu persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan herbal bisa dilakukan (sebaiknya) jika ada yang mengawasi/penanggungjawab.<br />2. Ikuti saran dokter<br />Jangan menghentikan minum obat yang diberikan dokter meskipun sakit dan gejalanya sudah hilang. Jika tidak diobati dengan tuntas (obat dikonsumsi sampai habis sesuai anjuran dokter) , maka kuman penyebab IMS akan kebal terhadap obat-obatan.<br />3. Jangan berhubungan seks selama dalam pengobatan IMS<br />Hal ini berisiko menularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks Anda.<br />4. Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks (khususnya pasangan sah)<br />Pencegahan <br />1. Anda jauhi seks, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi), atau<br />2. Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogami) dan saling setia, atau<br />3. Cegah dengan memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks berisiko (harus selalu menggunakan kondom).<br />4. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku.<br />5. Edukasi, embuskan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS kepada kawan-kawan Anda.<br /><br /><br /><br /><br /><br />TB Paru<br />Pengertian<br />Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri<br />Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). <br />Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).<br />Penularan <br />Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu<br />paru-paru.<br />Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.<br />Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.<br />Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). <br />Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi social ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. <br />Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.<br />Gejala <br />Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnose secara klinik.<br />1. Gejala sistemik/umum<br />• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.<br />• Penurunan nafsu makan dan berat badan.<br />• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).<br />Perasaan tidak enak (malaise), lemah.<br />2. Gejala khusus<br />Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.<br />Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.<br />Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.<br />Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.<br />Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. <br />Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.<br />Diagnosis<br />1. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.<br />2. Pemeriksaan fisik.<br />3. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).<br />4. Pemeriksaan patologi anatomi (PA).<br />5. Rontgen dada (thorax photo).<br />6. Uji tuberkulin.<br />Klasifikasi<br />1. Tuberculosis Paru<br />Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru).<br />Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :<br />• Tuberkulosis Paru BTA positif<br />• Tuberkulosis Paru BTA negative<br />2. Tuberculosis Ekstra Paru<br />Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru,, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.<br />Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu :<br />• Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan<br />Misal : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal <br />• Tuberkulosis Ekstra Paru Berat<br />Misal : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.<br />Tipe penderita<br />Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita, yaitu :<br /><br />1. Kasus baru<br />Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)<br />2. Kambuh (relaps)<br />Adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan etlah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif<br />3. Pindahan (transfer in)<br />Adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09) <br />4. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)<br />Adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.<br />5. Gagal<br />• Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih. <br />• Adalah penderita BTA negative, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.<br />6. Lain-lain<br />Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2).<br />Pengobatan<br />Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-69177579915246727422011-05-15T00:38:00.001-07:002011-05-15T00:38:36.988-07:00PERSALINAN KOMPLIKASI / ABNORMAL<br />KEHAMILAN GANDA / KEMBAR / GEMELI<br />Kejadian kehamilan kembar terjadi kira-kira 1 di antara 80 kehamilan tapi perbandingan ini tergantung pada bangsa ; di Jepang misalnya 1 : 155. Di beberapa negara kejadian kehamilan ganda meningkat karena penggunaan clomiphen aialah semacam obat perangsang ovulasi.<br />Jika perbandingan kehamilan kembar pada suatu bangsa 1 : 80 maka perbandingannya untuk kehamilan ganda 3 adalah 1 : 802 dan untuk kehamilan ganda 4 adalah 1 : 803.<br />Jadi rumus umum untuk perbandingan kehamilan ganda ialah 1 : Na-1 di mana N adalah perbandingan kehamilan kembar di antara penduduk dan a adalah jumlah anak pada kehamilan ganda.<br />A. Pengertian Kehamilan Kembar <br />Kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita tu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa resiko nbagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.<br />B. Kehamilan kembar ada 2 macam <br />1. Kehamilan kembar 2 telur, kehamilan kembar dizigotik, kehamilan kembar fraternal : 2 buah sel telur dihamilkan oleh 2 buah sel mani. Kedua sel telur dapat berasal dari 1 ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berlainan.<br />2. Kehamilan kembar 1 telur, kehamilan kembar monozigotik atau kehamilan kembar identik : yang terjadi dari sebuah sel telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dihamilkan itu, kemudian membagi diri dalam 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak.<br />Kehamilan kembar 2 telur lebih sering diketemukan daripada kehamilan kembar 1 telur.<br />Frekwensi kehamilan 2 telur dipengaruhi oleh bangsa, keturunan, paritas, dan umur ibu. Makin tua umur ibu dan makin tinggi paritasnya makin besar kemungkinan anaknya kembar.<br />Sebaliknya kehamilan kembar 1 telur tidak dipengaruhi oleh bangsa, keturunan, paritas dan umur tapi oleh faktor lingkungan, faktor-faktor yang memperlampat pertumbuhan, misalnya karena nidasi terlambat atau kekurangan zat asam. <br />Kehamilan ganda 3 dapat terjadi dari 1, 2, atau 3 buah sel telur.<br />Anatomi plasenta dan selaput janin pada kehamilan kembar : pada kehamilan 2 telur selalu ada 2 chorion dan 2 amnion dan plasenta 2 buah, tapi kadang-kadang plasenta bersatu karena pinggir-pinggirnya bertemu waktu tumbuh.<br />Kehamilan kembar 1 telur biasanya mempunyai 1 korion dan 2 amnion dan 1 plasenta. Kadang-kadang terdapat 1 korion dan 1 amnion atau jarang sekali 2 korion atau 2 amnion. Semua ini tergantung pada saatnya pemisahan. Kalau pemisahan terjadi sangat dini ialah pada stadium 8 – 12 sel maka mungkin terjadi 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta.<br />Kalau terjadi lebih lambat tapi sebelum hari ke 7 maka terjadi 1 korion dan 2 amnion. Kalau pemisahan terjadi antara hari ke 7 dan hari ke 13 setelah fertilisasi maka terjadi 1 korion dan 1 amnion dan pemisahan sesudah hari ke 13 menghasilkan kembar siam.<br />Untuk membedakan antara kehamilan kembar 1 telur dan kehamilan kembar 2 telur dapat dijadikan pegangan :<br />Kehamilan kembar satu telur Kehamilan kembar dua telur<br />• Selalu sama jenis kelaminnya rupanya mirip (seperti bayangan)<br />• Golongan darah sama<br />• Cap tangan dan kaki sama<br />• Plasenta 1, korion 1, amnion 2 atau plasenta 1, korion 1, amnion 1. • Jenis kelamin tidak usah sama<br />• Persamaan seperti adik dan kakak<br />• Golongan darah tidak usah sama<br />• Cap tangan dan kaki tidak sama<br />• Plasenta 2, korion 2, amnion 2.<br /><br />Pada kehamilan kembar 1 telur ada anastomosis antara kadua peredaran darah, jadi darah kedua janin bercampur.<br />Anastomosis ini mungkin antara arteri dengan arteri, vena dengan vena atau arteri dengan vena.<br />Maka kalau jantung salah seorang anak lebih kuat dari yang lain, jantung ini akan menguasai plasenta dan menjadi besar, sedangkan jantung yang lemah mengalamiatrofi sehingga anak ini mati atau terjadi anak yang janggal segumpal daging yang disebut acardius amorphus.<br />Anak dengan jantung yang kuat mengakibatkan hydramnion karena pengeluaran air kencingnya lebih banyak.<br />Berat anak kembar pukuk rata kurang dari anak tunggal. Lamanya kehamilan kembar pukul rata juga lebih pendek dari kehamilan tunggal ialah 37 minggu. <br />Kadang-kadang ada perbedaan yang cukup besar antara berat badan kedua anak. Kita beranggapan bahwa ini bukan disebabkan karena perbedaan umur tapi karena perbedaan pertumbuhan misalnya, karena seorang anak lebih banyak mendapat makanan dari plasenta dari pada anak yang lain.<br />Ahli-ahli mengemukakan kemungkinan superfekundasi, ialah fertilisasi dari ovarium pada waktu yang berdekatan tapi tidak pada coitus yang sama dan superfoetasi ialah fertilisasi dari 2 buah telur tapi tidak pada cyclus yang sama.<br />Superfekundasi dapat terjadi pada manusia, karena dalam perpustakaan diceritakan mengenai seorang ibu kulit putih yang melahirkan seorang anak kulit mulatto pada suatu persalinan kembar. Superfekundasi belum dapat dibuktikan pada manusia.<br />Kadang-kadang salah seorang anak mati waktu kehamilan masih muda sedangkan anak satunya tumbuh terus.<br />Anak yang mati ini tertekan antara dinding rahim dan selaput janin yang hidup hingga terjadi fetus papyraceus atau fetus compressus.<br />C. Etiologi<br />Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap kehamilan kembar yang berhasil dari 2 telur. Juga obat klomid dan hormon gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik.<br />Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de Graaf atau terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dengan ditemukannya 21 korpora lutea pada kehailan kembar. Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua embrio yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar itu. Diperkirakan disini sebabnya ialah faktor pengahambat pada masa pertumbuhan dani hasil konsepsi. Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik. Bila faktor penghambat terjadi setelah blastula tetapi sebelum amnion terbentuk, maka akan terjadi kehamilan kembar dengan 2 amnion, sebelum primitive streak terbentuk, maka akan terjadi kembar dempet dalam berbagai bentuk.<br /><br />D. Diagnosis <br />• Anamnesa <br />Pada anamnesa dapat diketahui adanya anak kembar dalam keluarga. Umur dan paritas juga harus diperhatikan.<br />Ibu merasa bahwa perutnya lebih besar dari kehamilan biasa dan pergerakkan anak mungkin lebih sering terasa.<br />Juga keluhan subjektif lebih banyak : perasaan berat, sesak nafas, bengkak kaki dan lain-lain.<br />• Inspeksi <br />Perut lebih besar dari pada kehamilan biasa.<br />• Palpasi<br />Fundus uteri lebih tinggi dari pada sesuai dengan tuanya kehamilan. Teraba 3 bagian besar atau lebih atau teraba 2 bagian besar berdampingan.<br />Pada tiap kehamilan dengan hydamnion harus diingat akan kemungkinan kehamilan kembar.<br />• Auskultasi <br />Terdengar bunyi jantung pada 2 tempat yang sama jelasnya, apa lagi kalau ada perbedaan frekwensi, sekurang-kurangnya 10/menit dihitung pada saat yang sama.<br />• Foto Rontegen <br />Nampak 2 buah kerangka anak. Baiknya foro rontegen dibuat pada bulan ke VII agar rangka janin nampak dengan jelas.<br />E. Penyulit<br />1. Hydramnion sering menyertai kehamilan kembar.<br />2. Adanya hydramnion meninggikan kematian bayi mungkin karena hydramnion mengakibatkan partus prematurus.<br />3. Toxaemia gravidarum lebih sering terjadi pada kehamilan kembar dibandingkan dengan kehamilan biasa.<br />4. Anemia juga lebih banyak diketemukan pada kehamilan kembar karena kebutuhan akan lebih banyak dan mungkin juga karena ibu kurang nafsu makan.<br />5. Partus prematurus selalu mengancam kehamilan kembar rupa-rupanya karena regangan rahim yang berlebihan.<br /><br /><br />F. Perawatan Kehamilan Kembar <br />Mengingat kemungkinan partus prematurus maka dianjurkan supaya ibu berhenti bekerja pada minggu ke 28, pada kehamilan biasa istirahat kerja baru diberikan pada minggu ke 34.<br />Perjalanan yang jauh tidak diizinkan.<br />Istirahat harus cukup dan sedapat-dapatnya coitus ditinggalkan pada bulan 3 terakhir. Jika ternyata serviks sudah terbuka karena regangan yang berlebihan, diusahankan untuk mempertahankan kehamilan dengan istirahat rebah.<br />Mengingat kemungkinan toxaemia gravidarum, makanan harus diperhatikan dan dianjurkan makanan yang hanya sedikit mengandung garam ; untuk menghindari sesak nafas, dianjurkan makan dengan porsi-porsi yang kecil. Supaya preeklamsia lekas dapat di diagnosa, periksa antenatal harus lebih te;iti, maka pasien harus lebih sering memeriksakan diri.<br />Untuk menghindarkan anemia secara rutin diberi garam dan Hb diperiksa sekali 3 tahun.<br />Letak anak pada kehamilan kembar bermacam-macam yang paling sering ialah :<br />• Kedua anak dalam letak kepala.<br />• Seorang anak dalam letak kepala dan seorang lagi dalam letak sungsang.<br />Kemungkinan lain ialah :<br />• Keduanya dalam letak sungsang.<br />• Seorang memanjang, sorang melintang.<br />• Keduanya melintang.<br />Karena anak kecil, mungkin juga terjadi letak muka atau presentasi majemuk ialah adanya anggota di samping kepala.<br />G. Pimpinan Persalinan<br />Seorang wanita denga kehamilan kembar, sebaiknya bersalin di rumah sakit, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul pada persalinan kembar misalnya : partus prematurus, plasenta previa, toxaemia, prolapsus foeniculi, solutio plasenta, perdarahan postpartum.<br />Mungkin persalinan kembar memakan waktu sedikit lebih lama dari persalinan tunggal.<br />Pimpinan persalinan kembar kira-kira sama dengan pimpinan persalinan tunggal sampai anak 1 lahir. Tali pusat anak 1 ini harus dijepit dengan teliti, karena mungkin peredaran darah bersekutu sehingga anak ke 2 dapat berdarah melalui tali pusat anak pertama.<br />Segera setelah anak 1 lahir ditentukan letak anak 2. Kalau anak kedua dalam letak memanjang maka dipecahkan ketuban setelah his timbul kembali dan ditunggu partus spontan. Kalau waktu toucher teraba tali pusat terkemuka dilakukan ekstraksi atau versi dan ekstraksi. Jika his lama tidak datang maka diberi infus pitocin.<br />Jika anak kedua dalam letak lintang, maka dilakukan versi luar menjadi letak memanjang dan selanjutnya ketuban dipecahkan kalau his sudah kembali.<br />Setelah anak pertama lahir, bunyi jantung anak kedua harus diperiksa dengan teliti, mengingat kemungkinan solusio plasenta dan tali pusat menumbung.<br />Jika anak kedua belum lahir setengah jam setelah anak pertama lahir maka anak ke 2 dilahirkan dengan persalinan buatan (forceps atau versi ekstraksi). Sikap ini penting untuk mengurangi kematian anak.<br />Jika anak 1 dilahirkan dengan persalinan buatan maka anak ke 2 pun harus segera dilahirkan dengan persalinan buatan.<br />Penyulit mekanis yang dapat dijumpai pada kehamilan kembar walaupun jarang terjadi ialah :<br />1. Turunnya kedua bagian depan anak-anak bersamaan kedalam rongga panggul (collosion, impaction, compaction). Dalam hal ini bagian depan yang paling tinggi hendaknya ditolak sedikit ke atas.<br />2. Kait mengait dagu anak kalau anak 1 lahir dengan letak sungsang dan anak ke 2 dengan letak kepala (interlocking). Pengaitan ini harus dilepaskan, kalau tidak mungkin dilakukan sectio.<br />Segera setelah anak 2 lahir diberi 10 satuan oxytocin i.m. untuk mencegah perdarahan postpartum. Fundus diperhatikan dan kalau perlu dilakukan massage. Segera setelah ada tanda-tanda bahwa plasenta lepas, plasenta dilahirkan. Setelah plasenta lahir dapat diberi methergin dan kalau perlu pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.<br />Pada persalinan kembar selalu harus tersedia darah untuk mengatasi perdarahan postartum.<br />H. Prognosa Kehamilan Kembar <br />Pukul rata berat badan anak kembar kurang dari berat badan anak tunggal, karena lebih sering terjadi partus prematurus. Terjadinya partus prematurus ini, meninggikan angka kematian di antara bayi-bayi yang kembar. Walaupun begitu prognosa anak kembar yang prematur lebih baik dibandingkan dengan anak tunggal yang sama beratnya.<br />Cara yang terbaik untuk mengurangi kematian bayi kembar ialah dengan usaha mencegah partus prematurus.<br />Cacad bawaan juga dikatakan lebih sering diketemukan di antara anak kembar.<br />Juga prognosa ibu sedikit kurang baik, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul pada kehamilan kembar terutama toxaemia dan perdarahan.<br /><br />LETAK SUNGSANG<br />A. Pengertian Sungsang<br />Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri).<br />Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis (Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG,1998).<br /> <br />Gambar Kelainan Letak Sungsang.<br />B. Tipe Letak Sungsang<br />1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.<br />2. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) ( 5-10%). Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.<br />3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.<br />Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.<br />C. Penyebab Terjadinya Letak Sungsang<br />Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:<br />• Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong. <br />• Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar.<br />• Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.<br />• Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.<br />• Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.<br />• Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara<br />• Gemeli (kehamilan ganda) <br />• Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.<br />• Janin sudah lama mati.<br />• Sebab yang tidak diketahui.<br />D. Sebab-sebab Kematian Anak pada Letak Sungsang<br />1. Setelah pusat lahir, maka kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, sesudah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.<br />2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.<br />3. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan pada badan anak.<br />4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi prolapsus foeniculi, karena bagian depan kurang baik menutup bagian bawah rahim<br />Selain dari itu karena pertolongan mungkin terjadi fraktur dari humerus atau clavicula, paralyse lengan karena tekanan atau tarikan pada plexus brachialis. <br />E. Etiologi <br />Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang berlebihan. Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibra, myoma,hydrocepalus dan janin besar. Banyak yang diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal. Beberapa ibu melahirkan bayinya semua dengan presentasi bokong menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala. Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong ( Harry oxorn,1996 ) <br />Penyebab letak sungsang dapat berasal dari :<br />1. Sudut Ibu<br />2. Keadaan rahim<br />• Rahim arkuatus<br />• Septum pada rahim<br />• Uterus dupleks<br />• Mioma bersama kehamilan<br />• Keadaan plasenta<br />3. Plasenta letak rendah<br />• Plasenta previa<br />4. Keadaan jalan lahir<br />• Kesempitan panggul<br />• Deformitas tulang panggul<br />• Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala<br />5. Sudut janin<br />Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :<br />• Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat<br />• Hedrosefalus atau anesefalus<br />• Kehamilan kembar<br />• Hidroamnion atau aligohidromion<br />• Prematuritas <br />Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras serta paling lambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul.<br />F. Diagnosis<br />1. Palpasi: pemeriksaan Leopold di bagian bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar (bokong), sementara di fundus teraba bagian yang keras, bundar dan melenting (kepala), dan punggung teraba dikiri atau kanan.<br />2. Auskultasi: DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.<br />3. Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X : bayangan kepala di fundus<br />4. Pemeriksaan dalam: Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang – kadang kaki (pada letak kaki). Bedakan antara : <br />• Lubang kecil – Mengisap<br />• Tulang (-) - Rahang Mulut <br />• Isap (-) Anus - Lidah <br />• Mekoneum (+)<br />• Tumit - Jari panjang<br />• Sudut 90 derajat Kaki - Tidak rata Tangan siku <br />• Rata jari – jari - Patella (-)<br />• Patella Lutut<br />• Poplitea<br />G. Gerakan Anti Sungsang<br />Posisi menungging. Tangan rileks disamping tubuh dan kedua kaki terbuka, ditekuk sejajar bahu. Letakan kepala dikedua tangan, turunkan dada perlahan-lahan sampai menyentuh kasur, kepala menolek ke samping kiri atau kanan. Letakan siku diatas kasur, geser sejauh mungkin dan tubuh kesamping. Ulangi gerakan sampai 8x.<br /> <br />H. Mekanisme Persalinan Letak Sungsang Fisiologis <br />Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung sebagai berikut :<br />1. Persalinan bokong<br />2. Persalinan bahu<br />3. Persalinan kepala<br />( Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba, SPOG,1998) bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putaran paksi dalam sehingga trochanter depan berada di bawah simfisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion akan lahir trochanter belakang dan selanjutnya seluruh bokong lahir untuk melakukan putaran paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan.<br />Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putaran paksi dalam sehingga suboksiput berada di bawah simfisis. Suboksiput menjadi hipomuklion, berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka dan kepala seluruhnya.<br />Persalinan kepala mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir. Melampaui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan /kematian bayi ( Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba, SPOG,1998).<br />I. Bahaya Persalinan Sungsang<br />1. Anoksia intra dan ekstra uterin<br />2. Perdarahan intrakranial<br />3. Fraktur dan dislokasi<br />4. Kerusakan otot dan syaraf terutama pada otot sterno mastoid dan fleksus brachialis<br />5. Ruptur organ abdomen<br />6. Oedem genital dan memar atau lecet akibat capformation.<br />Kejadian anomali kongenital tinggi pada bayi dengan presentasi atau letak sungsang dan terutama pada BBLR.<br />J. Prinsip Dasar Persalinan Sungsang<br />1. Persalinan pervaginam <br />• Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht. <br />• Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. <br />• Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. <br />2. Persalinan perabdominan (sectio caesaria).<br />K. Konsep Penatalaksanaan Letak Sungsang (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002)<br />Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi.<br />Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan Menurut Sarwono Prawirohardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui, maka persalinan sungsang dibagi menjadi:<br />1. Persalinan Pervaginam<br />• Spontaneous breech (Bracht)<br />• Partial breech extraction : Manual and assisted breech delivery<br />• Total breech extraction<br />2. Persalinan per abdominal : Seksio Sesaria<br /> Pada Persalinan secara Bracht ada 3 tahap :<br />1. Fase Lambat (Bokong lahir sampai umbilikus / scapula anterior).<br />2. Fase Cepat (Dari umbilikus sampai mulut / hidung.<br />3. Fase Lambat (Dari mulut / hidung sampai seluruh kepala)<br />L. Prosedur Persalinan Sungsang secara Spontan<br />1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak berbahaya. <br />2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. <br />3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dariruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).<br />M. Teknik Persalinan<br />1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper. <br />2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi. <br />3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul. <br />4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu. <br />5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasianterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresikriste ller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak teradi lengan menjungkit. <br />6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala. <br />7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. <br />Keuntungan:<br />• Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi. <br />• Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin. <br />Kerugian:<br />• Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir <br />kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk<br />] <br /><br />Bracht<br />Prosedur manual aid (partial breech extraction) : <br />Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi <br />kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. <br />Tahapan : <br />1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri. <br />2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach. <br />3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.<br />Cara klasik:<br />1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan. <br />2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. <br />3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dandengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. <br />4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. <br />5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan <br />6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolongterletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.<br />Cara Mueller<br />1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. <br />2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolongdiletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya. <br />3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.<br />Keuntungan : Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi <br />minimal.<br /><br />Cara louvset :<br />1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis. <br />2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan. <br />Cara Mauriceau (Veit-Smellie) : <br /> <br />Mauriceau <br />1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalanlahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah punggung.<br />2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorangasisten melakukan ekspresikriste ller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.<br />Cara cunam piper :<br />Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan pemasangan lengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam dimasukkan pada arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah simpisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.<br />Prosedur persalinan sunggang perabdominan.<br />Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus <br />perabdominam adalah :<br />1. Primigravida tua <br />2. Nilai sosial tinggi<br />3. Riwayat persalinan yang buruk<br />4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg <br />5. Dicurigai kesempitan panggul <br />6. Prematurita.<br />Syarat partus pervaginam pada letak sungsang :<br />1. Janin tidak terlalu besar <br />2. Tidak ada suspek CPD<br />3. Tidak ada kelainan jalan lahir<br />4. Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.<br /><br />LETAK LINTANG<br />A. Pengertian Letak Lintang<br />Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah (dorsoinferior).<br />B. Etiologi<br />Penyebab paling sering adalah kelemahan otot uterus dan abdomen. Kelaianan letak paling sering terjadi pada wanita paritas tinggi (grande multipara). Faktor lain yang mendukung terjadinya letak lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada beebrapa faktor yang mendukung terjadinya letak lintang yaitu: kehamilan ganda, polihidramnion, abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus yang besar.<br />C. Diagnosis<br />Letak lintang mudah didiagnosis dalam kehamilan dari bentuk uterus, terlihat melebar, lebih menonjol ke salah satu bagian abdomen, engan TFU rendah. Palpasi akan teraba kepala janin pada salah satu sisi dan bokong pada sisi yang lain, tetapi tidak ada bagian presentasi yang berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin atau bokong ditemukan di salah satu bagian fossa iliaca. USG dapat digunakan untuk memastikan dignosis untuk mendeteteksi kemungkinan penyebab.<br />D. Proses Persalinan<br />Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaca dan bokong pada fossa iliaca yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat, akan terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin meninggi dan semakin nyata. Keadaan ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat ditangani dengan benar, uterus akhirnya akan mengalami ruptur dan baik ibu maupun bayi dapat meninggal.<br />Bila janin amat kecil (biasanya kurang dari 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat terjadi meskipun kelainan tesebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan, dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicati corpore) <br />E. Komplikasi Letak Lintang<br />Letak lintang merupakan keadaan malpresentasi yang paling berat dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi akan bertambah berat jika kasus letak lintang telambat didiagnosa. Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu. Pada janin, dapat terjadi prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin.<br />F. Penatalaksanaan Letak Sungsang<br />Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada atau tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga apabila terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan prognosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih dapat diusahakan mengubah letak lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah.<br />Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:<br />1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap<br />2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli<br />3. Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.<br />Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu meneran atau bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan terjadi dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar, apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang.<br />Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah tidak dapat didorong ke atas, dan tangan pemeriksa yang dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara tubuh janin dan dinding uterus. Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung adanya bahaya ruptur uteri, letak lintang kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera.<br />Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi dalam merupakan metode dimana salah satu tangan penolong masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik salah satu atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam dilakukan pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal di dalam kandungan dengan pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika dilakukan oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang masih hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri. Namun, pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan risiko perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria.<br />G. Prognosis<br />Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa, masih tetap dapat menimbulkan kelainan pada persalinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu dan janin pada letak lintang, disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk mengeluarkan janin.<br />Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh riwayat pemeriksaan kehamilan, kecepatan penegakkan diagnosa dan sarana-prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat diagnosa letak lintang ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada dalam posisi lintang pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai perbandingan jika diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu, ± 2,6 % akan tetap pada posisi lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40 minggu, ± 11,8 % akan tetap pada posisi lintang (4). Di negara dengan sarana-prasarana yang sudah maju, angka kematian ibu dan janin pada kasus letak lintang sudah cukup rendah. Namun, pada negara tertinggal, berbagai komplikasi masih terjadi akibat tidak adanya fasilitas seksio sesaria (10).<br />Angka kematian ibu sekitar 0-2 % ( RS Hasan Sadikin Bandung, 1966). Sedangkan angka kematian janin sekitar 18,3 % (RS Hasan Sadikin) dan 23,3 % (RS Umum Pusat Prop. Medan). Angka ini kira-kira sama dengan yang didapatkan oleh Wilson santara tahun 1935-1950. Tetapi dengan meningkatnya frekuensi seksio sesaria pada letak lintang, pada tahun 1951-1956 Wilson melaporkan angka kematian janin sangat menurun menjadi 5,6 % .<br />Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2004, rerata angka kematian akibat malposisi dan malpresentasi janin di negara-negara berkembang, seperti Brazil, Nikaragua, Ekuador dan Meksiko, sebesar 1,3 % .<br /><br />MAKROSOMIA<br />A. Pengertian Makrosomia<br />Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. <br />B. Etiologi<br />Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar / baby giant.<br />Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :<br />1. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya organ dalam, mukanya sembab dan kemerahan (plethonic) seperti bayi yang sedang mendapat kortikosteroid. Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis surfakton. <br />2. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi giant). <br />3. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar. <br />C. Tanda dan Gejala<br />1. Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir <br />2. Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat) <br />3. Besar untuk usia gestasI<br />D. Pemeriksaan Diagnostik<br />1. Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah <br />2. Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht) <br /><br />E. Komplikasi<br />Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Yang walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu.Tingkat penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Seringkali akan menunjukkan apakah induksi persalinan kemungkinan dan menimbulkan persalinan pervaginam. Jika tidak maka persalinan dilakukan dengan seksio sesarea yang direncanakan. Pada kasus-kasus Bordeline dapat dilakukan persalinan percobaan yang singkat. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yng mungkin terjadi. Jika terjadi penyulit- penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana. Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil. <br /><br />DISTOSIA BAHU<br />A. Pengertian Distosia dan Distosia Bahu<br />Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan. Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 18 jam. Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.<br />Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2 – 0,3 % dari seluruh persalinan pervaginam dengan presentasi kepala. Apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%.<br /><br /><br />B. Klasifikasi<br />Penyebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu:<br />1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, yaitu :<br />• Kelainan his merupakan penyebab terpenting dan tersering dari distosia.<br />• Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut, seperti luka parut baru pada dinding perut, diastase muskulus rektus abdominis; atau kelainan keadaan umum ibu seperti sesak napas atau adanya kelelahan ibu.<br />2. Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin, misalnya presentasi bahu, presentasi dahi, presentasi muka, preselitasi – bokong, anak besar, hidrosefal, dan monstrum.<br />3. Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir baik bagian keras (tulang), seperti adanya panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian yang lunak seperti adanya tumor-tumor baik pada genitalia interna maupun pada visera lain di daerah panggul yang menghalangi jalan lahir.<br />C. Komplikasi Distosia <br />Komplikasi Maternal :<br />1. Perdarahan pasca persalinan<br />2. Fistula Rectovaginal <br />3. Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy” <br />4. Robekan perineum derajat III atau IV<br />5. Rupture Uteri <br />Komplikasi Fetal :<br />1. Brachial plexus palsy <br />2. Fraktura Clavicle <br />3. Kematian janin<br />4. Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen<br />5. Fraktura humerus <br />Komplikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang (klavikula dan humerus), cedera pleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak. Dislokasi tulang servikalis yang fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan dan putaran pada kepala dan leher. Fraktur tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna tanpa sekuele, apabila didiagnosis dan diterapi dengan memadai. Cedera pleksus brakhialis dapat membaik dengan berjalannya waktu, tetapi sekuele dapat terjadi pada 50 % kasus. Pada ibu, komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomi, ataupun atonia uteri.<br />E. Faktor Resiko Distosia Bahu :<br />1. Maternal<br />• Kelainan anatomi panggul<br />• Diabetes Gestational <br />• Kehamilan postmatur<br />• Riwayat distosia bahu<br />• Tubuh ibu pendek <br />2. Fetal<br />• Dugaan macrosomia <br />3. Masalah persalinan<br />• Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum) <br />• “Protracted active phase” pada kala I persalinan<br />• “Protracted” pada kala II persalinan<br />Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang. Ginsberg dan Moisidis (2001) : distosia bahu yang berulang terjadi pada 17% pasien.<br />F. Diagnosis<br />Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya :<br />1. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.<br />2. Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang.<br />3. Dagu tertarik dan menekan perineum.<br />4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis.<br />Begitu distosia bahu dikenali, maka prosedur tindakan untuk menolongnya harus segera dilakukan.<br />G. Penanganan Distosia Bahu<br />Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk ke panggul. Bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi McRobert, atau posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptura uteri. Disamping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme persalinan, keberhasilan pertolongan persalinan dengan distosia bahu juga ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis dengan laju 0, 04 unit/menit. Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalami hipoksia tersedia waktu antara 4 – 5 menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadi cidera hipoksik pada otak.<br />Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut :<br />Diagnosis <br /><br />Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan<br /><br />Manuver McRobert<br />(Posisi McRobert, episiotomi bila perlu, tekanan suprapublik, tarikan kepala)<br /><br />Manuver Rubin<br />(Posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan suprapublik, tarikan kepala)<br /><br />Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau manuver Wood<br />Manuver Mc Robert (1983)<br />• Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota keluarganya) untuk membantu ibu.<br />• Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya.<br />• Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri<br />Manuver Corkscrew Woods (1943)<br />Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, ke arah sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu<br />Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum.<br /><br />Teknik Pelahiran Bahu Belakang<br />• Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterior<br />• Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi.<br />Manuver Rubin (1964)<br />• Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain dengan memberikan tekanan pada abdomen.<br />• Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah di akses, kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan abduksi kedua bahu kemudian akan menghasilkan diameter antar-bahu dan pergeseran bahu depan dari belakang simfisis pubis.<br />Manuver Hibbard (1982)<br />Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu depan dibebaskan. Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan mengakibatkan bahu depan semakin terjepit (Gross dkk., 1987).<br />Posisi Merangkak<br />• Minta ibu untuk berganti posisi merangkak<br />• Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati.<br />• Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah bagian bawah dengan hati-hati.<br />Manuver Zavanelli (Sandberg, 1985)<br />• Mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut .<br />• Memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina yang diikuti dengan pelahiran secara sesar.<br />• Memberikan terbutaline 250 mg subkutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.<br />Fraktur Klavikula<br />Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anterior terhadap ramus pubis dapat dilakukan untuk membebaskan bahu yang terjepit.<br />Kleidotomi<br />Kleidotomi yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain, biasanya dilakukan pada janin mati (Schram, 1983).<br />Simfisiotomi<br />Simfisotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah persalinan juga dapat diterapkan dengan sukses (Hartfield, 1986). Namun Goodwin dkk. Melaporkan bahwa tiga kasus yang mengerjakan simfisiotomi, ketiga bayi mati dan terdapat morbiditas ibu signifikan akibat cedera traktus urinarius.<br /><br />IUFD (INTRA UTERINE FETAL DEATH) <br />KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN<br />A. Pengertian IUFD<br />Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus.<br />Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.<br />B. Klasifikasi IUFD<br />Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: <br />1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.<br />2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu. <br />3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death).<br />4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas.<br />C. Etiologi<br />1. Fetal, penyebab 25-40%<br />• Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, kelainan jantung congenital<br />• Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.<br />• Kelainan kongenital (bawaan) bayi<br />Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.<br />• Janin yang hiperaktif<br />Gerakan janin yang berlebihan -apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil. <br />• Infeksi janin oleh bakteri dan virus<br />2. Placental, penyebab 25-35% : Abruption, Kerusakan tali pusat, Infark plasenta, Infeksi plasenta dan selaput ketuban, Intrapartum asphyxia, Plasenta Previa , Twin to twin transfusion, Chrioamnionitis, Perdarahan janin ke ibu, Solusio plasenta.<br />3. Maternal, penyebab 5-10% : Antiphospholipid antibody, DM, Hipertensi, Trauma, Abnormal labor, Sepsis, Acidosis/ Hypoxia, Ruptur uterus, Postterm pregnancy, Obat-obat, Thrombophilia , Cyanotic heart disease, Epilepsy, Anemia berat, Kehamilan lewat waktu (postterm).<br />Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.<br />4. Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan.Kesulitan dalam memperkirakan kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin preterm.<br />D. Manifestasi Klinis<br />1. DJJ tidak terdengar <br />2. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun <br />3. Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa <br />4. Palpasi anak menjadi tidak jelas <br />5. Reaksi biologis menjadi negatif setelah anak mati kurang lebih 10 hari<br />6. Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%.<br />E. Faktor Resiko<br />1. Status sosial ekonomi rendah <br />2. Tingkat pendidikan ibu yang rendah <br />3. Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun <br />4. Partias pertama dan partias kelima atau lebih <br />5. Kehamilan tanpa pengawasan antenatal <br />6. Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat <br />7. Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetrik<br />F. Patofisiologi dan Patogenesis<br />1. Patologi<br />Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan sebagai berikut :<br />• Rigor mostis (tegang mati) <br />Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali. <br />• Stadium maserasi I <br />Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.<br />• Stadium maserasi II <br />Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati. <br />• Stadium maserasi III <br />Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.<br />2. Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.<br /><br />PARTUS MACET<br />Partus lama adalah proses persalinan yang mempunyai masalah fase laten yang panjang, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir atau dilatasi serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif. Persalinan lama disebabkan oleh his tidak efisien, factor janin (mal presentasi,malposisi, janin besar), faktir jalan lahir ( panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).<br />Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (Cephalo pelvic Disproportion) atau adaya obstruksi , Berikan penanganan umum yang mungkin akan memperbaiki kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan, Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. CPD terjadi karena bayi terlalu besar tau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan kita dapatkan persalinan macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan. Bila ditemukan tanda-tanda obstruksi (Partus macet), bayi hidup lahirkan dengan sectio sesarea, bayi mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-75429137679264612182011-05-15T00:35:00.001-07:002011-05-15T00:37:27.521-07:00RETENSIO PLASENTA<br /><br />A. Pengertian Retensio Plasenta <br />Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal. 300). <br />Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta liingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178). <br />Recensio Plasenta adalah plasenta belum labir 1/2 jam sesudah anak lahir (Obstetri Patologi, hal. 234). <br />B. Jenis-Jenis Retensio Plasenta <br />1. Plasenta Adhesiva <br />adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis. <br />2. Plasenta Akreta <br />adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki sebagian lapisan miornetrium. <br />3. Plasenta Inkreta <br />adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum. <br />4. Plasenta Perlireta <br />adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. <br />5. Plaserita Inkarserata <br />adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni uteri. <br />C. Etiologi <br />1. Fungsional <br />• His kurang kuat <br />• Plasenta sulit terlepas, karena :<br />Tempatnya : insersi di sudut tuba<br />Bentuknya : plasenta membranacea, plasenta anularis<br />Ukurannya : plasenta yang sangat kecil<br />Plasenta yang sukar lepas karena sebab-sebab tersebut di atas disebut plasenta adhesiva.<br />2. Patolog – Anatomis <br />Plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta perkreta (Obstetri Patologi, hal 236). <br />D. Retensio Plasenta dan Plasenta Manual <br />Plasenta manual merupakan tindakan operasional kebidanan untuk melahirkan plasenta. Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan : <br />1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. <br />2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan. <br />3. Retensio plasenta tanpa perdarahan diperkirakan : <br />• Darah penderita terlalu banyak hilang. <br />• Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi. <br />• Kernungkinan implantasi plasenta terlalu dalam. <br />4. Plasenta manual dengan segera dilakukan : <br />• Terdapat riwayat perdarahan post partum berulang.<br />• Terjadi perdarahan post partum melebihi 400cc.<br />• Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.<br />• Plasenta belum lahir setelah menunggu 1/2 jam.<br />E. Terapi Retensio Plasenta<br />Jika plasenta dalam waktu setengah jam setelah anak lahir, belum memperlihatkan gejala-gejala perlepasan, maka dilakukan pelepasan plasenta manual. Telah dijelaskan bahwa jika ada perdarahan banyak, maka mungkin plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu, tetapi dalam hal ini atas indikasi perdarahan, bukan atas indikasi retensio plasenta.<br />F. Plasenta Manual <br />Teknik :<br />• Sebaiknya dengan narkosa-untuk mengurangi sakit dan menghindari syok. <br />• Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna, tangan kanan dimasukkan secara obstetris sampai mencapai tepi plasenta dengan menelusuri tali pusat. <br />• Tepi plasenta dilepaskan dengan bagian ulnar tangan kanan sedangkan tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas. <br />• Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan maka tangan dikeluarkan bersama dengan plasenta. <br />• Dilakukan eksplerasi untuk mencari sisa plasenta atau membrannya.<br />qKontraksi uterus ditimbulkan dengan memberikan uterotonika.<br />• Perdarahan diobservasi.<br />G. Komplikasi Tindakan Plasenta Manual <br />Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut : <br />• Terjadi perforasi uterus. <br />• Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim. <br />• Terjadi perdarahan karena atonia uteri. <br />• Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan : <br />o Memberikan uterotonika intramuskular atau intravena.<br />o Memasang tamporiade uterovaginal.<br />o Memberikan antibiotika.<br />o Memasang infus.<br />o Persiapan transfusi darah.<br /><br />ATONIA UTERI<br />A. Pengertian Atonia Uteri<br />Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.<br />Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)<br /><br />Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.<br />B. Faktor Penyebab :<br />Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :<br />1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.<br />2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.<br />3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek<br />4. Partus lama / partus terlantar<br />5. Malnutrisi.<br />6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.<br />C. Gejala Klinis:<br />1. Uterus tidak berkontraksi dan lunak <br />2. Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).<br />D. Pencegahan atonia uteri.<br />Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah. Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit.<br />Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin. <br />Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum.<br />E. Penanganan Atonia Uteri;<br />1. Penanganan Umum<br />• Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.<br />• Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).<br />• Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat. <br />• Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.<br />• Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.<br />• lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM.<br />• Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.<br />• Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.<br />• Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.<br /><br />Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:<br />• Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;<br />• Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;<br />F. Penanganan Khusus<br />1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.<br />2. Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.<br />3. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan<br />4. Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.<br />5. Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong<br />Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan.<br />Jika perdarahan terus berlangsung: Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana.<br />Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati. Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah dilakukan, lakukan:<br />Kompresi bimanual internal atau Kompresi aorta abdominalis. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.<br />Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama sesama kala empat. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera<br />Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:<br />• Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika. <br />• Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi. <br />G. Manajemen Atonia Uteri ( Penatalaksanaan)<br />1. Resusitasi <br />Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.<br />2. Masase dan kompresi bimanual <br />Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik)<br />• Jika uterus berkontraksi<br />Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera<br /><br /><br /><br />• Jika uterus tidak berkontraksi maka :<br />Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.<br />o Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.<br />o Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI<br />Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera<br />H. Uterotonika <br />Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.<br />Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.<br />Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.<br /><br /><br />ROBEKAN JALAN LAHIR<br />A. Pengertian<br />B. Sebab – sebab terjadinya perlukaan jalan lahir antara lain : <br />1. Kesalahan sewaktu memimpin persalinan <br />2. Persalinan operatif melalui vagina seperti ekstraksi vacuum atau trauma akibat alat – alat yang dipakai <br />3. Perlukaan jalan lahir yang terjadi karena disengaja, seperti episiotomi <br />C. Klasifikasi <br />Adapun perlukaan jalan lahir dapat terjadi pada : <br />1. Robekan perineum spontan maupun episiotomi <br />a) Etiologi <br />• Kepala janin terlalu cepat lahir <br />• Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya <br />• Sebelumnya pada perinemum terdapat banyak jaringan parut <br />• Pada keadaan dengan distosia bahu <br />b) Tingkatan lacerasi berdasarkan luasnya robekan : <br />• Derajat 1 : Mukosa vagina, forchette posterior, kulit perineum <br />• Derajat 2 : Mukosa vagina, forchette posterior, kulit perineum, otot perinemum <br />• Derajat 3 : Mukosa vagina, forchette posterior, kulit perineum, otot perinemum, otot spingter ani eksternal <br />• Derajat 4 : Mukosa vagina, forchette posterior, kulit perineum, otot perinemum, otot spingter ani eksternal, dinding rectum anterior. <br />Keterangan untuk derajat 3 dan 4 segera dirujuk, karena memerlukan teknik dan prosedur khusus. <br />c) Penatalaksanaan <br />• Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasikan laserasi dan sumber perdarahan <br />• Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic <br />• Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan, kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap <br />• Lakukan penyatuan luka mulai dari bagian yang paling distal terhadap operator <br />2. Perlukaan Vulva <br />a) Robekan vulva <br /> Jika diperiksa sering terlihat robekan – robekan kecil pada labium mius, vestibulun atau belakang vulva. Jika robekan tidak menimbulkan perdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan – tindakan apa – apa tetapi jika luka robekan agak besar dan banyak berdarah, perlu dilakukan penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan. <br />b) Hematona vulva <br />• Etiologi <br />o Robeknya pembuluhdarah, terutama vena yang terletak di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput vagina <br />o Pecahnya varises yang terdapat dinding vagina dan vulva <br />• Diagnosis <br /> Daerah hematona akan terlihat bagian yang lembek, membengkak dan perubahan warna kulit di daerah hematona disertai nyeri tekan <br />• Penanganan <br />o Pada hematona yang kecil, cukup dilakukan pengompresan <br />o Jika hematona makin membesar dan disertai tanda – tanda anemia, presyok, maka perlu segera dilakukan pengosongan dan hematona tersebut <br />3. Robekan Dinding Vagina <br />a) Etiologi <br />• Persalinan dengan luram <br />• Ekstrasi batang <br />• Ekstrasi Vakum <br />• Reposisi presentasi kepala janin <br />b) Komplikasi <br /> Perdarahan dan infeksi <br />c) Penanganan <br />• Pada luka robek yang kecil, tidak perlu penanganan khusus. <br />• Pada luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan <br />4. Robekan Serviks <br />a) Etiologi <br />• Partus presipitatus <br />• Trauma karena pemakaian alat – alat operasi <br />• Melahirkan kepala janin pada tetsu secara paksa padahal pembuatan serrvik belum lengkap <br />• Partus lama <br />b) Komplikasi <br />• Perdarahan <br />• Syok, bahkan kematian dan inkompetensi serviks <br />c) Penanganan <br />• Jepit klein ovum ada ke-2 biji sisi partio yang robek, sehingga perdarahan dapat segera dihentikan <br />• Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan dimulai dari ujung atas robekan kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit <br />• Setelah tindakan, periksa TTV, CU, TFC dan perdarahan <br />• Beri antibiotik profilaksi, kecuali bila jelas ditemui tanda – tanda infeksi <br />5. Ruptor Uteri <br />a) Faktor Predisposisi <br />• Multi paritas <br />• Pemakaian oksitosin untuk indikasi persalinan yang tidak tepat <br />• Kelainan letak dan implantasi plasenta <br />• Kelainan bentuk uterus <br />• Hidramnion <br />b) Jenis <br />• Ruptura Uteri Spontan <br />Adalah dapat terjadi pada keadaan dimana terdapat rintangan pada waktu persalinan, misalnya : kelainan letak dan presentasi janin, panggul sempit <br />• Ruptura Uteri Traumatik <br />Terjadi karena adanya ruda paksa pada uterus, misalnya : versi ekstraksi plasenta manual <br />• Ruptura Uteri Jaringan Parut <br />Terjadi karena adanya locus mnoris pada dinding uterus sebagai, akibat bekas sebelumnya, Misal : parut bekas secar <br />c) Gejala <br />• Biasanya didahului oleh his yang kuat dan uterus menerus rasa nyeri yang hebat di perut bagian bawah, nyeri waktu ditekan, nadi dan pernafasan cepat <br />• Setelah terjadi rupture uteri dijumpai gejala-gejala seperti syok, perdarahan, pucat, nadi cepat, tekanan darah turun <br />• Jika kejadian rupture uteri telah lama, akan timbul gejala-gejala mekanisme <br />d) Penanganan <br />• Laparatomi <br />• Histerektomi <br /><br /><br />KELAINAN FUNGSI PEMBEKUAN DARAH<br />Kegagalan pembekuan darah atau koagulopati dapat menjadi penyebab dan akibat perdarahan yang hebat. Gambaran klinisnya bervariasi mulai dari perdarahan hebat dengan atau tanpa komplikasi trombosis, sampai keadaan klinis yang stabil yang hanya terdeteksi oleh tes laboratorium. Setiap kelainan pembekuan, baik yang idiopatis maupun yang diperoleh, dapat merupakan penyulit yang berbahaya bagi kehamilan dan persalinan, seperti pada defisiensi faktor pembekuan, pembawa faktor hemofilik A (carrier), trombopatia, penyakit Von Willebrand, leukemia, trombopenia dan purpura trombositopenia. Dari semua itu yang terpenting dalam bidang obstetri dan ginekologi ialah purpura trombositopenik dan hipofibrinogenemia. <br />• Purpura trombositopenik <br />Penyakit ini dapat bersifat idiopatis dan sekunder. Yang terakhir disebabkan oleh keracunan obat-obat atau racun lainnya dan dapat pula menyertai anemia aplastik, anemia hemolitik yang diperoleh, eklampsia, hipofibrinogenemia karena solutio plasenta, infeksi, alergi dan radiasi. <br />• Hipofibrinogenemia <br />Adalah turunnya kadar fibrinogen dalam darah sampai melampaui batas tertentu, yakni 100 mg%, yang lazim disebut ambang bahaya (critical level). Dalam kehamilan kadar berbagai faktor pembekuan meningkat, termasuk kadar fibrinogen. Kadar fibribogen normal pada pria dan wanita rata-rata 300mg% (berkisar 200-400mg%), dan pada wanita hamil menjadi 450mg% (berkisar antara 300-600mg%).Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-58679919942895889362011-05-15T00:31:00.001-07:002011-05-15T00:34:19.213-07:00PERDARAHAN KEHAMILAN<br /><br />I. MOLA HYDATIDOSA<br />Mola hydatidosa adalah tumor yang jinak (benigna) dari chorion.<br /><br />Kejadian : <br />Mola hydatidosa adalah penyakit wanita dalam masa reproduksi tetapi kalau terjadi kehamilan pada wanita yang berumur lenih dari 45 tahun, kehamilan mola 10 x lebih besar dibandingkan dengan gravidae antara 20 – 40 tahun.<br /><br />Patologi : <br />Sebagian dari vlli berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola partialis kadang-kadang ada janin.<br />Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri.<br />Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan poliferasi trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex kromatin adalah wanita.<br /><br />Gejala-gejala :<br />Pada pasien dengan amnenorrhoe terdapat :<br />• Perdarahan kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak. Karena perdarahan ini pasien biasanya anaemis.<br />• Rahim lebih besar dari pada sesuai dengan tuanya kehamilan.<br />• Hyperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.<br />• Mungkin timbul preeklamsia atau eklamsia. Terjadinya preeklamsia atau eklamsia sebelum minggu ke 24 menunjuk ke arah mola hydatidosa.<br />• Tidak ada tanda-tanda adanya janin ; tidak ada balotemen, tidak ada bunyi jantung anak dan tidak nampak rangka janin pada Rontgen foto.<br />• Kadar gonadotropin chorion tinggi dalam darah dan air kencing.<br /><br />Diagnosis :<br />Diagnosa baru pasti kalau kita melihat lahirnya gelembung-gelembung mola. Sudah dikemukakan bahwa uterus pada mola hydatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa ; pada uterus yang yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya, seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan Rontgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan.<br />Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-Scan) memberi gambaran yang khas mola hydatidosa.<br /><br />Penanganan Mola Hydatidosa :<br />Berhubungan dengan kemungkinan, bahwa mola hydatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginikan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan disertai dengan pemberian infus oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus ; kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubungan dengan bahaya perforasi.<br />Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.<br />Sebelum mola dikeluarkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Rontgen paru-paru untuk menentukan ada tidaknya metastasis di tempat tersebut.<br />Setelah mola dikeluarkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista ini yang tumbuh karena pengaruh hormonal, kemudian mengecil sendiri.<br /><br />II. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU<br />Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. <br /> Kehmilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah dalam uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam serviks, pars interstitialis tubae atau dalam tanduk rudimenter rahim.<br /> Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba.<br /><br />Patologi :<br /> Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasi kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan :<br />• Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, dianggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat ;<br />• Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi, dan menyebabkan hematokele retrouterina. Pada peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba, ovum untuk sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari ostrium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan pada ampulla ; darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.<br />• Trofoblast dan villus korialis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritoneum. Peristiwa ini yang sering terjadi pada kehamilan di isthmus.<br /><br />III. PLASENTA PREVIA<br />Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas peritnatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup (sarwono prawirodiharjo).<br />Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada Segmen Bawah Rahim (SBR), sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Rustam : 327). Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.<br />Jenis plasenta previa:<br />1. Plasenta previa totalis : seluruh pembukaan jalan lahir tertutup plasenta.<br />2. Plasenta previa lateralis/parsialis : sebagian pembukaan jalan lahir tertutup plasenta.<br />3. Plasenta previa marginalis : pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.<br />4. Plasenta letak rendah : plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, tapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.<br />Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. Karena klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologis, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu. Plasenta previa terjadi kira-kira 1 diantara 200 persalinan.<br />Etiologi :<br />Plasenta previa pada primigravida yang berumur > 35 Tahun , 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur < 25 Tahun.<br />Plasenta previa dapat terjadi pada :<br />1. Keadaan endometrium yang belum matang dan plasenta lebih besar dan tipis<br />2. Diperkirakan terdapat definisi endometrium dan desi dua pada segmen atau uterus, sehingga plasenta akan meluas dan mendapatkan suplai darah. Hal ini didapatkan pada multipara dengan jarak kehamilan yang pendek dan endometrium hipoplastis yaitu menikah dan hamil pada usia yang masih sangat muda.<br />3. Endometrium memiliki cacat karena bekas persalinan yang berulang-ulang, kurretage manula plasenta dan bekas operasi.<br />4. Pada korpus luteum yang bereaksi lambat disebabkan karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.<br />5. Adanya tumor seperti myoma uteri dan polip endometrium.<br />6. Dan terkadang plasenta previa ini terjadi karena keadaan malnutrisi.<br />Gambaran klinik :<br />1. Perdarahan tanpa rasa nyeri<br />2. Darah berwarna merah segar <br />3. Bagian terbawah janin belum masuk PAP (pintu atas panggul)<br />4. Kelainan letak plasenta<br />Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan tanpa rasa nyeri, biasanya timbul pada bulan ketujuh dan kepala janin tinggi dimana kepala tidak dapat mendekati pintu letak lintang, perdarahan timbul tanpa sebab apapun dan berulang secara tiba-tiba dan lebih banyak mangeluarkan darah dari sebelumnya. Maka sesegera mungkin pasien datang ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan. <br />Penanganan :<br /> Prinsip dasar penanganan :<br /> Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah & operasi.<br />1. Penanganan pasif<br />a. Jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan <br />b. Janin masih premature dan masih hidup<br />c. Umur kehamilan kurang dari 37 Minggu <br />d. Tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram <br />e. Tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik.<br />f. Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (VT)<br />g. Tangani anemia <br />h. Untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara berkala, dari pada memperkirakan banyaknya darah yang hilang pervaginam.<br />Tujuan penanganan pasif : Pada kasus tertentu sangat bermanfaat untuk mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas. Pada penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk angka kematian perinatal pada kasus plasenta previa sentralis.<br />2. Penanganan aktif <br />a. Perdarahan di nilai membahayakan <br />b. Terjadi pada kehamilan lebih dari 37 Minggu <br />c. Tafsiran berat janin lebih dari 2500 gram tanda persalinan sudah mulai<br />d. Pemeriksaan dalam boleh dilakukan di meja operasi.<br /><br /><br /><br />Terdapat 2 pilihan cara persalinan :<br />1) Persalinan pervaginam<br />Bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta & bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung. Sehingga perdarahan berhenti.<br />Dilakukan dengan cara : <br />Pemecahan selaput ketuban karena<br />• Bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah<br />• Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus sehingga pelepasan plasenta dapat dihindari. <br />2) Pemasangan Cunam Willett dan versi Braxton Hiks <br />Seksio sesarea. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.<br /><br />IV. SOLUSIO PLASENTA<br />Solusio plasenta ialah pelepasan placenta sebelum waktunya dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam disidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplsenter.<br />Hematoma dapat semakin membersar kearah pinggir plasenta sehingga jika amniok horion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaiknya apabila amniokhorion tidak terlepas. Perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).<br />Etiologi :<br />Sebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya adalah :<br />1. Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak <br />2. Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus defisiensi gizi<br />3. Trauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain<br />4. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior <br />5. Uterus yang sangat mengecil (hydromnion gemeli) obstruksi vena kavo inferior dan vena ovarika <br />Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :<br />1. Umur lanjut<br />2. Multiparitas <br />3. Defisiensi ac. Folicum<br />Diagnosis :<br /> Prognosa untuk anak pada solusio plasenta yang berat adalah buruk ; kematian anak 90%.<br /> Untuk ibu solusio plasenta juga merupakan keadaan yang berbahaya tapi dengan persediaan darah yang cukup dan management yang baik kematian di luar negeri dapat ditekan sampai 1 %.<br /> Prognosa antaranya tergantung pada : besarnya bagian plasenta yang terlepas, banyaknya perdarahan, beratnya hypofibrinogenaemi, ada atau tidak adanya toxaemi, apakah perdarahan nampak atau tersembunyi dan lamanya keadaan solusio berlangsung.<br />Pengobatan :<br />1. Umum<br />• Pemberian darah yang cukup<br />• Pemberian O2<br />• Pemberian antibiotica<br />• Pada shock yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi<br />2. Khusus<br />• Terhadap hypofibrinogenaemi<br />• Untuk merangsang diurese : Mannit, Mannitol.<br />3. Obstetris<br />Pimpinan persalinan pada solutio plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam.<br />Alasan ialah :<br />• Bagian plasenta yang terlepas meluas.<br />• Perdarahan bertambah.<br />• Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-40029214580783777582011-03-25T20:05:00.000-07:002011-03-25T20:06:29.685-07:00Laporan Kelompok KecilBAB II<br />TINJAUAN TEORI<br />Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah bayi lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intra uterin ke ekstra uterin.Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan.<br />2.1 Adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar uterus<br /> A. Perubahan Sistem Pernafasan<br /> 1.Perkembangan paru-paru<br /> Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari paring yang bercabang=cabang membentuk sruktur percabangan bronkus.<br /> 2. Awal adanya nafas<br /> Empat factor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi:<br /> - penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang kemoresepto yang terletak di sinus karotikus.<br /> - Teknan terhadap toraks sewaktu melewati jalan lahir<br /> - rangsanagn dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pernafasan <br /> - refleks deflasi hearing breur<br /> 3. surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas<br /> Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertamakali.<br /> 4. Dari cairan menuju udara<br /> Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan,sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru<br /> 5. Fungsi pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler<br /> Oksigenasi sangat penting dalam mempertahan kan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia,pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi.<br /><br /> B. Perubahan sistem peredaran darah<br /> Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru lahir terjadi 2 perubahan besar :<br /> 1. penutupan foramen ovale pada atrium jantung <br /> 2. penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta<br /> C. Upaya untuk mencegah kehilangan panas<br /> Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan melalui upaya-upaya berikut ini:<br />• Keringkan bayi secara seksama<br />• Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih,kering dan hangat<br />• Tutupi kepala bayi <br />• Anjurka ibu untuk memeluk dan memberikan ASI<br />• Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir<br />• Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir<br />• Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat<br /> D. Mekanisme Glukosa<br /> Untuk memfungsikan otak diperlukan glukosa dalam jumlah tertentu.Dengan tindakan penjepitan tali pusat pada saat lahir,seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.Pda setiap bayi baru lahir,glukosa darah akan turun cepat dalam waktu 1-2 jam.<br /> E. Perubahan Sistem Gastro intestinal<br /> Waktu pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam,itulah sebabnya bayi memerlukan ASI sesering mungkin.Bayi yang diberi ASI dapat bertinja 8-10 x sehari atau paling sedikit 2-3 x sehari.<br />F. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh<br /> Sistem imunitas bayi belum matang,sehingga menyebabkan neonates rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.Jika bayi disusui ASI terutama kolostrum member bayi kekebalan pasif dalam bentuk laktobacilus bifidus,laktoferin,lisozim dan sekresi Ig A.<br /> G. Perubahan Sistem Ginjal<br /> Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan cairan meningkat,munkin air kemih akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda,hal ini disebabkan oleh kadar ureum yang tidak banyak berarti.<br /> <br />H. Perubahan sistem areroduksi<br /> Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai puberitastetapi anak perempuan mempunyai ovum dalam indung telurnya.Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara,kadang – kadang disertai sekresi cairan pada putting pada hari 4-5,karena adanya gejala berhentinya sirkulasi hormone ibu.<br />I. Perubahan sistem musculoskeletal<br /> Otak sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir,tetapi tumbuh melalui proses hipertrofi.tumpang tindih/molase dapat terjadi pada waktu lahir karena tulang pembungkus tenkorak belum selurhnya mengalami osifikasi.Molase dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan.Ubun-ubun besar kan tetap terbuka hingga usia 18 bulan.<br />J. Perubahan sistem Neurologi<br /> Sistem neurologi belum matang pada saat lahir.Refleks dapat menunjukkan keadaan normal dari integritas sistem saraf dan sistem muskoloskeleat.<br />K. Perubahan Sistem intrgumentary<br /> Pada bayi baru lahir cukup bulan,kulit berwarna merah dengan sedikit verniks kaseosa.Sedangkan pada bayi premature kulit tembus pandang dan banyak verniks.<br />2. 2 Evaluasi APGAR Score<br />Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab dua pertanyaan:<br />a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?<br />b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?<br />Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.<br />Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan observasi melalui pemeriksaan APGAR score. Penilaian APGAR score ini merupakan standar evaluasi untuk bayi baru lahir yang dapat mengidentifikasi bayi tersebut membutuhkan tindakan resusitasi atau tidak, bayi yang sehat harus mempunyai apgar score 7-10 pada 1-5 menit pertama kehidupannya.<br />Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris: Apgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi. Kata "Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal. <br /><br /><br /><br /><br /><br />2.1.1 Tabel Cara Penilaian APGAR Score Pada Bayi Baru Lahir<br />Tampilan Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2<br />A : Apperance colour<br />(Warna Kulit) Pucat Badan Merah, Ekstremitas Biru Seluruh tubuh kemerah - merahan<br />P : Pulse/heart rate<br />(frekuensi jantung) Tidak Ada Lambat (<100 x/menit) >100 x/menit<br />G : Grimace<br />(Refleks terhadap rangsangan ) Tidak Ada Ekstremitas dalam, Fleksi sedikit Menangis, Batuk, Bersin<br />A : Activity<br />( Tonus Otot ) Lemah Lemah, Tidak teratur, Lambat Gerakan Aktif, Baik<br />R : Respiration<br />( Usaha Nafas ) Tidak Ada Tidak Teratur Menangis<br /><br />Penilaian APGAR adalah metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam 1 sampai 5 menit setelah lahir. Penilaian menit pertama adalah menentukan tindakan, sedangkan menit kelima adalah menentukan prognosa. Nilai APGAR merupakan standar evaluasi neonatus dan dapat digunakan sebagai data dasar untuk evaluasi kemudian hari. <br />Setiap kategori diberi nilai 0,1,2 : kelima nilai dijumlahkan dengan nilai tertinggi 10. nilai 7-10 dianggap baik, nilai 4-6 berarti kondisi neonatus perlu diperhatikan atau asfiksia sedang (neonatus membutuhkan bersihan jalan nafas dan oksigen tambahan). Nilai dibawah 4 berarti bahwa neonatus dalam bahaya yang serius ( asfiksia berat ) dan perlu resusitasi.<br />Hal yang penting bagi orang tua yang baru memiliki bayi untuk mengetahui nilai Apgar. Penilaian ini dibuat untuk menolong tenaga kesehatan dalam mengkaji kondisi secara umum bayi baru lahir dan memutuskan untuk melakukan tindakan darurat atau tidak. Penilaian ini bukan ditujukan sebagai preidiksi terhadap kesehatan bayi atau perilaku bayi, atau bahkan status intelegensia/kepandaian. Beberapa bayi dapat mencapai angka 10, dan tidak jarang, bayi yang sehat memiliki skor yang lebih rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama saat baru lahir.<br /><br />Perlu diingat bahwa skor Apgar agak rendah (terutama pada menit pertama) adalah normal pada beberapa bayi baru lahir, terutama bayi yang lahir dari ibu hamil dengan risiko tinggi, lahir melalui proses operasi cesar, atau ibu yang memiliki komplikasi selama kehamilan maupun proses persalinan. Skor Apgar yang rendah juga bisa terjadi pada bayi prematur, dimana kemampuan untuk menggerakkan otot/alat gerak lebih rendah daripada bayi cukup bulan. Bayi prematur dalam kasus apapun akan memerluan pemantauan ekstra dan bantuan pernapasan, dikarenakan paru-paru belum sempurna.<br /><br />2.1.2 Interpretasi Skor<br />Jumlah skor Interpretasi Catatan<br />7-10 Bayi normal <br />4-6 Agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas.<br />0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif ( Resusitasi )<br /><br />2.3 Pencegahan Infeksi<br />Memeberikan obat tetes mata atau salep, diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%<br /> BBL sangat rentan terjadi infeksi sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam perawatan <br />1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi<br />2. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan <br />3. Pastikan semua peralatan (gunting benang tali pusat telah di DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih<br />4. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih<br />5. Pastikan timbangan, metlin, thermometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih.<br />Cara perawatan tali pusat:<br />1. Cuci tangan pakai antiseptic sebelum atau sesudah perawatan tali pusat<br />2. Tali pusat harus bersi dan kering<br />3. Jangan tutup tali pusat dengan gurita<br />4. Diaper atau popok dilipat di bawah tampuk tali pusat<br />5. Jika tampuk tali pusat kotor,hati-hati,cuci tangan dengan air matang yang diberi sabun,brsihkan dengan air matang dan keringkan dengan air bersih.<br />6. Jelaskan pada ibu jika tampuk tali pusat menjadi merah,atau bernanah bawa bayi ke klinik atau kerumah sakit secepatnya.<br /><br />2.4 Pemeriksaan Fisik<br /> 2.4.1 Antropometri<br />a. Penimbangan BB bayi :2500-4000 gr<br />b. Pengukuran tinggi badan : 48-52 cm<br />c. Pengukuran lingkar kepala bayi : 33-35 cm<br />d. Pengukuran lingkar dada bayi : 30-38 cm<br /> 2.4.2 pemerikasaan sistem organ<br />1. Rupa <br />Kelainan congenital tertentu sering dapat dilihat pada rupa neunatus,misalnya sindroma down yang mempunyai gambaran wajah khas menterupai wajah mongol.<br />2. Kulit<br />• Normal :kulit kemerahan dilapisi oleh verniks kaseosa yang melindungi kulit bayi terdiri dari campuran air dan minyak,terdapat lanugo<br />• Pucat : anemia, renjatan <br />• Kuning :inkombtabilitas antara darah ibu dan bayi,sepsis<br />• Biru :asfiksia,kelainan jantung<br />• Perdarahan: purpura,petechie,ekimosis<br />• Edema :edema pada kulit kepala karena tekanan saat kelahiran<br /> c. kepala dan leher<br /> pemeriksaan apakah terdapat moulage yaitu tulang parietal biasanya berhimpitan dengan tlang oksipital dan frontal(sutura sagitalis),sehingga mengukur lingkaran kepala ditunggu sampai moulage hilang.Perhatikan apakah terdapat caput succedaneum,perdarahan sub aponeurotik,hematoma cephal dll.<br /> d. Muka<br /> Perhatikan simetris,paralysis,jarak antara hidung dan mulut,jembatan hidung,besarnya mandibula,pembengkakan. <br /> e. Telinga<br /> Periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala<br /> f. Mata<br /> Amati tanda-tanda infeksi seperti pus.Apakah terdapat perdarahan subkonjungtiva.strabismus ringan akan ditemukan pada bayi normal di bawah umur 6 bulan.<br /> g. Hidung<br /> perhatikan kemungkinan adanya atresia koana,gerakan cuping hidung,mukosa(meradang,pucat) sekresi (purulen,berdarah atau cair).<br /> h. Mulut<br /> Perhatikan keadaan nya (warna,fisura,simetris).Periksa adanya labioschizis,palatoschizis atau labiopalatoschizis.<br /> i. Dada<br /> Pada pemeriksaan diamati bentuk dada bayi,keadaan putting,bunyi nafas,dan bunyi jantung.<br /> j. Bahu,Lengan dan Tangan<br /> Perhatikan apakah terjadi trauma lahir didaerah tersebut.periksa dengan teliti jumlah jari bayi lahir,apakah terdapat polydactili atau syndactili,ataukah normal.<br /> k. Abdomen<br /> Apabila abdomen cekung kemunginan hernia diafragmatika,abdomen yang kembung mungkin disebabkan perforasi usus biasanya oleh mekonium illeus.Adakah penonjolan tali pusat pada bayi tersebut.<br /> l. Genitalia<br /> Pada bayi laki-laki :apakah testis berada dalam skrotum.apakah penis bayi tersebut berlubang,hati-hati pada kemungkinan hipospadia atau epispadia.apabila skrotum relative besar kemungkinan adanya hidrokel atau hernia.<br /> Pada bayi perempuan periksa apakah vagina dan uretra berlubang.Periksa apakah genitalia labia mayora sudah menutupi labia minora.Pada bayi perempuan terlihat sekresi vagina yang kadang-kadang berdarah,hal ini adalah dalam keadaan normal karena dipengaruhi hormone ibu melalui plasenta.<br /> m. Ekstremitas<br /> Apakah ada efek dari posisi dalam uterus,adanya tulang patah atau kelumpuhan saraf,dapat diketahui dengan memperhatikan pergerakan spontan BBL.<br /> n. Punggung dan anus<br /> Apakah ada pembengkakan atau cekungan pada punggung,spina bifida,periksa apakah terdapat lubang anus.<br /> 2.4.3 Pemeriksaan neurologis<br />1. Mata<br />a. berkedip atau refleks cornea :merupakan respon terhadap cahaya terang yang menun jukkan normalnya saraf optic.<br />b. pupil : pupil kontriksi bila sinar terang diarah kan padanya.<br />c. Glabella : ketukan halus pada glabella(bagian dahi antara dua alis mata)menyebabkan mata menutup dengan rapat.<br />2. Mulut dan Tenggorokan<br />a. sucking refleks / menghisap : refleks ini dapat dimunculkan dengan menyentuh bibir bayi.<br />b. Gag refleks/muntah : refleks ini akan terlihat saat bayi merasakan jenis makanan yang baru, meskipun refleks ini menghambat pemberian makanan tapi dapat melindngi bayi agar ia tidak tersedak.<br />c. rooting refleks/search refleks :reflek ini dimunculkan dengan cara mengusap pipi bayi dengan lembut.bayi akan memalingkan wajahnya kearah sentuhan.<br />d. Menguap :respons spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah udara inspirasi.<br />e. Ekstrusi :bila lidah disentuh/ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar.<br />f. batuk : iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk.<br />3. Ekstremitas<br />a. palmar graps/grasping refleks(refleks menggenggam) :dapat dimunculkan dengan meletakkan jari telunjuk/benda pada palmar(telapak tangan)<br />b. Babynski :gores telapak kaki bayi maka jari-jari akan membuka<br />c. masa tubuh<br />1) Refleks moro :muncul apabila merasa jatuh atau dikejutkan oleh suara yang keras.bayi akan membuka kedua lengan dan tungkai nya dan kepalanya bergerak kae belakang.<br />2) Tonick neck refleks/fencing refleks :refleks menahan leher apabila diangkat dari posisi tidur atau terlentang.<br />3) Neck-righting :jika bayi terlentang kepala dipalingkan kesalah satu sisi,bahu da batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis.<br />4) Gallant refleks :tubuh bayi akan melengkung ke sisi yang diusap<br />5) Righting refleks :posisikan bayi tengkurap,beberapa saat kemudian ia akan mengangkat kepalanya untuk membebaskan hidung dan mulutnya agar dapat bernafas.<br />6) Crawling refleks :letakkan bayi tengkurap diatas perutnya ia kan bereaksi dengan menggerakkan tun gkainya seperti sedang mencoba untuk merangkak.<br />7) Stepping refleks :pegangi bayi di ketiak atau dibawah lengannya.biarkkan jari-jari kakinya menyentuh lantai.ia kan mengangkat kakinya seperti saat melangkah.<br />8) Crossed Extensor Refleks :dimunculkan dengan meluruskan salah satu tungkai bayi,maka tungkai yang lain(yang tadinya lurus)akan menekuk(lututnya).<br />2.5 Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir:<br />1. Pernafasan sulit atau >60 x/menit<br />2. Kehangatan terlalu panas(> 380C/ terlalu dingin < 360 C )<br />3. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama),biru atau pucat,memar.<br />4. Pemberian makan ,hisapan lemah,mengantuk berlebihan,banyak muntah.<br />5. Tali pusat merah,bengkak, keluar cairan(nanah),bau busuk,pernafasan sulit.<br />6. Tinja atau kemih tidak berkemih dalam 24 jam,tinja lembek,sering,hijau tua,ada lendir atau darah pada tinja.<br />7. Aktivitas menggigil atau tangis tidak biasa,sangat mudah tersinggung,lemas,terlalu mengantuk,lunglai,kejang,kejang halus,tidak bisa tenang,menangis terus-menerus.<br /><br /><br />2.6 Inisiasi Menyusu Dini<br />Protokol Evidence Based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan Bayi Baru Lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa :<br />1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit bersama ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.<br />2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.<br />3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti : memandikan, menimbang, pemberian Vitamin K, Obat tetes mata,dll.<br /><br />Prinsp menyusu / Pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya satu jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusui sendiri. Apabila ruanganberslain dingin,bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses menyusui ini. Ibu diberi dukungan untuk menenali saat bayisiap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan.<br /><br />Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan Bayi<br />1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi<br />a. Mengoptimalkan keadaan hormonal Ibu dan Bayi<br />b. Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan :<br />• Menstabilkan pernafasan<br />• Mengendalikan temperatur tubuh bayi<br />• Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif<br />• Meningkatkan kenaikan berat badan ( Kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat)<br />• Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi<br />• Memperbaiki pola tidur yang lebih baik<br />• Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama<br />• Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi<br />• Bilirubin akan cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir<br />• Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya<br />2. Keuntungna kontak kulit dengan kulit untuk ibu<br />a. Oksitosin<br />• Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah<br />• Merangsang pengeluaran colostrum<br />• Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi<br />• Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasaca persalinan lainnya<br /><br /><br /><br /><br /><br />b. Prolaktin<br />• Meningkatkan produksi ASI<br />• Membantu Ibu mengatasi stress<br />• Mendorong Ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu<br />• Menunda Ovulasi<br />3. Keuntungan menyusu dini bagi bayi<br />a. Merangsang Oksitosin dan Prolaktin<br />b. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI<br />c. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi<br /><br />Memulai menyusu dini akan :<br />1. Mengurangi 22 % kematian bayi berusia 28 hari ke bawah<br />2. Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan meningkatkan lamanya bayi menyusu<br />3. Merangsang produksi ASI<br />4. Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir<br /> <br />2.7 Rawat Gabung/Rooming In<br /> Rawat gabung merupakan satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan,kamar atau tempat bersama-sama selam 24 jam penuh dalam seharinya.<br /> Tujuan rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan,ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang bernar seperti yang dilakukan oleh petugas,selain itu akan mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya,demikian pula sebaliknya.<br /><br /><br /><br /> Bayi dan ibu yang dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat atau kriteria sebagai berikut:<br />1. Lahir spontan,baik presentasi kepala atau bokong<br />2. Bila lahir dengan tindakan,bayi boleh rooming in setelah bayi cukup sehat.<br />3. Bayi lahir dengan tindakan SC atau dengan anastesi umum,rooming in diperbolehkan segera setelah ibu dan bayi sadar penuh<br />4. Bayi tidak dalam keadaan asfiksia<br />5. Umur kehamilan >37 minggu<br />6. Berat lahir >2500 gr<br />7. Bayi tidak infeksi intra partum<br />8. Bayi dan ibu sehat.<br /><br />Keuntungan dan kerugian<br />a. keutungan<br />• Menggalakkan penggunaan ASI<br />• Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat<br />• Ibu segera dapat melaporkan keadaan- keadaan bayi yang aneh<br />• Ibu dapat belajar merawat bayi <br />• Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan<br />• Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi<br />• Berkurangnya infeksi silang<br />• Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan<br />b. kerugian <br />• Ibu kurang istirahat<br />• Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh orang lain<br />• Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung<br />• Pada pengalaksanaan ada hambatan teknis atau fasilitas<br /><br /><br />BAB III<br />FORMAT<br />ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR<br />No. Reg : 28.70.35<br />Nama Pengkaji : Perawat<br />Hari/Tanggal : Kamis, 10 – 02 - 2011<br />Waktu Pengkajian : 10.00 WIB<br />Tempat Pengkajian : Ruang VK RSMC <br />I. PENGKAJIAN<br />1. Data Subjektif<br />a. Identitas<br />Nama Bayi : By. NY. Ida<br />Umur Bayi : 0 Hari<br />Tanggal lahir/Jam : 10-02-2011/10.00<br />Jenis Kelamin : laki-laki<br /><br />Nama Ayah : TN. Bayu M Nama Ibu : NY. Ida Rohaeti<br />Umur : 27 thn Umur : 25 thn<br />Suku Kebangsaan: Betawi Suku/Kebangsaan : Betawi<br />Agama : Islam Agama : Islam <br />Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA<br />Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : IRT<br />Alamat Rumah : jl. Swadarma IV Ulujami no 15 <br />Anamnesa Pada Tanggal :10-02-2011 Pukul : 10.00 oleh: Bidan<br /><br />b. Riwayat kehamilan sekarang<br />pemeriksaan di : ruang VK RSMC<br /><br />Keluhan Trimester I : -<br />Keluhan Trimester II : ibu sering merasa sakit punggung, sulit tidur dimalam <br /> Hari (insomnia) dan pusing.<br />Keluhan Trimester III : ibu mempunyai oedem dipergelangan kaki, sering <br /> BAK dan keputihan<br />Imunisasi : TT 1 dan TT 2<br />c. Riwayat Penyakit dalam kehamilan<br />Kardiovaskuler : Tidak Ada<br />Diabetes Melitus : Tidak Ada<br />TBC : Tidak Ada<br />Asma : Tidak Ada<br />Malaria : Tidak Ada<br />PMS : Tidak Ada<br />HIV/AIDS : Tidak Ada<br />Lain-lain : Tidak Ada<br />d. Riwayat komplikasi kehamilan<br />Perdarahan : <br />Preeklamsia : Tidak Ada<br />Lain-lain : Tidak Ada<br />e. Riwayat Persalinan<br />Jenis Persalinan : Spontan<br />Ditolong oleh : Bidan<br />Lama persalinan Kala I : jam menit<br /> Kala II : jam menit<br /> Kala III : jam menit<br />Jumlah air ketuban :<br />Komplikasi Persalinan : Tidak Ada<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />2. Data Objektif<br />a. Pemeriksaan Khusus :<br />skor 0 1 2 1 5<br />A : Aperance color ( warna kulit) Pucat Badan merah ektremitas biru Seluruh badan kemerah-merahan 2 2<br />P : Pulse ( heart rate) (frekwensi Jantung) Tidak ada Dibawah 100 Diatas 100 1 2<br />G : Grimace (reaksi terhadap rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan Menangis, batuk atau bersin 2 2<br />A : Actifity (tonus otot) Lumpuh Ekstremitas dalam fleksi sedikit Gerakan aktif 2 2<br />R : Respiration (nafas) Tidak ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat 2 2<br />Jumlah nilai 9 10<br /><br /><br /> <br />b. Pemeriksaan Umum <br />Suhu : 36,8 0c<br />Pernafasan : 50 x/menit<br />Nadi : 160 x/menit<br />Keaktifan : Aktif<br />Tangisan : Normal<br /><br />1. Pemeriksaan Fisik <br />a. Kepala : Tidak ada cephal hematom, tidak ada caput suksedaneum<br />b. Ubun-ubun : Fontanel mayor belum menutup dan fontanel minor sudah <br /> menutup<br />c. Muka : Wajah tidak mongoloid<br />d. Mata : Tidak strabismus, tidak ikterik, tidak ada pus ( nanah ), dan tidak <br /> anemis<br />e. Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada cuping hidung<br />f. Telinga : Bersih, simetris dengan mata, tidak ada pengeluaran serumen<br />g. Mulut : Bibir tidak ada sianosis, di mulut tidak ada labio schizis, labio palato schizis, palato schizis, labio palato gnato schizis.<br />h. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid<br />i. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada<br />j. Abdomen :Tidak kembung, tidak ada distensia abdomen, tidak ada <br /> gastroschizis ( terburainya usus ), tidak ada omfalokel, tidak <br /> ada pelebaran limfa dan hepar.<br />k. Tali pusat : Terdiri dari 2 arteri dan 1 vena<br />l. Punggung : Terdapat biang keringat<br />m. Extremitas <br />Atas : Tangan tidak polidaktili, sindaktili, adaktili, dan skin tag<br />Bawah : Kaki tidak polidaktili, sindaktili, adaktili, dan skin tag<br />n. Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum<br />o. Anus : Tidak ada kelainan ( terdapat lubang pada anus ).<br /><br />3.4 REFLEK<br />a. Reflek rooting : ada<br />b. Reflek sucking : ada<br />c. Reflek moro : ada<br />d. Reflek tonicneck : ada<br />e. Reflek babinski : ada<br />f. Reflek walking : ada<br /><br /><br />3.5 ANTROPOMETRI<br />a. Berat Badan : 2500 g<br />b. Tinggi Badan : 46 cm<br />c. Lingkar Dada : 32 cm<br />d. Lingkar Lengan Atas : 10 cm<br /><br /><br />ELIMINASI<br />BAB : 1kali/2 Jam, Warna hijau pekat , Konsistensi cair kental<br />BAK : 1 kali/2 jam, Warna kuning jernih <br /><br />II. ANALISA<br />Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan usia 2 jam dengan keadaan umum sehat<br /><br /><br />III. PENATALAKSANAAN (RENCANA, TINDAKAN, EVALUASI)<br />1) Memberitahukan kepada Ibu bahwa Bayinya dalam keadaan baik<br />Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan<br />2) Menyuntikan vitamik K dosisnya 0,5 cc secara IM<br />Evaluasi : vitamim K sudah disuntikan<br />3) Memberikan salep mata Erlamicetin pada bayi untuk mencegah mata bayi tidak tertular penyakit kelamin seperti GO dan sifilis.<br />Evaluasi : salep mata sudah diberikan<br />4) Melakukan observasi RDS dalam 4 jam pertama<br />Evaluasi : Observasi sedang dilakukan<br />5) Menganjurkan kepada Ibu agar selalu menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayinya agar tidak hipotermi.<br />Evaluasi : Ibu mengerti<br />6) Memberitahukan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya BBL seperti Diare, demam tinggi dan kejang.<br />Evaluasi : Ibu mengerti<br />7) Memberitahukan Ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin ± 2 jam sekali<br />Evaluasi : Ibu mengerti<br />8) Mengajarkan Ibu teknik dan posisi yang benar saat menyusui bayinya.<br />Evaluasi : Ibu mengerti<br />9) Menganjurkan Ibu untuk membersihkan genitalia, bokong serta anus dengan kapas cebok setelah selasai BAB dan BAK.<br />Evaluasi : Ibu mengerti<br />10) Mengajarkan Ibu cara merawat tali pusat pada Bayi dengan membersihkannya dengan air DTT dan kassa steril saja, dan apabila tali pusat lembab maka harus segera dikeringkan.<br />Evaluasi : Ibu mengerti<br />11) Memberitahukan kepada ibu tentang ASI eksklusif atau memberikan ASI saja selam 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun.<br />Evaluasi : Ibu mengerti<br />12) Memberitahukan kepada Ibu tentang imunisasi dasar dan waktu pelaksanaan imunisasi pada Bayi yaitu BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak.<br />Evaluasi : Ibu mengerti<br />13) Memberitahukan Ibu untuk melakukan kunjungan Ulang pada hari jumat tanggal 22 Oktober 2010.<br />Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />PEMBAHASAN <br />NO TEORI LAPANGAN<br />1 Bayi langsung di IMD segera setelah lahir Bayi tidak di IMD,langsung dimasukkan ke inkubator<br />2 Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan Bayi diberikan ASI dan susu formula<br />3 Perawatan tali pusat menggunakan kassa steril tanpa menggunakan alcohol atau betadine Perawatan tali pusat menggunakan kassa steril tanpa menggunakan alcohol atau betadine<br />4 Diaper/popok dilipat di bawah tampuk tali pusat Diaper/popok menutupi tali pusat<br />5 Menjemur bayi antara jam 7-9 pagi Menjemur bayi antara jam 7-9 pagi<br />6 Rooming in dilakukan selama 24 jam penuh dalam seharinya Roomin in dilakukan hanya pada malam hari<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V<br />PENUTUP<br />5.1 Kesimpulan<br /> Berbagai sistem tubuh bayi yang mengalami adaptasi dalam transisi dari kehidupan didalam rahim kekehidupan diluar rahim.Dimana perubahan atau adaptasi yang paling penting dan sangat jelas terjadi adalah sistem pernafasan,sirkulasi,termoregulasi dan kemampuan menyediakan sumber glukosa.<br /> Rawat gabung untuk ibu dan anak merupakan cara yang digalakkan karena memiliki keuntungan-keuntungan terutam dalam rangka meningkatkan pemberian ASI.<br /> Pencegahan infeksi merupakan salah satu aspek dalam memberikan asuhan yang komprehensif pada BBL dalam rangkan menurunkan resiko infeksi pada BBL yang harus dilakukan.<br />5.2 SaranIntan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-13822232096508797432011-03-25T20:03:00.000-07:002011-03-25T20:04:53.762-07:00Perdarahan KehamilanI. MOLA HYDATIDOSA<br />Mola hydatidosa adalah tumor yang jinak (benigna) dari chorion.<br />Kejadian : <br />Mola hydatidosa adalah penyakit wanita dalam masa reproduksi tetapi kalau terjadi kehamilan pada wanita yang berumur lenih dari 45 tahun, kehamilan mola 10 x lebih besar dibandingkan dengan gravidae antara 20 – 40 tahun.<br />Patologi : <br />Sebagian dari vlli berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola partialis kadang-kadang ada janin.<br />Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri.<br />Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan poliferasi trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex kromatin adalah wanita.<br />Gejala-gejala :<br />Pada pasien dengan amnenorrhoe terdapat :<br />• Perdarahan kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak. Karena perdarahan ini pasien biasanya anaemis.<br />• Rahim lebih besar dari pada sesuai dengan tuanya kehamilan.<br />• Hyperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.<br />• Mungkin timbul preeklamsia atau eklamsia. Terjadinya preeklamsia atau eklamsia sebelum minggu ke 24 menunjuk ke arah mola hydatidosa.<br />• Tidak ada tanda-tanda adanya janin ; tidak ada balotemen, tidak ada bunyi jantung anak dan tidak nampak rangka janin pada Rontgen foto.<br />• Kadar gonadotropin chorion tinggi dalam darah dan air kencing.<br />Diagnosis :<br /> Diagnosa baru pasti kalau kita melihat lahirnya gelembung-gelembung mola. Sudah dikemukakan bahwa uterus pada mola hydatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa ; pada uterus yang yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya, seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan Rontgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan.<br /> Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-Scan) memberi gambaran yang khas mola hydatidosa.<br />Penanganan Mola Hydatidosa :<br /> Berhubungan dengan kemungkinan, bahwa mola hydatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginikan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan disertai dengan pemberian infus oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus ; kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubungan dengan bahaya perforasi.<br /> Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.<br /> Sebelum mola dikeluarkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Rontgen paru-paru untuk menentukan ada tidaknya metastasis di tempat tersebut.<br /> Setelah mola dikeluarkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista ini yang tumbuh karena pengaruh hormonal, kemudian mengecil sendiri.<br /><br />II. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU<br />Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. <br /> Kehmilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah dalam uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam serviks, pars interstitialis tubae atau dalam tanduk rudimenter rahim.<br /> Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba.<br /><br />Patologi :<br /> Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasi kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan :<br />• Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, dianggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat ;<br />• Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi, dan menyebabkan hematokele retrouterina. Pada peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba, ovum untuk sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari ostrium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan pada ampulla ; darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.<br />• Trofoblast dan villus korialis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritoneum. Peristiwa ini yang sering terjadi pada kehamilan di isthmus.<br /><br />III. PLASENTA PREVIA<br />Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas peritnatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup (sarwono prawirodiharjo).<br />Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada Segmen Bawah Rahim (SBR), sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Rustam : 327). Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.<br />Jenis plasenta previa:<br />1. Plasenta previa totalis : seluruh pembukaan jalan lahir tertutup plasenta.<br />2. Plasenta previa lateralis/parsialis : sebagian pembukaan jalan lahir tertutup plasenta.<br />3. Plasenta previa marginalis : pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.<br />4. Plasenta letak rendah : plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, tapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.<br />Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. Karena klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologis, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu. Plasenta previa terjadi kira-kira 1 diantara 200 persalinan.<br />Etiologi :<br />Plasenta previa pada primigravida yang berumur > 35 Tahun , 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur < 25 Tahun.<br />Plasenta previa dapat terjadi pada :<br />1. Keadaan endometrium yang belum matang dan plasenta lebih besar dan tipis<br />2. Diperkirakan terdapat definisi endometrium dan desi dua pada segmen atau uterus, sehingga plasenta akan meluas dan mendapatkan suplai darah. Hal ini didapatkan pada multipara dengan jarak kehamilan yang pendek dan endometrium hipoplastis yaitu menikah dan hamil pada usia yang masih sangat muda.<br />3. Endometrium memiliki cacat karena bekas persalinan yang berulang-ulang, kurretage manula plasenta dan bekas operasi.<br />4. Pada korpus luteum yang bereaksi lambat disebabkan karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.<br />5. Adanya tumor seperti myoma uteri dan polip endometrium.<br />6. Dan terkadang plasenta previa ini terjadi karena keadaan malnutrisi.<br />Gambaran klinik :<br />1. Perdarahan tanpa rasa nyeri<br />2. Darah berwarna merah segar <br />3. Bagian terbawah janin belum masuk PAP (pintu atas panggul)<br />4. Kelainan letak plasenta<br />Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan tanpa rasa nyeri, biasanya timbul pada bulan ketujuh dan kepala janin tinggi dimana kepala tidak dapat mendekati pintu letak lintang, perdarahan timbul tanpa sebab apapun dan berulang secara tiba-tiba dan lebih banyak mangeluarkan darah dari sebelumnya. Maka sesegera mungkin pasien datang ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan. <br />Penanganan :<br /> Prinsip dasar penanganan :<br /> Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah & operasi.<br />1. Penanganan pasif<br />a. Jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan <br />b. Janin masih premature dan masih hidup<br />c. Umur kehamilan kurang dari 37 Minggu <br />d. Tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram <br />e. Tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik.<br />f. Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (VT)<br />g. Tangani anemia <br />h. Untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara berkala, dari pada memperkirakan banyaknya darah yang hilang pervaginam.<br />Tujuan penanganan pasif : Pada kasus tertentu sangat bermanfaat untuk mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas. Pada penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk angka kematian perinatal pada kasus plasenta previa sentralis.<br />2. Penanganan aktif <br />a. Perdarahan di nilai membahayakan <br />b. Terjadi pada kehamilan lebih dari 37 Minggu <br />c. Tafsiran berat janin lebih dari 2500 gram tanda persalinan sudah mulai<br />d. Pemeriksaan dalam boleh dilakukan di meja operasi.<br /><br /><br /><br />Terdapat 2 pilihan cara persalinan :<br />1) Persalinan pervaginam<br />Bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta & bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung. Sehingga perdarahan berhenti.<br />Dilakukan dengan cara : <br />Pemecahan selaput ketuban karena<br />• Bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah<br />• Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus sehingga pelepasan plasenta dapat dihindari. <br />2) Pemasangan Cunam Willett dan versi Braxton Hiks <br />Seksio sesarea. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.<br /><br />IV. SOLUSIO PLASENTA<br />Solusio plasenta ialah pelepasan placenta sebelum waktunya dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam disidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplsenter.<br />Hematoma dapat semakin membersar kearah pinggir plasenta sehingga jika amniok horion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaiknya apabila amniokhorion tidak terlepas. Perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).<br />Etiologi :<br />Sebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya adalah :<br />1. Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak <br />2. Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus defisiensi gizi<br />3. Trauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain<br />4. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior <br />5. Uterus yang sangat mengecil (hydromnion gemeli) obstruksi vena kavo inferior dan vena ovarika <br />Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :<br />1. Umur lanjut<br />2. Multiparitas <br />3. Defisiensi ac. Folicum<br />Diagnosis :<br /> Prognosa untuk anak pada solusio plasenta yang berat adalah buruk ; kematian anak 90%.<br /> Untuk ibu solusio plasenta juga merupakan keadaan yang berbahaya tapi dengan persediaan darah yang cukup dan management yang baik kematian di luar negeri dapat ditekan sampai 1 %.<br /> Prognosa antaranya tergantung pada : besarnya bagian plasenta yang terlepas, banyaknya perdarahan, beratnya hypofibrinogenaemi, ada atau tidak adanya toxaemi, apakah perdarahan nampak atau tersembunyi dan lamanya keadaan solusio berlangsung.<br />Pengobatan :<br />1. Umum<br />• Pemberian darah yang cukup<br />• Pemberian O2<br />• Pemberian antibiotica<br />• Pada shock yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi<br />2. Khusus<br />• Terhadap hypofibrinogenaemi<br />• Untuk merangsang diurese : Mannit, Mannitol.<br />3. Obstetris<br />Pimpinan persalinan pada solutio plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam.<br />Alasan ialah :<br />• Bagian plasenta yang terlepas meluas.<br />• Perdarahan bertambah.<br />• Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-84838287451251150422011-03-25T20:02:00.000-07:002011-03-25T20:03:07.473-07:00Retensio Plasenta, Atonia Uteri dan Robekan Jalan LahirRETENSIO PLASENTA<br /><br />A. Pengertian Retensio Plasenta <br />Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal. 300). <br />Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta liingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178). <br />Recensio Plasenta adalah plasenta belum labir 1/2 jam sesudah anak lahir (Obstetri Patologi, hal. 234). <br />B. Jenis-Jenis Retensio Plasenta <br />1. Plasenta Adhesiva <br />adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis. <br />2. Plasenta Akreta <br />adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki sebagian lapisan miornetrium. <br />3. Plasenta Inkreta <br />adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum. <br />4. Plasenta Perlireta <br />adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. <br />5. Plaserita Inkarserata <br />adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni uteri. <br />C. Etiologi <br />1. Fungsional <br />• His kurang kuat <br />• Plasenta sulit terlepas, karena :<br />Tempatnya : insersi di sudut tuba<br />Bentuknya : plasenta membranacea, plasenta anularis<br />Ukurannya : plasenta yang sangat kecil<br />Plasenta yang sukar lepas karena sebab-sebab tersebut di atas disebut plasenta adhesiva.<br />2. Patolog – Anatomis <br />Plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta perkreta (Obstetri Patologi, hal 236). <br />D. Retensio Plasenta dan Plasenta Manual <br />Plasenta manual merupakan tindakan operasional kebidanan untuk melahirkan plasenta. Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan : <br />1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. <br />2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan. <br />3. Retensio plasenta tanpa perdarahan diperkirakan : <br />• Darah penderita terlalu banyak hilang. <br />• Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi. <br />• Kernungkinan implantasi plasenta terlalu dalam. <br />4. Plasenta manual dengan segera dilakukan : <br />• Terdapat riwayat perdarahan post partum berulang.<br />• Terjadi perdarahan post partum melebihi 400cc.<br />• Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.<br />• Plasenta belum lahir setelah menunggu 1/2 jam.<br />E. Terapi Retensio Plasenta<br />Jika plasenta dalam waktu setengah jam setelah anak lahir, belum memperlihatkan gejala-gejala perlepasan, maka dilakukan pelepasan plasenta manual. Telah dijelaskan bahwa jika ada perdarahan banyak, maka mungkin plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu, tetapi dalam hal ini atas indikasi perdarahan, bukan atas indikasi retensio plasenta.<br />F. Plasenta Manual <br />Teknik :<br />• Sebaiknya dengan narkosa-untuk mengurangi sakit dan menghindari syok. <br />• Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna, tangan kanan dimasukkan secara obstetris sampai mencapai tepi plasenta dengan menelusuri tali pusat. <br />• Tepi plasenta dilepaskan dengan bagian ulnar tangan kanan sedangkan tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas. <br />• Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan maka tangan dikeluarkan bersama dengan plasenta. <br />• Dilakukan eksplerasi untuk mencari sisa plasenta atau membrannya.<br />qKontraksi uterus ditimbulkan dengan memberikan uterotonika.<br />• Perdarahan diobservasi.<br />G. Komplikasi Tindakan Plasenta Manual <br />Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut : <br />• Terjadi perforasi uterus. <br />• Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim. <br />• Terjadi perdarahan karena atonia uteri. <br />• Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan : <br />o Memberikan uterotonika intramuskular atau intravena.<br />o Memasang tamporiade uterovaginal.<br />o Memberikan antibiotika.<br />o Memasang infus.<br />o Persiapan transfusi darah.<br /><br />ATONIA UTERI<br />A. Pengertian Atonia Uteri<br />Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.<br />Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)<br /><br />Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.<br />B. Faktor Penyebab :<br />Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :<br />1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.<br />2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.<br />3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek<br />4. Partus lama / partus terlantar<br />5. Malnutrisi.<br />6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.<br />C. Gejala Klinis:<br />1. Uterus tidak berkontraksi dan lunak <br />2. Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).<br />D. Pencegahan atonia uteri.<br />Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah. Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit.<br />Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin. <br />Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum.<br />E. Penanganan Atonia Uteri;<br />1. Penanganan Umum<br />• Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.<br />• Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).<br />• Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat. <br />• Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.<br />• Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.<br />• lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM.<br />• Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.<br />• Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.<br />• Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.<br /><br />Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:<br />• Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;<br />• Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;<br />F. Penanganan Khusus<br />1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.<br />2. Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.<br />3. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan<br />4. Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.<br />5. Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong<br />Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan.<br />Jika perdarahan terus berlangsung: Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana.<br />Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati. Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah dilakukan, lakukan:<br />Kompresi bimanual internal atau Kompresi aorta abdominalis. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.<br />Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama sesama kala empat. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera<br />Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:<br />• Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika. <br />• Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi. <br />G. Manajemen Atonia Uteri ( Penatalaksanaan)<br />1. Resusitasi <br />Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.<br />2. Masase dan kompresi bimanual <br />Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik)<br />• Jika uterus berkontraksi<br />Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera<br /><br /><br /><br />• Jika uterus tidak berkontraksi maka :<br />Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.<br />o Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.<br />o Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI<br />Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera<br />H. Uterotonika <br />Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.<br />Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.<br />Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.<br /><br /><br />ROBEKAN JALAN LAHIR<br />A. Pengertian<br />B. Sebab – sebab terjadinya perlukaan jalan lahir antara lain : <br />1. Kesalahan sewaktu memimpin persalinan <br />2. Persalinan operatif melalui vagina seperti ekstraksi vacuum atau trauma akibat alat – alat yang dipakai <br />3. Perlukaan jalan lahir yang terjadi karena disengaja, seperti episiotomi <br />C. Klasifikasi <br />Adapun perlukaan jalan lahir dapat terjadi pada : <br />1. Robekan perineum spontan maupun episiotomi <br />a) Etiologi <br />• Kepala janin terlalu cepat lahir <br />• Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya <br />• Sebelumnya pada perinemum terdapat banyak jaringan parut <br />• Pada keadaan dengan distosia bahu <br />b) Tingkatan lacerasi berdasarkan luasnya robekan : <br />• Derajat 1 : Mukosa vagina, forchette posterior, kulit perineum <br />• Derajat 2 : Mukosa vagina, forchette posterior, kulit perineum, otot perinemum <br />• Derajat 3 : Mukosa vagina, forchette posterior, kulit perineum, otot perinemum, otot spingter ani eksternal <br />• Derajat 4 : Mukosa vagina, forchette posterior, kulit perineum, otot perinemum, otot spingter ani eksternal, dinding rectum anterior. <br />Keterangan untuk derajat 3 dan 4 segera dirujuk, karena memerlukan teknik dan prosedur khusus. <br />c) Penatalaksanaan <br />• Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasikan laserasi dan sumber perdarahan <br />• Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic <br />• Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan, kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap <br />• Lakukan penyatuan luka mulai dari bagian yang paling distal terhadap operator <br />2. Perlukaan Vulva <br />a) Robekan vulva <br /> Jika diperiksa sering terlihat robekan – robekan kecil pada labium mius, vestibulun atau belakang vulva. Jika robekan tidak menimbulkan perdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan – tindakan apa – apa tetapi jika luka robekan agak besar dan banyak berdarah, perlu dilakukan penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan. <br />b) Hematona vulva <br />• Etiologi <br />o Robeknya pembuluhdarah, terutama vena yang terletak di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput vagina <br />o Pecahnya varises yang terdapat dinding vagina dan vulva <br />• Diagnosis <br /> Daerah hematona akan terlihat bagian yang lembek, membengkak dan perubahan warna kulit di daerah hematona disertai nyeri tekan <br />• Penanganan <br />o Pada hematona yang kecil, cukup dilakukan pengompresan <br />o Jika hematona makin membesar dan disertai tanda – tanda anemia, presyok, maka perlu segera dilakukan pengosongan dan hematona tersebut <br />3. Robekan Dinding Vagina <br />a) Etiologi <br />• Persalinan dengan luram <br />• Ekstrasi batang <br />• Ekstrasi Vakum <br />• Reposisi presentasi kepala janin <br />b) Komplikasi <br /> Perdarahan dan infeksi <br />c) Penanganan <br />• Pada luka robek yang kecil, tidak perlu penanganan khusus. <br />• Pada luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan <br />4. Robekan Serviks <br />a) Etiologi <br />• Partus presipitatus <br />• Trauma karena pemakaian alat – alat operasi <br />• Melahirkan kepala janin pada tetsu secara paksa padahal pembuatan serrvik belum lengkap <br />• Partus lama <br />b) Komplikasi <br />• Perdarahan <br />• Syok, bahkan kematian dan inkompetensi serviks <br />c) Penanganan <br />• Jepit klein ovum ada ke-2 biji sisi partio yang robek, sehingga perdarahan dapat segera dihentikan <br />• Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan dimulai dari ujung atas robekan kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit <br />• Setelah tindakan, periksa TTV, CU, TFC dan perdarahan <br />• Beri antibiotik profilaksi, kecuali bila jelas ditemui tanda – tanda infeksi <br />5. Ruptor Uteri <br />a) Faktor Predisposisi <br />• Multi paritas <br />• Pemakaian oksitosin untuk indikasi persalinan yang tidak tepat <br />• Kelainan letak dan implantasi plasenta <br />• Kelainan bentuk uterus <br />• Hidramnion <br />b) Jenis <br />• Ruptura Uteri Spontan <br />Adalah dapat terjadi pada keadaan dimana terdapat rintangan pada waktu persalinan, misalnya : kelainan letak dan presentasi janin, panggul sempit <br />• Ruptura Uteri Traumatik <br />Terjadi karena adanya ruda paksa pada uterus, misalnya : versi ekstraksi plasenta manual <br />• Ruptura Uteri Jaringan Parut <br />Terjadi karena adanya locus mnoris pada dinding uterus sebagai, akibat bekas sebelumnya, Misal : parut bekas secar <br />c) Gejala <br />• Biasanya didahului oleh his yang kuat dan uterus menerus rasa nyeri yang hebat di perut bagian bawah, nyeri waktu ditekan, nadi dan pernafasan cepat <br />• Setelah terjadi rupture uteri dijumpai gejala-gejala seperti syok, perdarahan, pucat, nadi cepat, tekanan darah turun <br />• Jika kejadian rupture uteri telah lama, akan timbul gejala-gejala mekanisme <br />d) Penanganan <br />• Laparatomi <br />• HisterektomiIntan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-82224044910289930412011-03-25T20:00:00.000-07:002011-03-25T20:01:04.117-07:00Laporan PraktekBAB I<br />PENDAHULUAN<br />1.1. Latar Belakang<br />Tidak ada yang tahu dengan pasti kapan persalinan seorang wanita dimulai, namun ada sejumlah tanda bahwa persalinan akan segera dimulai.<br />Di minggu-minggu sebelum melahirkan, bayi akan turun ke bagian bawah perut ibu, sang ibu akan merasakan lebih banyak kontraksi, atau sang ibu merasakan sesuatu yang berbeda dalam hatinya jika dibandingkan dengan 8 bulan kehamilan sebelumnya. Tanda-tanda lain mungkin baru muncul 1 atau 2 hari sebelum persalinan. Feses ibu akan berubah, atau sedikit lendir berdarah akan keluar dari vaginanya. Kadang-kadang, bahkan air ketubannya ikut keluar. <br />Angka Kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan saat ini mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, saat ini terdapat 13 provinsi yang angka kematian ibu melahirkannya tinggi. Salah satu penyebab kematian ibu hamil ketika melahirkan di antaranya adalah masih minimnya sarana dan prasarana bersalin termasuk tenaga medis yang memadai. Bila angka kematian ibu melahirkan tidak menurun, Indonesia akan gagal mencapai salah satu Tujuan Pembangunan Milenium yang ditetapkan PBB. Selain minimnya ketersediaan fasilitas dan tenaga medis yang memadai, pertolongan persalinan yang diberikan oleh petugas kesehatan terlatih terutama bidan yang belum merata, dan ini juga mempengaruhi meningkatnya angka kematian ibu melahirkan.<br /> <br />1.2. Tujuan<br />1.2.1. Tujuan Umum<br />Memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai persalinan normal dan sebagai laporan pelengkap dalam penilaian pada mata kuliah Asuhan Persalinan Normal.<br />1.2.2. Tujuan Khusus<br /> Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah agar penulis mampu :<br />1) Melakukan pengkajian melalui pengumpulan data<br />2) Merumuskan diagnosa pada ibu bersalin<br />3) Melakukan rencana asuhan pada ibu bersalin<br />4) Melakukan evaluasi pada ibu bersalin<br />5) Melakukan pendokumentasian asuhan pada ibu bersalin<br /><br />1.3. Ruang Lingkup<br /> Ruang lingkup dari laporan persalinan ini antara lain : Pengkajian tentang persalinan, merumuskan diagnosa, melakukan rencana asuhan pada ibu bersalin, dan melakukan pendokumentasian asuhan pada ibu bersalin. Pengkajian ini dilakukan pada Ny. A dengan diagnosa G2P1Ao hamil 38 minggu 2 hari di ruang kamar bersalin di RSAL Marinir Cilandak Jakarta Selatan.<br /><br />1.4. Manfaat Laporan<br />Bagi mahasiswa meningkatkan kemampuan untuk melakukan asuhan persalinan normal dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan II.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />TINJAUAN TEORI<br />2.1. Pengertian Persalinan<br /> Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses persalinan. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan.<br />Beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan sebagai berikut.<br />a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke jalan lahir.<br />b. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulia dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.<br />c. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu.<br />d. Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin termasuk plasenta.<br />e. Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk abortus, molahidatidosa dan kehamilan ektopik yang pernah dialami oleh seorang ibu.<br />f. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) berlangsung dalam waktu 18 – 24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.<br />g. Spontan adalah persalinan terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu.<br /><br /><br />2.2. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan<br /> Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.<br />a. Teori penurunan hormonal : 1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.<br />b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.<br />c. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan menegang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero – plasenter.<br />d. Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.<br />e. Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :<br />• Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.<br />• Amniotomi : pemecahan ketuban.<br />• Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.<br />2.3. Proses Terjadinya Persalinan<br /> Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan adalah:<br />a. Teori Keregangan<br />Otot rahim mempunyai kemampuan dalam batas tertentu setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.<br />b. Teori Penurunan Progesteron<br />Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.<br />c. Teori Oksitosin Internal<br />Perubahan keseimbangan esterogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dapat dimulai<br />d. Teori Prostaglandin <br />Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga persalinan dapat dimulai (hasil konsepsi dikeluarkan)<br />e. Teori Hipotalamus Pituitari Dan Glandula Suprarenal<br />• Teori ini menunjukkan kehamilan dengan anensefal sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. (Linggin, 1973)<br />• Nolpar pada tahun 1993 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lama<br />• Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari dengan mulainya persalinan<br />• Glandula Suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan <br /><br />2.4. Tanda-tanda Terjadinya Persalinan<br /> Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :<br />a. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.<br />b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.<br />c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.<br />d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.<br />e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).<br />Tanda-tanda in-partu :<br />a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur, yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).<br />b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.<br />c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.<br />d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.<br /><br />2.5. Tahapan – tahapan dalam Persalinan<br /> Proses persalinan terdiri dari 4 kala :<br />a. KALA I ( Kala Pembukaan )<br />• Fase Laten<br />Servik berdilatasi kurang dari 4 cm, berlangsung 7 – 8 cm.<br />• Fase Aktif <br /> Periode Akselerasi<br /> Pembukaan menjadi 4 cm berlangsung 2 jam<br /> Periode Dilatasi Maksimum (Steady)<br /> Pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, berlangsung 2 jam.<br /><br /> Periode Deselerasi<br /> Pembukaan menjadi 10 cm / lengkap dalam waktu 2 jam <br />b. KALA II ( Kala Pengeluaran )<br />• Awal (Non Ekspulsi)<br />Servik membuka lengkap (10 cm),penurunan kepala berlanjut, belum ada untuk meneran<br />• Akhir (Ekspulsi)<br />Servik membuka lengkap (10 cm) bagian terbawah telah mencapai dasar panggul ibu terasa ingin meneran<br />Gejala dan tanda kala II persalinan :<br />• Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi<br />• Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya<br />• Perineum menonjol<br />• Vulva – vagina dan spingter ani membuka<br />• Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah<br />c. KALA III ( Kala Uri / Placenta )<br /> Dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap.<br />Manajemen Aktif Kala III<br />Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III.<br />Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III :<br />• Persalinan kala III yang lebih singkat<br />• Mengurangi jumlah kehilangan darah<br />• Mengurangi kejadian retensio plasenta<br />Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama :<br />• Pemberian suntikan Oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir<br />• Melakukan penegangan tali pusat terkenddali<br />• Masase fundus uteri<br />d. KALA IV <br />Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.<br />Setelah plasenta lahir :<br />• Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat<br />• Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Sebagai contoh, hasil pemeriksaan ditulis : “dua jari di bawah pusat”.<br />• Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan<br />• Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum<br />• Evaluasi keadaan umum ibu<br />• Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.<br />Catatan : <br />WHO / UNICEF / IVACG Task Force, 2006 merekomendasikan pemberian 2 dosis vitamin A 200.000 IU dalam selang waktu 24 jam pada ibu pasca persalinan untuk memperbaiki kadar vitamin A pada ASI dan mencegah terjadinya lecet puting susu. Selain itu suplementasi vitamin A akan meningkatkan daya tahan ibu terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat proses persalinan.<br />2.6. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik pada Ibu Bersalin <br />2.6.1. Anamnesis<br />Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.<br />Tanyakan pada ibu :<br />• Nama, umur dan alamat<br />• Gravida dan para<br />• Hari pertama haid terakhir<br />• Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)<br />• Riwayat alergi obat-obatan tertentu<br />• Riwayat kehamilan sekarang :<br /> Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan antenatalnya (jika mungkin).<br /> Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya : perdarahan, hipertensi, dll)?<br /> Kapan mulai kontraksi?<br /> Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi?<br /> Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?<br /> Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban pecah? (periksa perineum ibu untuk melihat air ketuban di pakaiannya).<br /> Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah berupa bercak atau darah segar per vaginam? (periksa perineum ibu untuk melihat darah segar atau lendir bercampur darah di pakaiannya).<br /> Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?<br /> Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih?<br />• Riwayat kehamilan sebelumnya :<br /> Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya (bedah sesar, persalinan dengan ekstraksi vakum atau forseps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan, preeklamsia / eklamsia, perdarahan pascapersalinan)?<br /> Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?<br /> Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan / persalinan sebelumnya?<br />• Riwayat medis lainnya (masalah pernafasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dll).<br />• Masalah medis saat ini (sakit kepla, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan protein urine ibunya.<br />• Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.<br />Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan fisik.<br />2.6.2. Pemeriksaan fisik<br />Bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Jelaskan kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan, diperiksa dan tujuannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan jawab pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.<br />Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :<br />• Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik.<br />• Tunjukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan bantu ibu agar merasa nyaman. Minta ibu menarik nafas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang / gelisah.<br />• Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urine dan adanya protein dan aseton dalam urine).<br />• Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan tubuh.<br />• Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan).<br />• Penilaian tekanan darah dan nadi ibu, lakukan pemeriksaan itu di antara dua kontraksi.<br />• Lakukan pemeriksaan abdomen.<br />• Lakukan periksa dalam.<br />Pemeriksaan abdomen<br />Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk :<br />• Menentukan tinggi fundus uteri.<br />• Memantau kontraksi uterus.<br />• Memantau denyut jantung janin.<br />• Menentukan presentasi.<br />• Menentukan penurunan bagian terbawah janin.<br />Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh rasa nyaman dengan minta ibu untuk menarik nafas dalam berulang-kali. Jangan biarkan ibu dalam posisi telentang dalam waktu lebih dari sepuluh menit.<br />a) Menentukan tinggi fundus uteri<br />Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi menggunakan pita pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung pita (posisi melebar) mulai dari tepi atas simfisis pubis, kemudian rentangkan pita mengikuti aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.<br />b) Memantau kontraksi uterus<br />Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi 2 kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.<br />c) Memantau denyut jantung janin<br />Gunakan stetoskop pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung janin permenit, gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat.<br />Tip : jika DJJ sulit untuk ditemukan lakukan palpasi abdomen ibu untuk menentukan lokasi punggung bayi. Biasanya rambatan suara DJJ lebih mudah didengar melalui dinding abdomen pada sisi yang sama dengan punggung bayi.<br />Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari 1 kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali permenit. Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali permenit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk. <br />d) Menentukan presentasi <br />Untuk menentukan presentasi (bagian terbawah) bayi : <br />• Berdiri disamping dan menghadap kearah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai atas dan menekukkan lutut).<br />• Untuk menentukan apakah presentasinya dalah kepala atau bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat teraba keras berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit terpegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang digunakan untuk menunjukkan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan dari kepala atau di identikkan sebagai bokong.<br />• Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati dan mantap), pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (diatas simfisis pubis) ibu. Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi bayi.<br />• Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga panggul maka bagian tersebut masih dapat digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah janin sulit atau tidak dapat digerakkan lagi.<br />e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin<br />Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui pengukuran pada dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi ibu jika dibandingkan dengan melakukan periksa dalam (vaginal toucher). Selain itu cara penilaian diatas (bila dilakukan secara benar) dapat memberikan informasi yang sama baiknya dengan hasil sama baiknya dengan hasil periksa dalam tentang kemajuan persalinan (penurunan bagian terbawah janin) dan dapat mencegah periksa dalam yang tidak perlu atau berlebihan.<br />Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas tepi atas simfisis dan dapat diukur dengan 5 jari tangan pemeriksa (perlimaan). Bagian diatas simfisis adalah proporsi yang belum masuk pintu atas panggul dan sisanya (tidak teraba) menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah masuk kedalam rongga panggul. <br />Penurunan bagian terbawah dengan metode 5 jari (perlimaan) adalah :<br />• 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.<br />• 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.<br />• 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.<br />• 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).<br />• 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga panggul.<br />• 0/5 jika bagian terbawah janin jika sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan dari seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul.<br />Merujuk pada kasus primigravida, inpartu kala I fase aktif dengan kepala janin masih 5/5 dimana kondisi ini patut diwaspadai sebagai kondisi yang tidak lazim. <br />Alasannya adalah pada kala I persalinan, kepala seharusnya sudah masuk ke dalam rongga panggul. Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun, mungkin bagian terbawah janin (kepala) terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu atas panggul. Mengingat bahwa hal ini patut diduga sebagai disproporsi kepala panggul (CPD) maka sebaiknya ibu dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi seksio sesaria sebagai antisipasi apabila terjadi persalinan macet (disproporsi). Penyulit lain dari posisi kepala diatas pintu atas panggul adalah tali pusat menumbung yang disebabkan oleh selaput ketuban yang disertai turunnya tali pusat. <br /><br /><br />Periksa Dalam<br />Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tentramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan. <br />Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :<br />1) Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung dan selimut.<br />2) Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama lain).<br />3) Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.<br />4) Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT / larutan antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi feses (tinja).<br />5) Periksa genetalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.<br />6) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per vaginam atau mekonium :<br />a. Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.<br />b. Jika ketuban sudah pecah lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau encer dan periksa DJJ :<br />b.1. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan pemantauan DJJ dengan seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin, lakukan ujukan segera.<br />b.2. Jika mekonium kental, bila DJJ dan rujuk segera.<br />b.3. Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi. <br />7) Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari (gunakan sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti dengan jari tengah. Dengan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan. Jika selaput ketuban pecah, jangan melakukan tindakan amniotomi (merobeknya). Alasannya : amniotomi sebelum waktunya dapat meningkatkan resiko infeksi terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.<br />8) Nilai vagina. Luka prut di vagina mengindikasikan adanya riwayat robekan perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting untuk menentukan pada saat kelahiran bayi. <br />9) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.<br />10) Pastikan tali pusat / bagian-bagian terkecil (tangan atau kaki) tidak teraba pada saat melakukan periksa dalam jika teraba maka ikutilah langkah-langkah gawat darurat dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.<br />11) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telah masuk ke dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasil periksa dalam dengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen (perlimaan) untuk menentukan kemajuan persalinan. <br />12) Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun ubun kecil, ubun-ubun besar atau fontanela magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir.<br />13) Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksaan (hati-hati), celupkan sarung tangan kedalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan selama 10 menit.<br />14) Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.<br />15) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.<br />16) Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.<br />2.6.3. Mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik<br />Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :<br />a) Catat semua temuan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.<br />b) Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, tahapan dan fase persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu berada dalam fase laten kala I persalinan dan perlu penilaian ulang 4 jam kemudian. Jika pembukaan telah mencapai atau lebih dari 4 cm maka ibu berada dalam fase aktif kala I persalinan sehingga perlu dimulai pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.<br />c) Tentukan ada atau tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditata laksana secara khusus.<br />d) Setiap kali selesai melakukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul, dan buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan dan asuhan ibu bersalin. Penatalaksanaan harus didasarkan pada kajian hasil temuan dan diagnosis.<br />e) Jelaskan temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan diberikan.<br />2.7. Perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial untuk Asuhan Persalinan, kelahiran masa nifas segera dan bayi baru lahir<br />2.7.1. Benda yang harus tersedia pada setiap kelahiran<br />• Partus set (di dalam wadah stenlis yang berpenutup)<br />• 2 klem kocher (klem tali pusat)<br />• Gunting tali pusat<br />• Benang tali pusat atau klem plastik<br />• Kateter nelaton<br />• Gunting episiotomi <br />• Alat pemecah selaput ketuban atau klem ½ kocher<br />• 2 pasang sarung tangan DTT atau steril<br />• Kasa atau kain kecil (untuk membersihkan jalan nafas bayi)<br />• Gulungan kapas basah (menggunakan air DTT)<br />• Tabung suntik 2 ½ atau 5 ml dengan jarum IM sekali pakai<br />• Kateter penghisap De Lee (penghisap lendir) atau bola karet penghisap yang baru dan bersih <br />• 4 kain (bisa disiapkan oleh keluarga)<br />• 3 handuk atau kain untuk mengertingkan dan menyelimuti bayi (bisa disediakan oleh keluarga)<br />• Bahan-bahan<br />• Partograf (halaman depan dan belakang)<br />• Catatan kemajuan persalinan atau KMS Ibu Hamil<br />• Kertas kosong atau formulir rujukan yang digunakan di daerah tersebut<br />• Pena<br />• Termometer<br />• Pita pengukur<br />• Doppler atau leneck<br />• Jam yang mempunyai jarum detik<br />• Stetoskop<br />• Tensimeter<br />• Sarung tangan pemeriksa bersih (5 pasang)<br />• Sarung tangan DTT atau steril (5 pasang)<br />• Sarung tangan rumah tangga (1 pasang)<br />• Larutan klorin (Bayclin 5,25 % atau setara) atau klorin serbuk (kalsium hipoklorin 35 % atau setara<br />• Perlengkapan pelindung pribadi : masker, kacamata, dan alas kaki yang tertutup<br />• Sabun cuci tangan<br />• Deterjen<br />• Sikat kuku dan gunting kuku<br />• Celemek plastik atau gaun penutup<br />• Lembar plastik untuk alas tempat tidur ibu saat persalinan<br />• Kantong plastik (untuk sampah)<br />• Sumber air bersih yang mengalir<br />• Wadah untuk larutan klorin 0,5 % (bisa disediakan oleh keluarga)<br />• Wadah untuk air DTT (bisa disediakan oleh keluarga)<br />2.7.2. Perlengkapan resusitasi bayi baru lahir<br />• Balon resusitasi dan sungkup nomor 0 dan 1<br />• Lampu sorot<br />• Tempat resusitasi<br />2.7.3. Obat-obatan dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan penatalaksanaan / penanganan penyulit<br />• 8 ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 ampul Oksitosin 2 ml U/ml) (simpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2 – 8oC)<br />• 20 ml Lidokain 1 % tanpa epinefrin atau 10 ml Lidokain 2 % tanpa epinefrin dan air steril atau cairan garam fisiologis (NS) untuk pengenceran<br />• 3 botol Ringer Laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 500 ml<br />• Selang infus<br />• 2 tabung suntik 5 ml steril, sekali pakai dengan jarum IM<br />• Vitamin K1 ampul<br />• Salep mata Tetrasiklin 1 %<br />• 1 tabung suntik 10 ml steril, sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22, panjang 4 cm atau lebih<br />2.7.4. Benda set jahit<br />• Pinset anatomi<br />• Pinset chirurgis<br />• Gunting benang<br />• 2 – 3 jarum jahit tajam (ukuran 9 dan 11)<br />• Benang chromic (satu kali pemakaian) ukuran 2,0 dan / atau 3,0<br />2.8. 58 Langkah APN<br />I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA<br />1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua<br />• Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran<br />• Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina<br />• Perineum tampak menonjol<br />• Vulva dan sfinger ani membuka <br />II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN<br />2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial unruk menolong persalinan dan menatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.<br />• Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi<br />• Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntuik steril sekali pakai di dalam partus set<br />3. Pakai celemek plastik<br />4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering<br />5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam<br />6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntil)<br />III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK<br />7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT<br />• Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang <br />• Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia<br />• Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % (langkah 9)<br />8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.<br />• Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi<br />9. Dekontaminasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan<br />10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit)<br />• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal<br />• Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf<br />IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN<br />11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.<br />• Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada<br />• Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar<br />12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)<br />13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :<br />• Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif<br />• Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai<br />• Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)<br />• Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi<br />• Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu<br />• Berikan cukup asuhan cairan per-oral (minum)<br />• Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai<br />• Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida) <br />14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam waktu 60 menit<br />V. PERSIAPKAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI<br />15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm<br />16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu <br />17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat dan bahan<br />18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan<br />VI. PERSIAPKAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI <br />Lahirnya kepala<br />19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal<br />20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi<br />• Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi<br />• Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan atau poting di antara dua klem tersebut<br />21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan<br />Lahirnya Bahu<br />22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang<br />Lahirnya Badan dan Tungkai<br />23. Setelah kesua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.<br />24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan tas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)<br />VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR<br />25. Lakukan penilaian (selintas) :<br />a. Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernafas tanpa kesulitan?<br />b. Apakah bayi bergerak aktif?<br />Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)<br />26. Keringkan tubuh bayi<br />• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk / kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.<br />27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)<br />28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.<br />29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)<br />30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.<br />31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat :<br />• Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut<br />• Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya<br />• Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan<br />32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi<br />Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada / perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu<br />33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi<br />VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA<br />34. Pindahkan klem pada tal pusat hingga berjaraj 5 – 10 cm dari vulva<br />35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perutibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat<br />36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.<br />• Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.<br />Mengeluarkan plasenta<br />37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso – kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso – kranial)<br />• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta<br />• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :<br />a. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unti IM<br />b. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh<br />c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan<br />d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.<br />e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual<br />38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang danputar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.<br />• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasii sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal<br />Rangsangan Taktil (Masase) Uterus<br />39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uetrus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)<br />• Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase<br />IX. MENILAI PERDARAHAN<br />40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus<br />41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.<br />Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan<br />X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN<br />42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam<br />43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.<br />• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10 – 15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara<br />• Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu<br />44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskuler di paha kiri anterolateral.<br />45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.<br />• Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.<br />• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.<br />Evaluasi <br />46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam<br />• 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan<br />• Setiap 15 menit pada 1 jam prtama pasca persalinan<br />• Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan<br />• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri<br />47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi <br />48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah<br />49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan<br />• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan<br />• Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal<br />50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 – 60 kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5)<br />Kebersihan dan keamanan<br />51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi<br />52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai<br />53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering<br />54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya<br />55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %<br />56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit<br />57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir<br />Dokumentasi <br />58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br /><br />TINJAUAN KASUS<br />FORMAT<br />ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN<br />No. Reg : 10. 16. 55<br />Nama Pengkaji : Intan Purnama Sari<br />Hari / Tanggal : Jumat / 25 Februari 2011<br />Waktu Pengkajian : 02.30<br />Tempat Pengkajian : RSMC Kamar Bersalin<br />KALA 1 Pukul 19.30<br />I. DATA SUBJEKTIF<br />a. Identitas<br />Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. H<br />Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun<br />Pekerjaan : Bidan Pekerjaan : TNI AL Kapten<br />Marinir<br />Agama : Islam Agama : Islam<br />Pendidikan : S1 Kebidanan Pendidikan : Militer<br />Suku / Bangsa : Jawa Timur Suku/Bangsa : Jawa Timur<br />Alamat : Jl. Cipto 008/001 Malang Alamat : Jl. Cipto <br />008/001 Malang<br />Alamat kantor : Puskesmas kota pasuruan Alamat Kantor : Cilandak<br />No. Telp : 081252664406 No. Telp : 081252664406<br />b. Keluhan Utama Saat Masuk<br />Ibu mengeluh mules dan nyeri diperut dari arah belakang sampai kedepan dari pukul : 20.00.<br /><br />c. Tanda-tanda Persalinan<br />Mules : Jarang Sejak tanggal : 24-02-2011 Pukul : 20.00<br />Frekuensi : 2 x/10 menit <br />Lokasi ketidaknyamanan : Punggung<br />d. Pengeluaran Pervaginam<br />Darah lendir : ada<br />Air ketuban : utuh<br />Darah : tidak ada<br />e. Riwayat Kehamilan sekarang<br />HPHT : 01-06-2010<br />ANC : 5 kali, tempat : Puskesmas oleh : Bidan<br />Kelainan / gangguan : tidak ada<br />f. Riwayat Imunisasi : TT lengkap<br />g. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu<br />No Tgl/Thn Lahir Anak Usia Kehamilan Jenis Persalinan Tempat persalinan/Penolong Penyulit JK BB/PB Keadaan Anak Nifas<br />1.<br /><br />2. 2008<br /><br />Hamil ini 40 minggu normal Dokter Tidak ada L 3150/50 Baik baik<br /><br />h. Pergerakan Janin dalam 24 jam : 20x / 24 jam<br />i. Makan dan Minum Terakhir : terakhir makan pukul 18.00, minum sejak jam 16.00 ± 500 cc<br />j. BAB / BAK terakhir : jam 19.00<br />k. Istirahat / Tidur : ± 7 jam<br /><br />II. DATA OBJEKTIF<br />a. Keadaan Umum : baik<br /> Kesadaran : compos mentis<br /> Keadaan emosional : stabil<br /> Tanda vital<br />Tekanan darah : 110 / 70 mmHg<br />Nadi : 86 x / menit<br />Pernafasan : 18 x / menit<br />Suhu : 36,8o C<br />b. Pemeriksaan Fisik<br />1. Kepala<br />Muka Oedema : tidak oedema<br />Mata Konjungtiva : berwarna merah muda<br /> Sklera : berwarna putih<br />2. Abdomen<br />Bekas luka operasi : tidak ada<br />His : 2x dalam 10 menit lamanya 20 detik, kekuatan sedang, relaksasi baik, dan teratur.<br />TFU : 28 TBJ : 2480 gram<br />Palpasi Leopold I : teraba bulat, tidak berbalotemen (bokong)<br /> Leopold II : kanan teraba padat memanjang (punggung)<br /> Kiri teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)<br /> Leopold III : teraba keras, bulat, berbalotemen.<br /> Leopold IV : teraba 1/5 bagian<br />Auskultasi DJJ : 136 x / menit, teratur<br />3. Ekstremitas <br />Varices : - / -<br />Reflek Patella : - / -<br />Oedema : - / -<br />c. Pemeriksaan Genetalia<br />1. Pemeriksaan Genetalia Eksternal<br />Vulva : varices tidak ada, oedema tidak ada.<br />Vagina : Pengeluaran : tampak lendir darah<br />Anus : tidak ada hemoroid<br />2. Genetalia Interna<br />Pemeriksaan dalam<br />Dinding vagina : tidak ada benjolan<br />Portio : tipis, lunak, anteflexi<br />Pembukaan : 2 cm<br />Selaput ketuban : utuh<br />Presentasi : kepala<br />Penurunan : Hodge II<br />Posisi : UUK kanan depan<br />Moulage : tidak ada<br />d. Pemeriksaan Penunjang<br />1. Laboratorium : tidak ada<br />2. USG : tidak ada<br />3. NST/CTG : tidak ada<br /><br />III. ASSASMENT<br />G2P1A0 Hamil 38 minggu 2 hari inpartu kala I<br />Janin : Tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala<br />Keadaan ibu dan janin baik.<br /><br />IV. PENATALAKSANAAN (RENCANA, TINDAKAN, EVALUASI)<br />1. Memberikantahukan ibu bahwa kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik. Serta memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah 2 cm. <br />E : Ibu mengerti tentang keadaan ibu dan janin.<br />2. Memberitahukan kepada ibu bahwa persalinan dapat dilakukan secara normal.<br />E : Ibu sudah mengetahui dan mengerti dengan jelas akan proses persalinannya nanti.<br />3. Menganjurkan ibu untuk tetap berdoa agar proses persalinan dapat berjalan dengan baik.<br />E : Ibu mengikuti saran bidan untuk berdoa.<br />4. Memberikan nutrisi dan hidrasi yang bertujuan untuk menambah tenaga ibu meneran.<br />E : Ibu telah diberikan makan dan minum.<br />5. Menjelaskan mengenai lingkungan kamar bersalin.<br />E :Ibu mengerti lingkungan kamar bersalin<br />6. Menganjurkan ibu untuk tetap mobilisasi agar proses penurunan kepala janin berlangsung lebih cepat.<br />E : Ibu bersedia mengikuti anjuran dari bidan.<br />7. Menjelaskan posisi yang aman dan nyaman untuk ibu.<br />E : Ibu mau mempelajari posisi yang akan digunakan nanti pada saat persalinan<br />8. Menjelaskan teknik mengurangi rasa nyeri.<br />E : ibu mengerti teknik mengurangi rasa nyeri<br />9. Menganjurkan ibu untuk miring dahulu sebelum bangun.<br />E : Ibu bersedia megikuti anjuran dari bidan<br />10. Menganjurkan keluarga utuk mendampingi selama persalinan.<br />E : Suami menemani selama proses persalinan sampai selesai<br />11. Menganjurkan ibu untuk BAK di kamar mandi.<br />E : Ibu mengerti untuk BAK di kamar mandi<br />12. Melakukan observasi His dan DJJ setiap 30 menit.<br />E : His dan DJJ terpantau setiap 30 menit<br />13. Menyiapkan perlengkapan untuk tindakan persalinan, seperti partus set, heckting set, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan standar APN.<br />E : Semua perlengkapan telah tersedia.<br />14. Melakukan penilaian kemajuan persalinan 4 jam kemudian.<br />15. Melakukan pendokumentasian<br /><br />KALA II Pukul 00.15<br />I. DATA SUBJEKTIF<br />Ibu mengatakan mules yang semakin sering dan kuat, ingin mengedan bersamaan dengan terjadinya kontraksi dan ibu mengatakan adanya peningkatan tekanan pada anus.<br /><br />II. DATA OBJEKTIF<br />Keadaan umum : baik<br />Tekanan darah : 100/60 mmHg<br />Nadi : 86 x/menit<br />Pernafasan : 22 x/menit<br />Suhu : 36,8oC<br />His : 5 x/10 menit 45 detik<br />Periksa dalam : vagina : tidak ada tumor<br /> Portio : tidak teraba<br /> Pembukaan : 10 cm<br /> Selaput ketuban : robek<br /> Ketuban : warna : jernih<br /> Bau : bau amis khas ketuban<br /> Kepala : Hodge III +<br /> Posisi : UUK kanan depan<br />Tanda persalinan : pengeluaran lendir darah meningkat, perineum menonjol, vulvu membuka, pembukaan serviks lengkap, terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina.<br /><br />III. ANALISA<br />G2P1A0 Inpartu kala II<br />Janin : tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala.<br />Keadaan ibu dan janin baik.<br /><br />IV. PLANNING<br />1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada Ibu dan menjelaskan bahwa pembukaan sudah lengkap. <br />E : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan<br />2. Membantu Ibu dalam mengambil posisi yang nyaman.<br />E : Ibu sudah menemukan posisi yang nyaman yaitu posisi setengah duduk. <br />3. Menyiapkan partus set. <br />E : Partus set telah disiapkan<br />4. Mengajarkan Ibu untuk meneran yang benar, yaitu ketika ada kontraksi ibu merangkul kedua paha, mata melihat ke perut, gigi dirapatkan dan mata terbuka. <br />E :Ibu mengerti bersedia mengikuti saran dari Bidan<br />5. Memberikan dukungan dan semangat kepada Ibu pada saat meneren. <br />E :Telah memberikan dukungan dan semangat kepada Ibu<br />6. Kepala terlihat 5 – 6 cm di vulva, melakukan pertolongan persalinan. <br />E : Bayi lahir spontan pukul 00.40 WIB, JK Perempuan, Apgar Score : 8 / 9<br />7. Melakukan Pendokumentasian<br />E : tindakan telah di lakukan<br /><br /><br />KALA III Pukul 01.10<br />I. DATA SUBJEKTIF<br />Ibu mengatakan senang dan gembira atas kelahiran anaknya dan ibu merasakan sedikit mules.<br />II. DATA OBJEKTIF<br />Keadaan umum : baik<br />Kesadaran : compos mentis<br />Keadaan emosi : stabil<br />Tekanan darah : 100/70 mmHg<br />Nadi : 82 x/menit<br />Pernafasan : 17 x/menit<br />Suhu : 36,9oC<br />Kontraksi : baik<br />TFU : 2 jari di bawah pusat<br />Kandung kemih : kosong<br />Perdarahan : 200 cc<br />III. ANALISA<br />P2A0 partus kala III<br />IV. PLANNING<br />1. Melakukan manajemen aktif kala III yaitu menyuntikan oksitoksin 10 unit.<br />Evaluasi : Oksitosin 10 unit telah di suntikan.<br />2. Melakukan PTT saat ada kontraksi dan uterus globular.<br />Evaluasi : PTT telah di lakukan dengan baik.<br />3. Melahirkan plasenta<br />Evaluasi : plasenta lahir jam 14.00.<br />4. Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta.<br />Evaluasi : keadaan plasenta lengkap.<br />5. Melakukan Pemantauan Kala III.<br />Evaluasi : Pemantauan Kala III telah di lakukan mulai dari menilai pendarahan, kontraksi uterus, laserasi, TTV, dan personal hygiene.<br />6. Melakukan Pendokumentasian Kala III.<br />Evaluasi : Pendokumentasian telah di lakukan.<br /><br />KALA IV Pukul 01.25<br />I. DATA SUBJEKTIF<br />Ibu mengatakan senang dan gembira akan kelahiran anaknya dan ibu mengatakan sedikit mulas, lelah, dan sakit.<br /><br />II. DATA OBJEKTIF<br />Keadaan umum : baik<br />Kesadaran : compos mentis<br />Tekanan darah : 100/50 mmHg<br />Nadi : 81 x/menit<br />Pernafasan : 19 x/menit<br />Suhu : 36,6oC<br />Kontraksi : baik dan kuat<br />TFU : 2 jari di bawah pusat<br />Kandung kemih : kosong<br />Perineum/vagina/serviks : laserasi di mukosa vagina sampai perineum<br />Darah yang keluar : 80 cc<br /><br />III. ANALISA<br />P2Ao partus kala IV<br /><br />IV. PLANNING<br />1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa saat ini terdapat robekan pada jalan lahir akibat episiotomi.<br />E : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan. <br />2. Melakukan anestesi lokal dengan lidokain 1% sebelum penjahitan.<br />E : Anestesi telah dilakukan.<br />3. Mendekatkan peralatan penjahitan kemudian melakukan penjahitan untuk laserasi derajat II.<br />E : Luka telah di jahit dengan baik, dengan menggunakan jahitan jelujur.<br />4. Membersihkan ibu dengan air DTT dan merapihkan ibu agar terasa lebih nyaman<br />E : Ibu telah dibersihkan dan merasa nyaman.<br />5. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan masase fundus.<br />E : Ibu dan keluarga mengerti cara masase fundus.<br />6. Merendam partus set dan hecting set pada larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.<br />E : Partus set dan hecting set telah direndam.<br />7. Memberikan Vit. A 200.000 IU 1 x/ oral.<br />E : Vit. A telah di berikan.<br />8. Memberikan makan dan minum kepada ibu sesuai keinginannya. <br />E : Ibu telah di berikan makan dan minum.<br />9. Melakukan observasi kontraksi, TFU, TTV, perdarahan, dan kandung kemih selama 2 jam post partum.<br />E : Observasi telah dilakukan<br />10. Memindahkan ibu ke ruang perawatan, jika ibu sudah bisa untuk mobilisasi.<br />Evaluasi : Ibu baru akan dipindahkan pukul 08.00.<br />11. Melakukan pendokumentasian dengan SOAP dan melengkapi partograf.<br />E : Pendokumentasian telah dilakukan. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />PEMBAHASAN<br />Pada masa praktek mahasiswi mengalami kejadian yang berbeda pada teori dan fakta dilapangan yang diberikan di materi perkuliahan Asuhan kebidanan, diantaranya :<br />4.1. Berdasarkan teori sebelum melakukan persalinan penolong harus menggunakan peralatan yang berfungsi untuk menjaga diri dari sesuatu yang tidak diinginkan seperti penutup kepala, kacamata, masker, celemek, dan sepatu tertutup, namun pada saat pelaksanaan praktek, penolong hanya menggunakan alas kaki yang seadanya dan celemek. Hal ini disebabkan perlengkapan yang disediakan RS dapat tergolong minimal. Penolong berasumsi kemungkinan ketersediaan peralatan dipengaruhi oleh kondisi RS tersebut.<br />4.2. Tidak ada peletakkan handuk / kain bersih dan kering di atas perut ibu. Berdasarkan teori, fungsi peletakkan kain tersebut adalah pada saat bayi lahir, bayi langsung di letakkan diperut ibu.<br />4.3. Tidak ada peletakkan kain yang dilipat 1/3 bagian atau duck steril yang diletakkan di bawah bokong ibu. Berdasarkan teori, fungsi peletakkan kain tersebut adalah untuk menahan perineum ibu dan pada saat bayi lahir digunakan untuk menyeka wajah bayi.<br />4.4. Tidak ada peletakkan bayi yang tengkurap di dada ibu, setelah bayi lahir, bayi langsung dibersihkan dan setelah beberapa menit kemudian bayi langsung dibawa ke ruang perawatan bayi untuk perawatan lebih lanjut. Berdasarkan teori, peletakkan bayi baru lahir di dada ibu berfungsi agar bayi merasa lebih tenang dan salah satu cara untuk melakukan IMD (Inisiasi Menusu Dini).<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V<br />PENUTUP<br />5.1. Kesimpulan<br /> Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik oleh mahasiswi pada saat pelaksanaan praktek di RSAL Marinir Cilandak Jakarta Selatan antara lain :<br />5.1.1. Proses kelancaran persalinan ibu dipengaruhi oleh dukungan suami dan keluarganya.<br />5.1.2. Kelancaran persalinan dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu pada saat itu.<br />5.1.3. Proses persalinan ibu yang dibantu oleh mahasiswi berjalan secara normal.<br />5.1.4. Materi perkuliahan sangat membantu mahasiswi dalam pelaksanaan praktek, jika ada perbedaan antara teori dan praktek, perbedaan tersebut tidak menghambat proses persalinan ibu.<br />5.2. Saran<br />Berikut merupakan saran yang dapat diberikan dari mahasiswi pada RS : Peralatan pendukung yang digunakan oleh penolong sebaiknya sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal. Jika hal ini dilakukan di harapkan kualitas layanan RSAL Marinir Cilandak Jakarta Selatan menjadi lebih baik. <br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi. 2008. Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.<br />Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : Buku Kedokteran.<br />Sumarah. 2008. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta : Fitramaya.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-27439511625553274322010-05-12T02:12:00.000-07:002010-05-12T02:13:47.434-07:00MOLAHIDATIDOSA<br />Kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus ; gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormone, yakni human chonionic gonadotropin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar dari pada kehamilan biasa. <br />Uterus membesar lebih cepat dari biasa penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan per vaginam. Kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnosis mola hidatidosa.<br /> Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) dari pada wanita di Negara-negara barat (1 atas 2000 kehamilannya). Tentang nasibnya kehamilan tidak normal ini dapat dikatakan, bahwa mola keluar sendiri atau dikeluarkan dengan suatu tindakan ; pengeluaran sendiri biasanya disertai dengan perdarahan banyak.<br /> Dari mola yang sifatnya jinak, dapat tumbuh tumor trofoblast yang bersifat ganas. Tumor ini ada yang kadang-kadang masih mengansung villus disamping teofoblast yang berproliferasi, dapat mengadakan infasi yang umumnya bersifat local, dan dinamakan mola destruens (invasive mole, penyakit trofoblas ganas jenis villosum). Selain itu terdapat pula tumor trofoblast yang hanya terdiri atas sel-sel trofoblast tanpa stroma, yang umumnya tidak hanya berinvasi di otot uterus tetapi menyebar ke alat-alat lain (koriokarsinoma, penyakit trofoblast ganas non villosum).<br /> Oleh IUAC (International Union Against Cancer) diadakan klasivikasi sederhana penyakit trofoblast, yang mempunyai keuntungan bahwa angka-angka yang diperoleh dari berbagai Negara di dunia dapat dibandingkan. Klasifikasi ialah : <br />1. Ada hubungan dengan kehamilan ;<br />2. Tidak ada hubungan dengan kehamilan.<br />A. Diagnosis Klinik<br />1. Non-metastatik<br />2. Metastatic <br />a. Local (pelvis)<br />b. Ekstra pelvic <br />B. Diognosis Morfologik<br />1. Mola hidatidosa<br />a. Non-invasif<br />b. Invasif<br />2. Khoriokarsinoma<br />3. Tidak bisa ditentukan<br />Golongan tidak bisa ditentukan terdiri atas penyakit trofoblast dimana tidak terdapat bahan-bahan dari otopsi, atau operasi, atau kerokan untuk membuat diagnosis morfologik, akan tetapi diagnosis dibuat dengan cara-cara lain (hormonologik). <br />C. Diagnosis<br /> Sudah dikemukakan bahwa uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat dari pada kehamilan biasa ; pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya, seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemerikasaan janin rontegen, dan adanya denyut jantung pada ultra sonografi. Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan.<br /> Diagnose baru pasti kalau kita melihat lahirnya gelembung-gelembung mola. Kalau uterus lebih besar daripada sesuai dengan tuanya kehamilan maka kemungkinan yang harus dipertimbangkan :<br />• Haid terakhir keliru<br />• Kehamilan dengan myomi uterik<br />• Hydramnion<br />• Gemelli<br />• Mola hidatidosa<br />Untuk membuat diagnose sering dilakukan pemeriksaan sebagai bereikut :<br />1. Ro foto : kalau ada rangka janin maka kemungkinan terbesar bahwa kehamilan biasa walaupun pada mola partialis kadang-kadang terdapat janin. Tidak terlihatnya janin tidak menentukan.<br />2. Reaksi biologis misalnya Galli Mainini : pada mola hidatidosa kadar gonadhotropin chorion dalam darah dan aer kencing sangat tinggi maka reaksi Galli Manini dilakukan kuantitatip. Kadar gonadhotropin yang diperoleh harus dibandingkan dengan kadar gonadotropin pada kehamilan biasa dengan umur yang sama. Pada kehamilan muda gonadhotropin naik dan mencapai puncaknya ± pada hari ke-100 sesudah mana kadar tersebut turun. Kadar yang tinggi sesudah hari ke-100 dari kehamilan lebih berarti daripada kadar yang tinggi sebelum hari ke-100.<br />3. Percobaan sonde: pada mola sonde mudah masuk kedalam cavum uteri, pada kehamilan biasa ada tahanan janin.<br />4. Tekhnik baru yang sudah diperkembangkan ialah :<br />• Arterio grafi : yang memperlihatkan pengisian bilateral vena uterine yang dini. <br />• Suntikan zat kontras kedalam uterus : memperlihatkan gambaran sarang tawon.<br />• Ultrasonografi : gambaran badai salju<br /> Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi dari pada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-Scan) member gambarab yang khas mola hidatidosa.<br /><br /><br />D. Penanganan mola hidatidosa<br /> Berhubungan dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik bagi wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diinginkan, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan, di lakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (sunction curettage) disertai dengan pemberian infuse oksitosin intra vena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus ; kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi. <br /> Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.<br /> Sebelum mola dikeluarkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan rontegen paru-paru untuk menentukan ada tidaknya metastasis di tempat tersebut.<br /> Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista ini tumbuh karena pengaruh hormonal, kemudian mengecil sendiri. <br />E. Pengamatan lanjutan<br /> Pengamatan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya dikosongkan, sangat penting berhubung dengan kemungkinan timbulnya tumor ganas (dalam ± 20 %). Anjuran untuk pada semua penderita pasca mola dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan, belum dapat diterima oleh semua pihak.<br /> Pada pengamatan lanjutan, selain memeriksa terhadap kemungkinan timbulnya metastasis, sangat penting untuk memeriksa kadar hormone koriogonadotropin (hCG) secara berulang.<br /> Pada kasus-kasus yang tidak menjadi ganas, kadar hCG lekas turun menjadi negative, dan tetap tinggal negative. Pada awal pasca mola dapat dilakukan tes hamil biasa, akan tetapi setelah tes hamil biasa jadi negative, perlu dilakukan pemeriksaan radio-immunoassay hCG dalam serum. Pemeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormone dalam kuantitas yang rendah. <br /> Pemeriksaan kadar hCG diselenggarakan tiap minggu sampai kadar menjadi negative selama tiga minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama enam bulan. Sampai kadar hCG menjadi negative, pemeriksaan rontegen paru-paru dilakukan tiap bulan. Selama dilakukan pemeriksaan kadar hCG, penderita diberitahukan supaya tidak hamil. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam dua hal :<br />1. Mencegah kehamilan baru, dan <br />2. Menekan pembentukan LH oleh hipofisis, yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar hCG.<br />Apabila tingkat kadar hCG tidak turun dalam tiga minggu dalam berturut-turut atau malah naik, dapat diberi kemoterapi, kecuali jika penderita tidak menghendaki bahwa uterus dipertahankan ; dalam hal ini dilakukan histerektomi.<br /> Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian methotrexate atau Dactieo-mycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut. Biasanya cukup hanya memberi satu seri dari obat yang bersangkutan. Pengamatan lanjutan uterus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negative selama enam bulan.<br />F. Pengobatan<br />Mengingat bahaya tersebut diatas maka mola hidatidosa harus digugurkan segera setelah diagnose ditentukan, tetapi mengingat bahaya chorilcarcinoma harus diadakan follow-up yang teliti, jadi terapi terdiri atas dua bagian :<br />1. Pengguguran dan curettage dari mola atau dilakukan histerektomi. <br />2. Follow-up untuk mengawasi gejala-gejala chorilcarcinoma <br />Kalau sudah ada pembukaan sebesar kira-kira satu jari dilakukan curettage. Curettage ini selalu harus dengan transfuse darah karena kemungkinan perdarahan yang banyak besar sekali. Sebaiknya dipergunakan fakum kuret. Mengingat bahaya perforasi, karena uterus sangat lunak baik diberikan oksitosin sebelum curettage dimulai. Dengan penyuntikan oksitosin, uterus berkontraksi, dindingnya lebih keras dan mengurangi bahaya perforasi. <br />Kalau belum ada pembukaan maka harus diusahakan dulu supaya servik cukup membuka karena curettage mola melalui ostium yang sempit sangat berbahaya.<br />Pembukaan servik dapat dicapai secara kimiawi misalnya dengan pemberian infuse oksitosin 10 satuan dalam 500 cc glukosa 5% atau dengan penyuntikan 2 ½ satuan oksitosin tiap setengah jam sebanyak 6 kali. Cara yang lain adalah secara mekanis dengan mempergunakan laminaria stift atau kombinasi dari kedua cara.<br />Supaya pengosongan rahim dapat dilakukan dengan cepat, dipergunakan cunam abortus dulu dan ekspresi pada fundus, baru kalau uterus sudah kecil dilakukan curettage.<br />Kira-kira 10-14 hari setelah curettage pertama, dilakukan curettage kedua. Pada waktu ini uterus sudah mengecil hingga lebih besar kemungkinan bahwa curettage betul menghasilkan uterus yang bersih. Pada wanita yang sudah berumur 40 tahun atau lebih mungkin lebih baik dilakukan histerektomi.<br />Kejadian chorilcarcinoma setelah histerektomi hanya 2,8 % sedangkan sesudah curettage 8, 4 %.<br />Untuk follow-up setelah curettage reaksi biologis dilakukan sekali 2 minggu sampai reaksi negative, kemudian sekali sebulan sampai 2 tahun. Hal ini perlu untuk lekas mendiagnosa chorilcarcinoma.<br />Pada umumnya reaksi imunologis atau biologis 3 minggu setelah pengosongan mola dan paling lambat setelah 6 minggu menjadi negative (sesudah 2 minggu 50 % negative dan sesudah 40 hari 75% negative) kalau setelah 6 minggu reaksi masih positive perlu pengawasan klinins.<br />Kalau reaksi biologis kuantitativ naik atau tidak mau menjadi negative atau setelah negative menjadi positive kembali, maka ini merupakan tanda chorilcarcinoma.<br /><br />G. Gejala-gejala lain dari chorilcarcinoma ialah bahwa setelah curettage mola :<br />1. Perdarahan terus menerus<br />2. Involusi rahim tidak terjadi<br />3. Kadang-kadang malahn nampak metastase di vagina berupa tumor-tumor yang biru ungu, rapuh dan mudah berdarah sebesar kacang Bogor.<br />Mungkin juga timbul metastase di paru-paru yang menimbulkan batuk dan haemoptoe. Maka kalau ada gejala-gejala yang mencurigakan harus dibuat foto toraks berulang-ulang.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-28079073213483368982009-12-26T05:23:00.000-08:002009-12-26T05:24:55.680-08:00ISBD NifasASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS<br /><br /><br />Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang majemuk yang memiliki keanekaragaman, budaya dan adat istiadat yang diupayakan terus dijaga oleh masyarakat setempat dan jadilah suatu kebudayaan yang pada setiap tempat berbeda-beda. Karena kemampuan manusia yang diperoleh dengan cara berpikir, berkehendak dan kemampuan merasa, melalui semua itu manusia mendapatkan ilmu mengarahkan perilaku dan mencapai kesenangan.<br /><br />Masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda keanekaragaman budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai tingginya. Kekayaan tersebut harus dilestarikan dan dikembangkan itu dapat dipahami terus dari generasi ke generasi.<br /><br />Manusia di ciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia, diantara makhluk-makhluk hidup lainnya (hewan dan tumbuh-tumbuhan). Sifat manusia :<br />a. Sebagai makhluk biologis, manusia tunduk kepada hokum-hukum biologis (lapar, mengantuk, lelah, kebutuhan seksual dan lain sebagainya).<br />b. Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan psikis atau kejiwaan (saling menyayangi, saling memperhatikan, membutuhkan rasa aman dan lain sebagainya).<br /><br />Manusia sebagai makhluk yang mulia di bekali pula oleh Tuhan dengan akal dan budi pekerti, sehingga manusia dapat mengontrol naluri seksual, sesuai dengan norma, nilai moral, agama, dan aturan-aturan yang berlaku.<br /><br />Setiap makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan) memiliki kemampuan untuk bereproduksi yaitu kemampuan untuk melanjutkan keturunan. Dua Insan, laki-laki dan perempuan yang terikat oleh perkawinan perlu mengetahui dan menyadari akan hak dan kewajiban serta tanggung jawab kesehatan reproduksi untuk menghasilkan keturunan yang sehat.<br /><br />Proses reproduksi manusia yang bertanggung jawab sangat di pengaruhi oleh kesiapan :<br /> Fisik, keadaan yang paling baik bagi seseorang untuk memiliki anak yaitu (perempuan antara 20-30 tahun; laki-laki bila telah mencapai umur 25 tahun).<br /> Psikis, kesiapan mental bagi seseorang untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab.<br /> Social ekonomi, telah mampu bertanggung jawab secara social dan ekonomi sesuai dengan aturan, norma dan nilai yang berlaku.<br /><br />Ketiga hal tersebut diperlukan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang :<br />a. Sehat dan sejahtera<br />b. Saling menyayangi<br />c. Berpendidikan dan berkumpul<br />Wanita di Indonesia lebih mengejar karier dari pada perkawinan yang sehat dan bahagia, perkawinannya masih terikat adat istiadat, serta gadis remaja di Indonesia, belum mengerti anti fungsi kesehatan dan alat reproduksi.<br />1. kehamilan<br />2. persalinan<br />3. nifas<br /><br />Pemerintah tetap mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan yang ada tanpa mengurangi kebudayaan tradisional dan saling bekerjasama tanpa pertentangan yang dapat merugikan salah satu anggota masyarakat. Pada gadis remaja khususnya dan wanita pada umumnya harus diberikan informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksinya, perlu ditingkatkan pendidikannya.<br /><br />Menanamkan pengertian hubungan seksual yang sehat, untuk meningkatkan jumlah saran pelayanan kesehatan reproduksi diberbagai budaya di Indonesia.<br /><br />Diantara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat Indonesia ada yang menguntungkan, dan ada pula yang merugikan bagi kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas.<br /> <br />Factor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin, dan nifas adalah factor lingkungan yaitu pendidikan disamping factor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adapt istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas.<br /><br />Oleh karena itu ilmu pengetahuan social kemasyarakatan sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda.<br /><br />Pengetahuan social dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk merubah perilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berperilaku sehat.<br /><br />Dari berbagai adat istiadat tersebut terlihat bahwa :<br />1. Upacara, penanganan dan pantangan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah.<br />2. menjadi gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh Indonesia.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Pengertian<br />Adat adalah aturan (perbuatan dsb) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala (Anton, 1998 : 5) sedangkan istiadat adalah adapt kebiasaan (Anton, 1998 : 340).<br />Factor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan<br />1. Faktor lingkungan <br />Factor lingkungan social yaitu interaksi masyarakat adat istiadat, pendidikan dan tingkat ekonomi. Perilaku masyarakat merupakan factor kedua yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat.<br />2. Faktor perilaku<br />Faktor budaya setempat dan pengetahuan sendiri serat sisitem nilai sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil oleh pasien dan keluarga.<br />3. Faktor pelayanan kesehatan<br />Faktor tingkat pelayanan kesehatan merupakan factor ketiga yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.<br />4. Faktor keturunan<br />Faktor keturunan merupakan factor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Pengaruh social budaya terhadap ibu hamil, melahirkan, nifas<br />Pengaruh social budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bualn, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing.<br />Contoh :<br />1) Di wilayah Jawa dan Sunda masa kehamilan ini pada umumnya di masyarakat dilaksanakan upacara 3 bulan diselenggarakan dengan membagi-bagikan rujak pada tetangga. Bila rasanya pedas di yakini bayi yang baru lahir nanti adalah laki-laki. Upacara tradisi Ngliman (hamil 5 bulan) dan Mitoni (hamil 7 bulan). Sebetulnya ada tradisi yang lain, yaitu manusia ada tanda-tanda kehamilan dengan cirri-ciri sudah tidak menstruasi, suka makan yang asam-asam dan pedas, mentah-mentah dan lain-lain. Harus minum jamu atau “nyup-nyup” cabe puyang, maandi keramas, potong kuku, “sisig” (menghitamkan gigi) yang memiliki maksud selalu dalam keadaan suci. Karena pemahaman masyarakat Jawa dalam kehamilan selalu menjaga janin dikandungnya maka selalu berbuat kebaikan, tidak boleh mengejek orang, lebih-lebih orang cacat, tidak boleh membunuh makhluk hidup dan lain sebagainya. Agar bayi yang dikandung sehat jasmani dan rohani serta menjadi anak yang bermanfaat bagi orang tua, agama dan masyarakat.<br />2) Seperti di daerah Maluku terdapat pantangan makanan masa nifas, yaitu :<br />a. Terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih.<br />b. Nanas, mangga tidak bagus untuk rahim.<br /><br />NIFAS<br /> Menurut Agama Islam<br />Nifas ialah darah yang keluar dari rahim disebabkan kelahiran, baik bersamaan dengan dengan kelahiran itu, sesudahnya atau sebelumnya (2 atau 3 hari) yang disertai dengan rasa sakit. <br />Para ulama berbeda pendapat tentang apakah masa nifas itu ada batas minimal dan maksimalnya. Menurut Syaikh Taqiyuddin dalam risalahnya tentang sebutan yang dijadikan kaitan hokum oleh Pembawa syari’at. Halaman 37 Nifas tidak ada batas minimal maupun maksimalnya. Andaikata ada seorang wanitamendapati darah lebih dari 40, 60 atau 70 hari dan berhenti, maka itu adalah nifas. Namun jika berlanjut terus maka itu darah kotor dan bila demikian yang terjadi maka batasnya 40 hari, karena hal itu merupakan batas umum sebagaimana dinyatakan oleh banyak hadits.<br />Atas dasar ini, jika darah nifasnya melebihi 40 hari, padahal menurut kebiasaannya sudah berhenti setelah masa itu atau tampak tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat, hendaklah si wanita menunggu sampai berhenti. Jika tidak, maka ia mandi ketika sempurna 40 hari karena selama itulah masa nifas pada umumnya. Kecuali, kalau bertepatan dengan masa haidnya maka tetap menunggu sampai habis masa haidnya. Jika berhenti setelah mas (40 hari) itu, maka hendaklah hal tersebut dijadikan sebagai patokan kebiasaannya untuk dia pergunakan pada masa mendatang.<br />Namun jika darahnya terus menerus keluar berarti ia mustahadhah. Dalam ini, hendaklah ia kembali kepada hokum-hukum wanita mustahadhah yang telah dijelaskan pada pasal sebelumnya. Adapun jika si wanita telah suci dengan berhentinya darah berarti ia dalam keadaan suci, meskipun sebelum 40 hari. Untuk itu hendaklah ia mandi, shalat, berpuasa dan boleh digauli oleh suaminya. Terkecuali, jika berhentinya darah itu kurang dari 1 hari maka hal itu tidak dihukumi suci. Demikian disebutkan dalam kitab suci Al-Mughni. <br />Nifas tidak dapat ditetapkan, kecuali jika si wanita melahirkan bayi yang sudah berbentuk manusia. Seandainya ia mengalami keguguran dan janinnya belum jelas berbentuk manusia maka darah yang keluar itu bukanlah darah nifas, tetapi di hukumi sebagai darah penyakit. Karena itu yang berlaku baginya adalah hokum wanita mustahadhah. <br />Adapun darah nifas, jika berhenti sebelum 40 hari kemudian keluar lagi pada hari ke 40, maka darah itu diragukan. Karena itu wajib bagi si wanita shalat dan berpuasa fardu yang tertentu waktunya pada waktunya yang terlarang baginya apa yang terlarang bagi wanita haid, kecuali hal-hal yang wajib. Dan setelah suci, ia harus meng-qadha’ apa yang diperbuatnya selama keluarnya darah yang diragukan, yaitu yang wajib di qadha’ wanita haid. Inilah pendapat yang masyhur menurut para fuqaha’ dari Madzhab Hanbali.<br />Dalam haid, jika si wanita suci sebelum masa kebiasaannya, maka suami boleh dan tidak terlarang menggaulinya. Adapun dalam nifas, jika ia suci sebelum 40 hari maka suami tidak boleh menggaulinya, menurut yang masyhur dalam Madzhab Hanbali.<br />Yang benar, menurut pendapat kebanyakan ulama, suami tidak dilarang menggaulinya. Sebab tidak ada dalil syar’i yang menunjukkan bahwa itu dilarang, kecuali riwayat yang disebutkan Imam Ahmad dari Utsman bin Abu Al-Ash bahwa isterinya dating kepadanya sebelum 40 hari lalu ia berkata : “Jangan kau dekati aku !”<br />Ucapan Utsman tersebut tidak berarti suami terlarang menggauli isterinya karena hal itu mungkin saja merupakan sikap hati-hati Utsman, yakni khawatir kalau isterinya belum suci benar atau takut dapat mengakibatkan pendarahan disebabkan senggama atau sebab lainnya.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KESIMPULAN<br />Nifas ialah darah yang keluar dari rahim disebabkan kelahiran, baik bersamaan dengan dengan kelahiran itu, sesudahnya atau sebelumnya (2 atau 3 hari) yang disertai dengan rasa sakit. <br />Bahwa dalam aspek social budaya dalam masa nifas dipengaruhi dengan adat istiadat masyarakat di Indonesia.<br />Factor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama pada ibu hamil, bersalin, dan nifas adalah factor lingkungan yaitu pendidikan disamping factor-faktor lainnya. <br />Pengaruh social budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil hingga pada masa nifas. Upacara-upacara yang sering diselenggarakan sesuai dengan adat istiadat masyarakat di Indonesia yang sangat beragam menurut daerah masing-masing, mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas.<br />Contohnya di daerah Maluku terdapat pantangan makanan pada masa nifas, seperti pantangan memakan terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih dan pantangan memakan nanas dan mangga karena tidak bagus untuk rahim.<br />Lain halnya di daerah Jawa, pantangan makanan pada masa kehamilan dan masa nifas, seperti pantangan makan-makanan yang setengah matang dan daging kambing, karena tidak baik bagi kesehatan sang ibu dan bayi, karena daging kambing bersifat panas.<br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />SKM, Syafrudin. 2009. Sosial Budaya Dasar Unttk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-16897598159576679732009-12-16T06:56:00.000-08:002009-12-16T06:58:21.099-08:00ASPEK SOSBUD DALAM PRAKTEK KEBIDANANPENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PELAYANAN KESEHATAN<br /> <br /> Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini di hadapkan pada masyarakat yang lebih terdidik dan mampu membeli pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau dibutuhkan ( Martoyo, 1998 ). Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman sehingga memberi kepuasan ( sembuh cepat dengan pelayanan yang baik ). Rumah sakit perlu mengembangkan suatu system pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat ( Martoyo, 1998 ). Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan kebidanan ) untuk masyarakat, menggunakan bebagai sumber daya seperti ketenangaan, mesin, bahan, fasilitas, modal, energy dan waktu ( timpe, 2000 ). <br /> Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggungjawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional ataupun global Wheeler, (1999) dalam Hamid (2001). Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik maka perlu aanya pendekatan social budaya yang dapat menjembati pelayanannya kepada pasien.<br /> Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain memiliki pengetahuan yang adekuat, menggunakan pendekatan asuhan kebidanan.<br /> Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat digunakan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :<br /><br />PENDEKATAN DALAM SISTEM KESENIAN TRADISIONAL<br /><br /><br />PENGERTIAN <br />Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil<br />1. Pengertian menurut para ahli budaya<br />a. Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok<br />b. Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya<br /> Merupakan produk dari manusia sebagai homeostetiskus, setelah manusia dapat mencykuoi kebutuhan fifiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya manusia semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu uga pandangan indah serta suara merdu, semua dapat dipenuhi melalui kesenian. <br /> Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.<br /> Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita, khususnya penglihatan , perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah iitu untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu serta idea yang melantar belakangi kehadirannya.<br /> Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari kata yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu. <br /><br /><br />PENDEKATAN DALAM SISTEM BANJAR<br />SISTEM BANJAR DI BALI <br />PENGERTIAN <br />Di samping kelompok-kelompok kerabat patrilineal yang mengikat orang Bali berdasarkan atas prinsip keturunan. Ada pula bentuk kesatuan-kesatuan social yang didasarkan atas kesatuan wilayah, ialah desa.<br /> Kesatuan-kesatuan social serupa itu kesatuan yang diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara keagamaan yang keramat. Pada umumnya tampak beberapa perbedaan antara desa adat di pegunungan dan desa adat di tanah datar. Desa-desa adat dipegununggan biasanya sifatnya lebih kecil dan keanggotaannya terbatas pada orang asli yang lahir didesa itu juga.<br /> Sesudah kawin, orang itu langsung menjadi warga desa adat (karma desa) dan mendapat tempat duduk yang khas dib alai desa yang disebut bale agung, dan berhak mengikuti rapat-rapat desa yang diadakan secara teratur pada hari-hari yang tetap. Desa-desa adat di tanah datar. Desa-desa adat di pegunungan biasanya sifatnya lebih kecil dan keanggotaannya terbatas pada orang asli yang lahir didesa itu juga.<br /> Sesudah kawin, orang itu langsung menjadi warga desa adat (krama desa ) dan mendapat tempat duduk yang khas di balai desa yang disebut bale agung, dan berhak mengikuti rapat-rapat desa yang diadakan secara teratur pada hari-hari tatap. Desa-desa adat di tanah datar biasanya sifatnya besar dan meliputi daerah yang tersebar luas. Demikian sering terdapat differensisasi kedalam kesatuan-kesatuan adat yang khusus didalamnya, yang disebut banjar. <br /> Sifat keanggotaan banjar tidak tertutup dan terbatas kepada orang-orang asli yang lahir di dalam banjar itu juga. <br /> Demikian kalau ada orang-orang dari wilayah-wilayah lain atau yang lahir di banajar lain, yang kebetulan tingal di sekitar wilayah banjar yang bersangkutan, mau menjadi warga, hal itu bisa saja. Pusat dari banjar adalajh bale banjar dimana para warga banjar saling bertemu dan berapat pada hari-hari yang tetap.<br /> Banjar di kepalai oleh seorang kepala yang disebut kelian banjar (kliang). Ia pilih untuk suatu masa jabatan yang tertentu oleh warga banjar. Tugasnya tidak hanya menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dari banjar sbagai satu komuniti, tetepi juga lapangan kehidupan keagamaan. Kecuali itu, ia sering kali harus juga memecahkan hal-hal yang menyangkut hukum adat tanah dan dianggap ahli dalam adat banjar pada umumnya. <br /> Adapun soal-soal yang bersngkutan dengan irigasi dan pertanian. Biasanya berada diluar wewenangnya. Hal itu adalah wewenang organisasi irigasi subak, yang telah tersebut diatas. Walaupun demikian, di dalam rangka tugas administratif: dimana ia bertanggung jawab kepada pemerintah di atasnya, ia bahkan tak dapat melepaskan diri sama sekali dari soal-soal irigasi danp pertanian di banjarnya. Disamping mengurus persoalan ibadat, baik mengenai banjar sendiri, maupun warga banjar, klian banjarjuga mengurus hala-hal yang sifatnya administratif pemerintahan. <br />Cara-cara pendekatan bidan di dalam wilayah banjar Bali :<br />a.Mengerakan dan membina peran serta masyarakat. Dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahankeehatan setempat. <br />b.Pemerintah menjalankan ? menerapkan PosKesDes (Pos Kesehatan Desa), yang ditujukan kepada seluruh masyarakat, yang terjangkau sampai kedaerah pedalaman.<br />c.Penyuluhan kesehatan masyarakat dimaksudkan dapat menghasilkan perubahan perilaku yang lestari untuk keluarganya, individu keluarga dan masyarakat itu sendiri. <br />d.Penyuluhan kesehatan masyarakat dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. <br />e.Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader termasuk dukun, (peran bidan sebagai pendidik ). Bersama kelompok dan masyarakat menanggulangi maslah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu , anak dan KB. <br /><br />PENDEKATAN DALAM SISTEM PAGUYUBAN <br />PENGERTIAN PAGUYUBAN <br /><br />Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih<br />Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih ekonomi.<br /><br /> CIRI-CIRI PAGUYUBAN <br /><br />Menurut Ferdinand tones cirri-ciri pokok dari paguyuban antara lain :<br />1Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra<br />2Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja<br />3Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja<br /> dan tidak untuk orang lain diluar “kita”<br /><br />Sedangkan secara umum cirri-ciri paguyuban yaitu :<br />1.Adanya hubungan perasaan kasih sayang<br />2.Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan <br />3.Tidak suka menonjolkan diri<br />4.Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif<br />5.Sifat gotong royong masih kuat<br />6.Hubungan kekeluargaan masih kental<br /><br /> TIPE PAGUYUBAN <br /><br />Memiliki tiga tipe yang ada di masyarakat yaitu :<br /><br />1.Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood ) <br />Yaitu paguyuban bedasarkan keturunan contoh kelompok kekeluargaan,keluarga besar<br /><br />2.Paguyuban karena tempat (gemeinschaft by place ) <br />Yaitu paguyuban yang terdiri dari ornag-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong contohnya arisan,RT,RW,karang taruna,PKK,pos kambling, atau ronda<br /><br />3.Paguyuban karena jiwa pikiran(gemneinschaft by mind)<br />Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang tidak mempunyai hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama,paguyuban semacam itu tidak sekuat dengan ikatan paguyuban berdasarkan keturunan.contohnya organisasi.<br /><br /><br />PEMBAHASAN PELAYANAN KEBIDANAN DENGAN PENDEKATAN PAGUYUBAN.<br /><br />Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban.untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan.misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas puskesmas<br /><br />POSYANDU<br /><br />1.PENGERTIAN POSYANDU <br />Posyandu merupakan suatu forum komunikasi alih teknologi dan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.<br /><br />2.MANFAAT POSYANDU<br />1sebagai sarana pelayanan terdekat di masyarakat dan mudah dijangkau oleh masyarakat setempat.<br />2Sebagai sarana pendidikan dan pelatihan bagi,masyarakat dalam pembentukan kader leader dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat.<br />3Memberikan nilai strategis untuk pembangunan sumber daya manusia sejak dini.<br />4Mendorong peran serta masyarakat sehingga aktif dalam meningkatkan kesehatan.<br />3.PELAKSANAAN SISTEM PELAYANAN DI POSYANDU<br />Pelaksanaan system pelayanan di posyandu agar lebih teratur dan lebih terkoordinir maka dilakukan dengan lima meja diantaranya:<br /><br /><br /><br />1.Meja pertama pendaftaran <br />2.Meja kedua penimbangan <br />3.Meja ketiga pencatatan <br />4.Meja keempat penyuluhan <br />5.Meja kelima pelayanan<br /><br />Selain diadakan posyandu dipuskesmas-puskesmas upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:<br /><br />1)Mengadakan pendekatan pendekatan dan menjalin kerja sama.<br />Petugas kesehatan harus mengadakan pendekatan-pendekatan dengan organisasi masyarakat yang ada di lingkungan tersebut seperti kader desa,tokoh masyarakat,kelompok PKK,RT,RW,karang taruna,dll. Contohnya adalah petugas kesehatan atau bidan arus mengadakan kerja sama dengan pamong desa yaitu mengajak masyarakat untuk memanfaatkan posyandu dengan giat datang ke posyandu baik menimbang balita,imunisasi,KB,dll.selain itu juga dapat dilakukan dengan cara mendatangi rumah-rumah penduduk yang memiliki balita untuk mengadakan penyuluhan kesehatan agar ingin mendatangi posyandu.<br />2)Teknik penggunaan ancaman <br />Disini petugas memberikan ancaman baik dalam bentuk sangsi ataupun hukuman. Contohnya petugas memberikan sangsi tertentu kepada masyarakat yang tidak bersedia menjadi akseptor KB,karena ingin menghindari hukuman maka muncul peran serta masyarakat yang sifatnya terpaksa.<br />Penggunaan teknik ini memang akan memunculkan peran serta dari masyarakat yang sifatnya terpaksa maka tidak akan lestari jika ada orang yang memberi ancaman lagi maka masyarakat tidak akan berperan serta lagi.<br /><br />3)Teknik pemberian imbalan.<br />Disini petugas memberikan suatu imbalan bagi masyarakat yang ingin turut serta berperan aktif , bentuk-bentuk imbalannya dapat berupa materi,penghargaan ataupun hadiah hadiah yang lainnya. Akan tetapi kelemahan dari teknik adalah perlunya disediakan imbalan yang bersifat materil sehingga memberitakan keadaan ekonomi seperti yang terjadi sekarang ini serta dapat menurunkan peran serta masyarakat jika imbalan ini kurang atau dihilangkan sehingga peran serta yang ada tidak lestari.<br /><br />4)Teknik kombinasi<br />Dalam teknik kombinasi menggabungkan berbagai teknik yang ada hal ini sangat penting karena penggunaan salah satu teknik di atas mempunyai keterbatasan keterbatasan. Dengan cara memilah maka kelemahan kelemahan teknik diatas dapat meminimalisasikan. Alasan lainnya karena adalah karena masyarakat memiliki budaya dan kesadaran yang berbeda-beda.sebagai contoh : upaya imunisasi untuk pencegahan penyakit, pertama-tama pemong desa dapat memberikan pemerintah bahwa semua bayi harus di imunisasi.para tooh masyarakat, pemimpin kader dan para kader selalu mendatangi rumah-rumah penduduk yang memiliki bayi untuk memperlihatkan manfaat imunisasi bagi bayi. Hal ini dapat mengubah motivasi masyarakat untuk ikut serta dalam kesehatan.<br />Penggunaan teknik ini memang akan memunculkan peran serta dari masyarakat yang sifatnya terpaksa maka tidak akan lestari jika ada orang yang memberi ancaman lagi, maka masyarakat tidak akan berperan serta lagi.<br /><br />5) Teknik kombinasi <br />Dalam teknik kombinasi menggabungkan berbagai teknik yang ada, hal ini sangat penting karena penggunaan salah satu teknik diatas mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Denga cara memilah maka kelemahan-kelemahan teknik diatas dapat diminimalisasikan. Alasan lainnya adalah karena masyarakat memiliki budaya dan kesadaran yang berbeda-beda. Sebagai contoh: upaya imunisasi untuk pencegahan penyakit, pertama-tama pamong desa dapat memberikan perintah bahwa semua bayi harus diimunisasi. Para tokoh masyarakat, pemimpin leader, dan para kader selalu mendatangi rumah-rumah penduduk yang memiliki bayi untuk memperlihatkan manfaat imunisasi bagi bayi. Hal ini dapat menggugah motivasi masyarakat untuk ikut serta dalam kesehatan. <br /><br /><br /><br />PENDEKATAN DALAM SISTEM PESANTREN <br />PENGERTIAN<br /> Pondok pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam yang menggembangkan fungsi pedalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia. <br /><br />TUJUAN DAN SASARAN PONDOK PESANTREN <br />Bidan harus memiliki keterampilan professional agar apat memberikan pelayanan kbidanan yang bermutu untuk memenuhi tuntutan kebutuhan rasional, agar bidan dapat menjalankan peran fungsiya dengan baik maka perlu adana pendekatan social budaya yang dapat menjembati pelayanan pasien. Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandaakan dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain memiliki pengetahuan yang adekuat menggunakan pendekatan asuhan kebidanan. Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan budaya yang akuat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat digunakan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan sebagai berikut <br /><br /><br />a.pendekatam sosial<br />b.survai mawas diri <br />c.musyawarah masyarakat pondok pesantren <br />d.pelatihan <br />e.pelaksanaan kegiatan <br />f.pembinaan <br /><br /><br /><br />Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan fungsi pendalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia. Melalui pedidika agama, pendidikan formal, pendidikan kesenian.<br />Tujuan umum : tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian ponok pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan. <br />Tujuan khusus : tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di lingkungan pondok pesantren.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Sosial budaya dasar, Syafrudin, SKM,M.KesIntan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-1597546813344166402009-12-16T06:51:00.000-08:002009-12-16T06:54:20.834-08:00EUTHANASIAEUTHANASIA MENURUT HUKUM ISLAM<br />A. Pengertian Euthanasia<br /> Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti "baik", dan<br />thanatos, yang berarti "kematian" (Utomo, 2003:177). Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya. (Hasan, 1995:145)<br /> Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif<br />dan euthanasia pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan diberikan pada saat keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium akhir, yang menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh atau bertahan lama. Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa pengobatan yang diberikan hanya akan memperpanjang penderitaan pasien serta tidak akan mengurangi sakit yang memang sudah parah. (Utomo, 2003:176) <br />B. Euthanasia Aktif<br />Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-'amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri atau keluarganya.<br />Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri sendiri. <br />Misalnya firman Allah SWT :<br />"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." (QS Al-An'aam : 151)<br />"Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain),<br />kecuali karena tersalah (tidak sengaja)…" (QS An-Nisaa` : 92)<br />"Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha<br />Penyayang kepadamu." (QS An-Nisaa` : 29).<br />Dari dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi dokter melakukan euthanasia aktif. Sebab tindakan itu termasuk ke dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-'amad) yang merupakan tindak pidana (jarimah) dan dosa besar.<br /> Dokter yang melakukan euthanasia aktif, misalnya dengan memberikan suntikan<br />mematikan, menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah :<br />"Telah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang<br />dibunuh." (QS Al-Baqarah : 17)<br /> Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya mereka mempunyai dua<br />pilihan lagi, meminta diyat (tebusan), atau memaafkan/menyedekahkan. Firman Allah SWT :<br />"Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah<br />(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi<br />maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)."<br />(QS Al-Baqarah : 17)<br /> Diyat untuk pembunuhan sengaja adalah 100 ekor unta di mana 40 ekor di<br />antaranya dalam keadaan bunting, berdasarkan hadits Nabi riwayat An-Nasa`i<br />(Al-Maliki, 1990: 111). Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham<br />(uang perak), maka diyatnya adalah 1000 dinar, atau senilai 4250 gram emas (1<br />dinar = 4,25 gram emas), atau 12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1<br />dirham = 2,975 gram perak) (Al-Maliki, 1990: 113).<br /> Tidak dapat diterima, alasan euthanasia aktif yang sering dikemukakan yaitu<br />kasihan melihat penderitaan pasien sehingga kemudian dokter memudahkan kematiannya. Alasan ini hanya melihat aspek lahiriah (empiris), padahal di balik itu ada aspek-aspek lainnya yang tidak diketahui dan tidak dijangkau manusia. Dengan mempercepat kematian pasien dengan euthanasia aktif, pasien tidak mendapatkan manfaat (hikmah) dari ujian sakit yang diberikan Allah kepada-Nya, yaitu pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda,"Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang menimpanya itu." (HR Bukhari dan Muslim).<br />Contoh euthanasia aktif<br /> Misalnya ada seseorang menderita kanker ganas dengan<br />rasa sakit yang luar biasa sehingga pasien sering kali pingsan. Dalam hal ini,<br />dokter yakin yang bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter memberinya<br />obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa<br />sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus (Utomo, 2003:178).<br />Adapun euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan pasien<br />yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan. Penghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien. Alasan yang lazim dikemukakan dokter adalah karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas, sementara dana yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat tinggi, sedangkan fungsi pengobatan menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi. Terdapat tindakan lain yang bisa digolongkan euthanasia pasif, yaitu tindakan dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang menurut penelitian medis masih mungkin sembuh. Alasan yang dikemukakan dokter umumnya adalah ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi, yang tidak mampu lagi membiayai dana pengobatan yang sangat tinggi (Utomo, 2003:176).<br />Beberapa contoh kasus ethanisia aktif diantaranya:<br />1.Seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa hingga penderita sering pingsan. dalam hal ini dokter yakin bahwa yang bersangkutan akan meningggal dunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus.<br />2.Orang yang mengalami keadaan koma yang sangat lama, misalnya karena bagian otaknya terserang penyakit atau bagian kepalanya mengalami benturan yang sangat keras. Dalam keadaan demikian ia hanya mungkin dapat hidup dengan mempergunakan alat pernafasan, sedangkan dokter ahli berkeyakinan bahwa penderita tidak akan dapat disembuhkan.<br /> Alat pernafasan itulah yang memompa udara ke dalam paru-parunya dan<br />menjadikannya dapat bernapas secara otomatis. Jika alat pernapasan tersebut dihentikan (dilepas), maka penderita sakit tidak mungkin dapat melanjutkan pernafasannya sebagai cara aktif memudahkan proses kematiannya.<br /> Dalam prakteknya, para dokter tidak mudah melakukan euthanasia ini, meskipun<br />dari sudut kemanusiaan dibenarkan adanya euthanasia dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan (sesuai dengan Deklarasi Lisboa 1981). Akan tetapi dokter tidak dibenarkan serta merta melakukan upaya aktif untuk memenuhi keinginan pasien atau keluarganya tersebut. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama, karena adanya persoalan yang berkaitan dengan kode etik kedokteran, disatu pihak dokter dituntut untuk membantu meringankan penderitaan pasien, akan tetapi dipihak lain menghilangkan nyawa orang merupakan pelanggaran terhadap kode etik itu sendiri. Kedua, tindakan menghilangkan nyawa orang lain dalam perundng-undangan merupakan tindak pidana , yang secara hukum di negara manapun, tidak dibenarkan oleh<br />Undang-undang.<br />C. Euthanasia Pasif<br /> Adapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik menghentikan pengobatan. Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan dokter bahwa pengobatan yag dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan<br />sembuh kepada pasien. Karena itu, dokter menghentikan pengobatan kepada pasien, misalnya dengan cara menghentikan alat pernapasan buatan dari tubuh pasien. Bagaimanakah hukumnya menurut Syariah Islam?<br /> Jawaban untuk pertanyaan itu, bergantung kepada pengetahuan kita tentang hukum berobat (at-tadaawi) itu sendiri. Yakni, apakah berobat itu wajib, mandub,mubah,<br />atau makruh? Dalam masalah ini ada perbedaan pendapat. Menurut jumhur ulama, mengobati atau berobat itu hukumnya mandub (sunnah), tidak wajib. Namun sebagian ulama ada yang mewajibkan berobat, seperti kalangan ulama Syafiiyah dan Hanabilah, seperti dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Utomo, 2003:180).<br />Menurut Abdul Qadim Zallum (1998:6) hukum berobat adalah mandub. Tidak wajib. Hal ini berdasarkan berbagai hadits, di mana pada satu sisi Nabi SAW menuntut umatnya untuk berobat, sedangkan di sisi lain, ada qarinah (indikasi) bahwa tuntutan itu bukanlah tuntutan yang tegas (wajib), tapi tuntutan yag tidak tegas (sunnah).<br />Di antara hadits-hadits tersebut, adalah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda :<br />"Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia<br />ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian!" (HR Ahmad, dari Anas RA)<br /> Hadits di atas menunjukkan Rasulullah SAW memerintahkan untuk berobat.<br />Menurut ilmu Ushul Fiqih, perintah (al-amr) itu hanya memberi makna adanya tuntutan<br />(li ath-thalab), bukan menunjukkan kewajiban (li al-wujub). Ini sesuai kaidah<br />ushul :<br />Al-Ashlu fi al-amri li ath-thalab<br />"Perintah itu pada asalnya adalah sekedar menunjukkan adanya tuntutan." (An-Nabhani, 1953)<br /> Jadi, hadits riwayat Imam Ahmad di atas hanya menuntut kita berobat. Dalam<br />hadits itu tidak terdapat suatu indikasi pun bahwa tuntutan itu bersifat wajib. Bahkan, qarinah yang ada dalam hadits-hadits lain justru menunjukkan bahwa perintah di atas tidak bersifat wajib. Hadits-hadits lain itu membolehkan tidak berobat.<br /> Di antaranya ialah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, bahwa seorang<br />perempuan hitam pernah datang kepada Nabi SAW lalu berkata,"Sesungguhnya aku<br />terkena penyakit ayan (epilepsi) dan sering tersingkap auratku [saat kambuh]. Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku!" Nabi SAW berkata,"Jika kamu mau, kamu bersabar dan akan mendapat surga. Jika tidak mau, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu." Perempuan itu berkata,"Baiklah aku akan bersabar," lalu dia berkata lagi,"Sesungguhnya auratku sering tersingkap [saat ayanku kambuh], maka berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap." Maka Nabi SAW lalu berdoa untuknya.(HR.Bukhari)<br /><br /> Hadits di atas menunjukkan bolehnya tidak berobat. Jika hadits ini digabungkan<br />dengan hadits pertama di atas yang memerintahkan berobat, maka hadits terakhir ini menjadi indikasi (qarinah), bahwa perintah berobat adalah perintah sunnah, bukan perintah wajib. Kesimpulannya, hukum berobat adalah sunnah (mandub), bukan wajib (Zallum,1998:69).<br /><br /> Dengan demikian, jelaslah pengobatan atau berobat hukumnya sunnah, termasuk<br />dalam hal ini memasang alat-alat bantu bagi pasien. Jika memasang alat-alat ini hukumnya sunnah, apakah dokter berhak mencabutnya dari pasien yag telah kritis keadaannya? Abdul Qadim Zallum (1998:69) mengatakan bahwa jika para dokter telah menetapkan bahwa si pasien telah mati organ otaknya, maka para dokter berhak menghentikan pengobatan, seperti menghentikan alat bantu pernapasan dan sebagainya. Sebab pada dasarnya penggunaan alat-alat bantu tersebut adalah termasuk aktivitas pengobatan yang hukumnya sunnah, bukan wajib. Kematian otak tersebut berarti secara pasti tidak memungkinkan lagi kembalinya kehidupan bagi pasien. Meskipun sebagian organ vital lainnya masih bisa berfungsi, tetap tidak akan dapat mengembalikan kehidupan kepada pasien, karena organ-organ ini pun akan segera tidak berfungsi.<br /> Berdasarkan penjelasan di atas, maka hukum pemasangan alat-alat bantu kepada pasien adalah sunnah, karena termasuk aktivitas berobat yang hukumnya sunnah. Karena itu, hukum euthanasia pasif dalam arti menghentikan pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada pasien –setelah matinya/rusaknya organ otak—hukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokter. Jadi setelah mencabut alat-alat tersebut dari tubuh pasien, dokter tidak dapat dapat dikatakan berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai tindakannya itu (Zallum, 1998:69; Zuhaili, 1996:500; Utomo, 2003:182).<br /> Namun untuk bebasnya tanggung jawab dokter, disyaratkan adanya izin daripasien, walinya, atau washi-nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengurus pasien). Jika pasien tidak mempunyai wali, atau washi,maka wajib diperlukan izin dari pihak penguasa (Al-Hakim/Ulil Amri) (Audah, 1992 : 522-523).<br />Beberapa contoh kasus dalam hal ini diantaranya:<br />1.Penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Atau orang yang terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati akan dapat mematikan penderita. Dalam hal ini, jika pengobatan terhadapnya dihentikan akan<br />dapat mempercepat kematiaannya.<br />2.Seseorang yang kondisinya sangat kritis dan akut karena menderita kelumpuhan tulang belakang yang biasa menyebabkan kelumpuhan pada kedua kaki dan kehilangan kontrol pada kandung kencing dan usus besar. Penderita penyakit ini senantiasa dalam kondisi lumpuh dan selalu membutuhkan bantuan khusus selama hidupnya. Atau penderita kelumpuhan otak yang menyebabkan keterbelakangan pikiran dan kelumpuhan badannya dengan studium beragam yang biasanya penderita penyakit ini akan lumpuh fisiknya dan otaknya serta selalu memerlukan bantuan khusus selama hidupnya. Dalam keadaan demikian ia dapat saja dibiarkan tanpa diberi pengobatan yang mungkin akan dapat membawa<br />kematiannya.<br /> Dalam contoh tersebut, "penghentian pengobatan" merupakan salah satu bentuk<br />eutanasia pasif. Menurut gambaran umum, para penderita penyakit seperti itu terutama anak-anak tidak berumur panjang, maka menghentikan pengobatan dan mempermudah kematian secara pasif itu mencegah perpanjangan penderitaan si anak atau kedua orang tuanya. <br />Contoh euthanasia pasif<br />Misalkan penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Atau, orang yang terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati maka dapat mematikan penderita. Dalam kondisi demikian, jika pengobatan terhadapnya dihentikan, akan dapat mempercepat kematiannya (Utomo, 2003:177).<br />Menurut Deklarasi Lisabon 1981, euthanasia dari sudut kemanusiaan dibenarkan dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan. Namun dalam praktiknya dokter tidak mudah melakukan euthanasia, karena ada dua kendala. Pertama, dokter terikat dengan kode etik kedokteran bahwa ia dituntut membantu meringankan penderitaan pasien Tapi di sisi lain, dokter menghilangkan nyawa orang lain yang berarti melanggar kode etik kedokteran itu sendiri. Kedua, tindakan menghilangkan nyawa orang lain merupakan tindak pidana di negara mana pun. (Utomo, 2003:178).<br />Pandangan Syariah Islam Syariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu mengatasi segala persoalan di segala waktu dan tempat. Berikut ini solusi syariah terhadap euthanasia, baik euthanasia aktif maupun euthanasia pasif.<br /> Secara umum ajaran Islam diarahkan untuk menciptakan kemaslahatan hidup dan<br />kehidupan manusia, sehingga aturannya diberikan secara lengkap, baik yang berkaitan dengan masalah keperdataan maupun pidana. Khusus yang berkaitan dengan keselamatan dan perihal hidup manusia, dalam hukum pidana Islam (jinayat) ditetapkan aturan yang ketat, seperti adanya hukuman qishash, hadd, dan diat.<br /> Dalam Islam prinsipnya segala upaya atau perbuatan yang berakibat matinya<br />seseorang, baik disengaja atau tidak sengaja, tidak dapat dibenarkan, kecuali dengan tiga alasan; sebagaimana disebutkan dalam hadits: "Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga alasan, yaitu: pezina mukhshan (sudah berkeluarga), maka ia harus dirajam (sampai mati); seseorang yang membunuh seorang muslim lainnya dengan sengaja, maka ia harus dibunuh juga. Dan seorang yang keluar dari Islam (murtad), kemudian memerangi Allah dan Rasulnya, maka ia harus dibunuh, disalib dan diasingkan dari tempat kediamannya" (HR Abu Dawud dan An-Nasa'i)<br /> Selain alasan-alasan diatas, segala perbuatan yang berakibat kematian orang<br />lain dimasukkan dalam kategori perbuatan 'jarimah/tindak pidana' (jinayat), yang mendapat sanksi hukum. Dengan demikian euthanasia karena termasuk salah satu dari jarimah dilarang oleh agama dan merupakan tindakan yang diancam dengan hukuman pidana. Dalil syari'ah yang menyatakan pelarangan terhadap pembunuhan antara lain Al-Qur'an surat Al-Isra':33, An-Nisa':92, Al-An'am:151. Sedangkan dari hadits Nabi saw, selain hadits diatas, juga hadits tentang keharaman membunuh orang kafir yang sudah<br />minta suaka (mu'ahad).(HR.Bukhari).<br /> Pada prinispnya pembunuhan secara sengaja terhadap orang yang sedang sakit<br />berarti mendahului takdir. Allah telah menentukan batas akhir usia manusia. Dengan mempercepat kematiannya, pasien tidak mendapatkan manfaat dari ujian yang diberikan Allah Swt kepadanya, yakni berupa ketawakalan kepada-Nya Raulullah saw bersabda: "Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang dicobakannya itu." (HR Bukhari dan Muslim).<br /> Hal itu karena yang berhak mematikan dan menghidupkan manusia hanyalah Allah dan oleh karenanya manusia dalam hal ini tidak mempunyai hak atau kewenangan<br />untuk memberi hidup dan atau mematikannya. (QS.Yunus:56, Al-Mulk:1-2).Berkaitan dengan permasalahan tersebut muncul persoalan fikih yaitu apakah memudahkan proses kematian secara aktif ditolerir oleh Islam? Apakah memudahkan proses kematian secara pasif juga diperbolehkan?<br /> Dengan demikian melalui euthanasia aktif berarti manusia mengambil hak Allah<br />Swt yang sudah menjadi ketetapanNya. Memudahkan proses kematian secara aktif seperti pada contoh pertama tidak diperkenankan oleh syari'ah. Sebab yang demikian itu berarti dokter melakukan tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis atau cara lainnya. Dalam hal ini dokter telah melakukan pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan<br />termasuk dosa besar. Perbuatan demikian itu tidak dapat lepas dari kategori pembunuhan meskipun yanng mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk meringankan penderitaannya. Karena bagaimanapun dokter tidaklah lebih pengasih dan penyayang dari pada Allah Al-Khaliq. Karena itu serahkanlah urusan tersebut kepada Allah, karena Dia-lah yang memberi kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah di tetapkan-Nya.<br /> Eutanasia demikian juga menandakan bahwa manusia terlalu cepat menyerah pada keadaan (fatalis), padahal Allah swt menyuruh manusia untuk selalu berusaha<br />atau berikhtiar sampai akhir hayatnya. Bagi manusia tidak ada alasan untuk berputus asa atas suatu penyakit selama masih ada harapan, sebab kepadanya masih ada kewajiban untuk berikhtiar. Dalam hadits Nabi sw disebutkan betapapun beratnya penyakit itu, tetap ada obat penyembuhnya.(HR Ahmad dan Muslim)<br /> Adapun memudahkan proses kematian dengan cara euthanasia pasif sebagaimana<br />dikemukakan dalam pertanyaan, maka semua itutermasuk dalam kategori praktik<br />penghentian pengobatan. Hal ini didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat. Masalah ini terkait dengan hukum melakukan pengobatan yang diperselisihkan oleh para ulama fikih apakh wajib atau sekedar sunnah. Menurut jumhur ulama mengobati atau berobat dari penyakit hukumnya sunnah dan tidak wajib. Meskipun segolongan kecil ulama ada yang mewajibkannya, seperti kalangan ulama syafi'iyah dan hanbali sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah.<br /> Para ulama bahkan berbeda pendapat mengenai mana yang lebih utama: berobat ataukah bersabar? Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa bersabar (tidak berobat) itu lebih utama, berdasarkan hadist Abbas yang diriwayatkan dalam kitab shahih dari seorang wanita yang menderita epilepsi. Wanita itu meminta kepada Nabi agar mendoakannya, lalu beliau menjawab: "Jika engkau mau bersabar (maka bersabarlah), engkau akan mendapatkan surga, dan jika engkau mau, akan saya doakan kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu." Wanita itu menjawab akan bersabar dan memohon kepada Nabi untuk medoakan kepada Allah agar ia tidak minta dihilangkan penyakitnya namun<br />tetap terjaga auratnya sehingga tidak tersingkap ketika kambuh.<br /> Disamping itu, terdapat banyak contoh dari kalangan sahabat dan tabi'in yang<br />tidak berobat ketika mereka sakit, bahkan di antara mereka ada yang memilih sakit, seperti Ubay bin Ka'ab dan Abu Dzar Al-Ghifari. Sikap demikian tidak ditegur ataupun diprotes oleh kalangan sahabat ataupun generasi tabai'in lainnya sebagaimana dikupas oleh Imam Al-Ghazali dalam satu bab tersendiri yang berjudul "Kitab at-Tawakal" dalam kitab Ihya 'Ulumuddinnya. Dalam hal ini hukum berobat atau mengobati penyakit yang lebih tepat adalah pada dasarnya wajib terutama jika sakitnya parah, obatnya efektif berpengaruh, dan ada harapan untuk sembuh sesuai dengan perintah Allah Swt untuk berobat. Inilah yang sesuai dengan petunjuk Nabi saw dalam masalah pengobatan<br />sebagaimana yang di kemukakan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Zadul-Ma'ad. Dan paling tidak, petunjuk Nabi saw, tersebut minimal menunjukkan hukum sunnah.<br /> Oleh karena itu, pengobatan atau berobat hukumnya sunnah ataupun wajib apabila penderita dapat diharapkan kesembuhannya. Sedangkan jika secara perhitungan<br />akurat medis yang dapat dipertanggungjhawabkan sudah tidak ada harapan sembuh,<br />sesuai dengan sunnatullah dalam hukum kausalitas yang dikuasai para ahli<br />seperti dokter ahli maka tidak ada seorang pun yang mengatakan sunnah berobat<br />apalagi wajib.<br /> Apabila penderita sakit kelangsungan hidupnya tergantung pada pemberian<br />berbagai macam media pengobatan dengan cara meminum obat, suntikan, infus dan<br />sebagainya, atau menggunakan alat pernapasan buatan dan peralatan medis modern<br />lainnya dalam waktu yang cukup lama, tetapi penyakitnya tetap saja tidak ada<br />perubahan, maka melanjutkan pengobatannya itu tidak wajib dan tidak juga sunnah<br />sebagaimana difatwakan oleh Syeikh Yusuf Al-Qardhawi dalam Fatawa<br />Mu'ashirahnya, bahkan mungkin kebalikannya yakni tidak mengobatinya itulah yang<br />wajib atau sunnah.<br /> Dengan demikian memudahkan proses kematian (taisir al-maut) semacam ini<br />dalam kondisi sudah tidak ada harapan yang sering diistilahkan dengan qatl ar-rahma<br />(membiarkan perjalanan menuju kematian karena belas kasihan), karena dalam<br />kasus ini tidak didapati tindakan aktif dari dokter maupun orang lain. Tetapi<br />dokter ataupun orang terkait lainnya dengan pasien hanya bersikap meninggalkan<br />sesuatu yang hukumnya tidak wajib ataupun tidak sunnah, sehingga tidak dapat<br />dikenai sanksi hukuman menurut syari'ah maupun hukum positif. Tindakan<br />euthanasia pasif oleh dokter dalam kondisi seperti ini adalah jaiz (boleh) dan<br />dibenarkan syari'ah apabila keluarga pasien mengizinkannya demi meringankan<br />penderitaan dan beban pasien dan keluarganya.<br /> Hal ini terkait dengan contoh kedua dari eutanasia aktif terdahulu yaitu<br />menghentikan alat pernapasan buatan dari pasien, yang menurut pandangan dokter<br />ahli ia sudah "mati" atau "dikategorikan telah mati" karena jaringan otak<br />ataupun fungsi syaraf sebagai media hidup dan merasakan telah rusak. Kalau yang<br />dilakukan dokter tersebut semata-mata menghentikan alat pengobatan, hal ini<br />sama dengan tidak memberikan pengobatan.<br /> Dengan demikian masalahnya sama seperti cara-cara eutanasia pasif lainnya.<br />Karena itu, eutanasia untuk seperti ini adalah bukan termasuk kategori<br />eutanasia aktif yang diharamkan. Dengan demikian, tindakan tersebut dibenarkan<br />syari'ah dan tidak terlarang terutama bila peralatan bantu medis tersebut hanya<br />dipergunakan pasien sekadar untuk kehidupan lahiriah yang tampak dalam<br />pernapasan dan denyut nadi saja, padahal bila dilihat secara medis dari segi<br />aktivitas maka pasien tersebut sudah seperti orang mati, tidak responsif, tidak<br />dapat mengerti sesuatu dan tidak merasakan apa-apa, karena jaringan otak dan<br />sarafnya sebagai sumber semua aktivitas hidup itu telah rusak.<br /> Membiarkan si sakit dalam kondisi seperti itu hanya akan menghabiskan biaya<br />dan tenaga yang banyak serta memperpanjang tanggungan beban. Selain itu juga<br />dapat menghalangi pemanfaatan peralatan tersebut oleh pasien lain yang<br />membutuhkannya. Di sisi lain, penderita yang sudah tidak dapat merasakan<br />apa-apa itu hanya menjadikan sanak keluarganya selalu dalam keadaan sedih dan<br />menderita, yang mungkin sampai puluhan tahun lamanya. Pendapat ini telah dikemukakan sejak lama oleh Syeikh Al-Qardhawi kepada<br />sejumlah pakar fikih dan dokter dalam suatu seminar yang diselenggarakan oleh<br />sebuah yayasan Islam untuk ilmu-ilmu kedokteran di Kuwait. Para<br />peserta seminar dari kalangan ahli fikih dan dokter sepakat menerima pendapat<br />tersebut.<br /> Adapun hukum wajib shalat bagi orang yang tidak sadar dan tidak dapat<br />merasakan apa-apa adalah tidak berlaku lagi sampai ia sadar kembali. Namun jika<br />tidak kembali sadar maka ia tidak terkenai kewajiban tersebut.<br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />3.1. KESIMPULAN <br />Dari penjelasan diatas tampak bahwa dasar dibolehkannya suatu alat itu digunakan dalam pembunuhan hukuman mati adalah bahwa alat itu ketika digunakan tidak menyiksa dan menyengsarakan korban tapi mempermudah serta mempercepat kematiannya sebagaimana hadits Rasulullah saw : "Apabila kamu membunuh maka lakukanlah dengan cara yang baik dan apabila kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik." (HR. Muslim) Jadi penggunaan suntik mati dalam mengeksekusi tahanan diperbolehkan jika<br />memang suntik mati itu tidak membuat tahanan tersebut menderita, tersiksa dalam<br />waktu yang lama dan lama menemui ajalnya.<br />Euthanasia, alasan ini hanya melihat aspek lahiriah (empiris), padahal di balik itu ada aspek-aspek lainnya yang tidak diketahui dan tidak dijangkau manusia. Dengan mempercepat kematian pasien dengan euthanasia aktif, pasien tidak mendapatkan manfaat (hikmah) dari ujian sakit yang diberikan Allah kepada-Nya, yaitu pengampunan dosa.<br />3.2.SARAN <br />Sebaiknya seseorang tidak melakukan Euthanasia hanya karena ingin mengakhiri penderitannya. Karena, masih banyak cara yang dapat dilakukan seseorang dalam menyembuhkan penyakitnya. Atau mengikuti hukum alam. Dan banyak berserah diri kepada Allah SWT.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Athfaal Al-Anabib, Ajhizatul In'asy At-Tibbiyah, al-Hayah wa al-Maut. Beirut : Darul Ummah.<br />Audah, Abdul Qadir. 1992. At-Tasyri' Al-Jina`i Al-Islami. Beirut : Muassasah Ar-Risalah.<br />Az-Zuhaili, Wahbah. 1996. Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu. Juz IX (Al-Mustadrak). Damaskus : Darul Fikr.<br />Hasan, M.Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam. Jakarta : RajaGrafindo Persada.<br />http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/<br />Utomo, Setiawan Budi. 2003. Fiqih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer. Jakarta : Gema Insani Press.<br /> Zallum, Abdul Qadim. 1997. Hukm Asy-Syar'i fi Al-Istinsakh, Naql A'dha`,<br />Al-Ijhadh,<br />Zallum, Abdul Qadim. 1998. Beberapa Problem Kontemporer dalam Pandangan<br />Islam : Kloning, Transplantasi Organ Tubuh, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati. Bangil : Al Izzah.<br />Zuhdi, Masjfuk. 1993. Masail Fiqhiyah. Cetakan VI. Jakarta : CV. Haji MasagungIntan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-48184379407066462502009-12-05T20:37:00.000-08:002009-12-05T20:40:27.829-08:00Fisiologi Proses Masuknya Makanan ke Sel<h3 style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 14pt;">Proses Masuknya Makanan ke Sel<o:p></o:p></span></h3> <h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;"><br />Saat kita makan, makanan awalnya akan masuk ke saluran gastrointestinal, makanan akan dicerna di lambung dengan asam lambung lalu akan dicerna lagi dengan empedu oleh hati dan akan memasuki usus halus untuk diserap. Saat diserap, makanan akan masuk ke dalam aliran darah bersama sel-sel darah merah. Sel-sel darah merahlah yang akan menghantarkan makanan tersebut di samping oksigen dari alveolus. Setelah itu makanan akan dibawa ke hati untuk dipecah menjadi molekul2 yang lebih kecil agar mudah diserap sel. Karbohidrat akan diubah menjadi glukosa, lemak mejadi asam lemak, dan protein menjadi asam amino. Setelah itu, darah akan mendistribusikannya ke seluruh sel2 tubuh. Darah akan membanya sampai ke kapiler. Di <st1:city st="on"><st1:place st="on">sana</st1:place></st1:City>, zat2 makanan dan oksigen akan dilepas ke matriks ekstraseluler. Setelah itu, makanan dan oksigen akan masuk ke sel. Jika ukurannya sangat kecil maka dapat melintasi membrane dengan bebas. Tapi jika ukurannya besar maka akan diterima oleh sel dengan cara pinositik atau fagositik. Umumnya, yang digunakan adalah pinositik. Zat-zat makanan tersebut akan masuk dalam folikel pinositik dan akan segera dibawa ke mitokondria untuk respirasi. Zat makanan lalu diubah menjadi asam piruvat kemudian menjadi asetil koenzim-A, lalu akan dipecah dimatriks mejadi hydrogen dan karbondioksida. Nah, karbondioksida akan segera dikeluarkan dari sel mengikuti darah untuk dilepaskan di paru2 keluar tubuh. Sementara Hidrogen akan berikatan dengan oksigen dari darah. Tapi sebelumnya hydrogen harus diubah dulu ke bentuk ion dengan melepaskan elektronnya. Setelah itu, terjadlah ikatan antara hydrogen dan air dan melepaskan energi tinggi yang akan diterima oleh ATP sintase untuk mengubah ADP menjadi ATP. Setelah itu, ATP akan disebarkan ke seluruh organel2 untuk proses aktivitas sel.</span><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></h3> <p class="MsoNormal">Sumber Data :</p> <p class="MsoNormal">http://kreatifberpikir.blogspot.com/2008/10/bagaimana-proses-masuknya-makanan-ke.html</p>Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-59343568166635378452009-11-26T21:56:00.000-08:002009-11-26T21:58:35.782-08:00ARM<p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt;">Asosiation Radical Of Midwife<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /><b style="">ARM </b>adalah organisasi yang beranggotakan para bidan, mahasiswa bidan pada komite UK (United Kingdom) untuk memperbaiki pelayanan kesehatan. Tujuan dari ARM adalah agar dapat melakukan tukar wawasan, pendapat, keterampilan dan informasi dengan kolega dan pasien untuk membantu bidan mengembangkan perannya agar dapat memperoleh jaminan untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan maternitas selain itu ARM juga memberikan dukungan kepada para bidan dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan, menggali pola pelayanan alternatif dan mengevaluasi perkembangan lingkup praktek kebidanan.</p> <p class="root" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>Association of Radical Bidan</strong> (ARM) adalah Organisasi Inggris <span style=""> </span>Doulas, ibu, dan siapa pun berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu hamil.<span style=""> </span>ARM telah dibuat pada tahun 1976, dan merupakan amal terdaftar.<span style=""> </span>Anggota pendiriannya yang bersangkutan pada meningkatnya intervensi medis melahirkan, dan menggunakan inisial 'Artificial Pecahnya Membran', suatu prosedur yang menjadi lebih umum. ARM menghasilkan jurnal kuartalan 'Kebidanan Matters'. Kata 'radikal' dalam nama organisasi, berarti radikal seperti pada 'akar rumput', atau 'fundamental'. Kebidanan Retainment dari keterampilan seperti kembar mendukung kelahiran normal, <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://wapedia.mobi/en/Breech&prev=/search%3Fq%3DHISTORY%2BOF%2BASSOSIATION%2BOF%2BRADICAL%2BMIDWIFE%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg05HtCtppo-WErPixKrN9G2qLM1w">sungsang</a> kelahiran normal, dan <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://wapedia.mobi/en/Home_birth&prev=/search%3Fq%3DHISTORY%2BOF%2BASSOSIATION%2BOF%2BRADICAL%2BMIDWIFE%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhozcTFxc8-jVZNdfCKtUm8TXg2mQ">rumah kelahiran</a> adalah fokus dari kelompok, seperti berbagi informasi, dan membantu wanita dengan pilihan dan kesinambungan. ARM memiliki anggota dalam <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://wapedia.mobi/en/Nursing_and_Midwifery_Council&prev=/search%3Fq%3DHISTORY%2BOF%2BASSOSIATION%2BOF%2BRADICAL%2BMIDWIFE%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgQL6ea-Kzd20SpmozuYe9o2-XPaA">Nursing and Midwifery Council</a> (NMC), Asosiasi untuk Peningkatan Layanan bersalin (AIMS), dan The Royal College of Midwives (RCM). Para anggotanya termasuk Maria Cronk MBE, saat ini bekerja secara independen, dan penulis <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://wapedia.mobi/en/Sheila_Kitzinger&prev=/search%3Fq%3DHISTORY%2BOF%2BASSOSIATION%2BOF%2BRADICAL%2BMIDWIFE%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhu79euf5-muq8ImVUXXyDQRrJMBQ">Sheila Kitzinger.</a> Seiring dengan Jane Evans, Cronk memegang lokakarya di Inggris untuk Siswa Bidan dan Bidan.<span style=""> </span>Ikatan Bidan Radikal website memegang banyak informasi tentang kehamilan dan kelahiran, termasuk diskusi dan artikel dan link ke kelompok bersalin. ARM juga menjalankan kelompok di Inggris yang bertemu di ad-hoc secara formal dan informal untuk membahas masalah bersalin.</p> <h3 style="text-align: left;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-size:78%;"><a href="http://en-gb.facebook.com/note.php?note_id=159839500758">http://en-gb.facebook.com/note.php?note_id=159839500758</a></span></h3>Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6481838830818329924.post-72897985478752373572009-11-26T21:47:00.000-08:002009-11-26T21:55:14.426-08:00TEORI-TEORI YANG MEMPENGARUHI MODEL KEBIDANAN<p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";">TEORI-TEORI YANG MEMPENGARUHI MODEL KEBIDANAN<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam kebidanan mengadopsi dari beberapa model lainnya dan berdasarkan teori yang sudah ada yaitu diantaranya teori Reva Rubin, sehingga tercipta sebuah model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai focus pelayanan asuhan kebidanan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partner ship dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teori Reva Rubin mengenai pencapaian peran ibu (attainment of maternal role)<o:p></o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Rubin adalah seorang nurse-midwife dari Amerika yang penelitiannya member pengaruh besar dalam asuhan kehamilan dan pos partum. Rubin menjelaskan teorinya mengenai peran dan penampilan peran. Dia membedakan antara konsep dari posisi yaitu suatu status social yang diberikan kepada seseorang(missal guru/ibu) dan konsep dari peran yang dilukiskan sebagai aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut yang menentukan bahwa dalam dia mempunyai posisi tertentu. Seseorang mempunyai posisi berb eda dalam tahapan hisupnya yang berbeda dan juga dapat mempunyai posisi ganda pada waktu yang bersamaan sebagai seorang anak perempuan, istri dan ibu juga sebagai bidan, pelajar juga sebagai karyawan. “Tindakan-tindakan yang diatur sekitar posisi, terdiri dari peran”(Rubin,1967)<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Tujuan riset Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut mampu mengambil peran seorang ibu dan hal apa saja yang dapat membantu atau menghambat/member efek negatif terhadap proses pencapaian peran tersebut. Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan proses belajar berupa latihan-latihan. Dalam proses ini wanita diharapkan mampu mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut mampu mengambil peran eorang ibu. Teori ini sangat berarti pula bagi calon ibu untuk mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan dalam kehamilan dan setelah menikah.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Peran diperoleh melalui proses belajar yang dicapai melalui suatu rangkaian aktivitas.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Perubahan yang umumnya terjadi pada wanita pada waktu hamil adalah :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan janinnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Ibu memerlukan sosialisasi.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai perannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Anticipatory stage<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Honeymoon stage<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Plateu Stage<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Disengagement<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah berakhir.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Arti dan efek kehamilan pada pasangan :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8 bulan sampai 3 bulan estela melairhan.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Pria juga bias mengalami perubahan fisik dan psikososial selama pasangannya hamil.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Anak yang dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada, yaitu :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Hubungan ibu dengan pasangan.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Hubungan ibu dengan janin yang berkembang.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Hubungan individu dengan individu yang unik dan anak<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Tugas yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran transisi untuk mempersiapkan fungsi keluarga. <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Reaksi yang umum pada kehamilan :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Trimester I : ambivalen, takut, fantasi, khawatir.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Trimester II : pasangan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang perkembangan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang kelihatan egosentrik dan self contered.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Trimester III : berperasaan aneh, sembrono, menjadi lebih introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil, terlihat jelek.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Dalam penelitiannya dan obserfasinya lebih dari 20 tahun Rubin menyimpulkan bahwa tujuan dari usaha ibu selama kehamilan adalah :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Meyakinkan adanya keamanan bagi diri dan bayinya selama kehamilan dan persalinan.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Meyakinkan adanya penerimaan social bagi diri dan bayinya.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Meningkatkan ikatan tarik menarik dalam kontruksi dari image dan identitas dari saya dan anda.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Mencari kedalaman dari arti tindakan transitif dari memberi dan menerima.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Tugas atau tujuan dari aktivitas selama hamil, bersalin dan puerpurium digambarkan lebih ringkas oleh Josten (1981) sebagai berikut :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Memastikan kesejahteraan fisik untuk dirinya dan bayinya.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Penerimaan social untuk dirinya dan bayinya oleh orang-orang berarti bagi mereka.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Keterikatan kepada si bayi.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Pemahaman dan kerumitan menjadi seorang ibu.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Dari data itu Rubin mengidentifikasikan 3 aspek yang meliputi :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Image Idea<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Terdiri dari semua ide yang dimiliki wanita itu sendiri mengenai sikap dan aktivitas para wanita sebagai seoorang ibu.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Image Diri<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Terdiri dari sikap wanita itu melihat dirinya, yang dimiliki dari pengalamannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Body Image <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Perubahan tubuh selama kehamilan dan perubahan nyata dari arti proses kehamilan itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teori Ramona Mercer (Ramona menjelaskan stress antepartum dan pencapaian peran ibu.)<o:p></o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teorti Marcer sangat dipengaruhi oleh Reva Rubin. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:City></st1:place> 2 pokok pembahasan dalam teori Mercer, yaitu :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Efek stress antepartum<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Stress antepartum dijelaskan sebagai komplikasi dari kehamilan atau kondisi beresiko tinggi dan peristiwa/pengalaman/pandangan negatif tentang peristiwa kehidupan. Keluarga digambarkan sebagai satu system yang dinamik yang meliputi subsistem-individu (bapak, ibu, janin/bayi) dan pasangan (ibu-bapak, ibu-janin/bayi, ayah-bayi) dalam sisitem keluarga secara keseluruhan.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Riset Mercer dkk menjelaskan tentang efek stress antepartum terhadap fungsi keluarga sebagai satu keutuhan, fungsi pasangan individual (hubungan timbale balik ibu-ayah, ibu-bayi, ayah-bayi) dalam keluarga, dan status kesehatan sebagai pariabel dependen dan depresi.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Ramona mengidentivikasikan 6 variabel independen yang berhubungan dengan status kesehatan. Hubungan pasangan ibu dan anak dan fungsi keluarga yaitu : stress antepartum, dukungan social, self esteem, perasaan menguasai, kecemasan dan depresi.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Mercer kemudian mempresentasikan 3 model yang mendukung hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen diatas, yaitu : <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">hubungan stress antepartum dengan individu<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">hubungan stress antepartum dengan pasangan individual <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">hubungan stress antepartum dengan fungsi keluarga<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Tahun 1988 Mercer mengemukakan hasil risetnya tentang efek stress antepartum terhadap fungsi keluarga yaitu bahwa variabel-variabel mempunyai efek negatif atau positif terhadap fungsi keluarga, yang dapat diuraikan sebagai berikut : stress dari peristiwa kehidupan yang negatif dan resiko/komplikasi kehamilan dipredikp harga diri dan status kesehatan. Harga diri dan status kesehatan, dan support social diprediksi mempunyai efek positif langsung terhadap rasa penguasaan (sense of mastery). Sense of mastery diperkirakan mempunyai efek negatif langsung terhadap kecemasan, yang pada akhirnya mempunyai efek negatif terhadap fungsi mempunyai efek negative langsung terhadap keluarga.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Mercer kemudian menguji coba model efek stress antepartum terhadap fungsi keluarga pada para wanita yang dirawat di RS dengan resiko/komplikasi kehamilan, kemudian dibandingkan dengan wanita dengan kehamilan resiko rendah. Hasilnya ternyata bahwa wanita dengan kehamilan esiko tinggi mengalami fungsi keluarga yang kurang optimal daripada keluarga para wanita dengan kehamilan resiko rendah.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Pencapaian peran ibu<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Salah satu dari penekanan dari karya Mencer adalah pencapaian Peran Ibu “Menjadi seorang ibu berarti mengambil suatu identitas baru. Mengambil suatu identitas baru mencakup suatu pemikiran kembali secara menyeluruh dan mendefinisikan kembali mengenai dirinya sendiri.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Bidan di Amerika menaruh perhatian pada pencapaian peran ibu karena menurut Mencer minat peran ini adalah penting karena beberapa orang mengalami kesulitan datang memikul peran ini dimana menurut Mercer ada konsekuensinya untuk anak-anak mereka.”Sementara kebanyakan wanita mencapai peran ini dengan sukses, ada sekitar 1-2 juta ibu (di Amerika) mengalami kesulitan dengan peran ini dengan sukses yang terbukti dengan sejumlah penganiayaan dan menelantarkan anak-anak”. (mencer, 1981)<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Mencer seperti Rubin mengambil pendekatan saling mempengaruhi (interactionist) dalam memahami proses dimana seseorang mengalami suatu peran baru. Pandangan dari interactionist adalah bahwa cara seseorang berperan dan bertindak dalam suatu peran tergantung dari reaksi dan interaksi yang mereka alami dengan orang-orang disekitarnya, misalnya suaminya, keluarganya, dan orang lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Pencapaian peran ibu adalah suatu proses interaksi dan perkembangan yang terjadi dalam suatu kurun waktu, sementara itu akan terjadi ikatan kasih dengan bayinya. Membutuhkan kompetensi dalam mengemban tugas pengasuhan yang terlibat dalam peran tersebut. Pengambilan peran melibatkan interaksi aktif dari pengambil peran dan partner si peran, setiap respon terhadap isyarat dari orang lain dan merubah perilaku tergantung dari respon orang lain. (Mercer,1986)<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Penampilan peran seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya dan pandangan dari diri mereka sendiri. Mencer menggambarkan dasar teori dari penelitian dalam teori pencapaian peran yang mengidentifikasikan 4 tahap dalam pencapaian peran, yaitu : pendahuluan (anticipatory), formal informal dan tahap personal.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Sebagai perbandingan, Rubin menyebutkan peran ibu sudah dimulai sejak ibu mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mencer mulainya peran ibu adalah setelah bayi lahir (3-7 bulan setelah melahirkan).<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Mencer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian peran.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Peran bidan diharapkan oleh Mencer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dalam adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teori Ernestine Wiedenbach<o:p></o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Adalah seorang perawat yang telah bekerja selama 20 tahun. Kemudian ia selesaikan kualifikasi <i style="">nurse-midwife</i> tahun 1946. Adalah penulis dari buku <i style="">“Family-Centered Maternity Nursing”</i> tahun 1958. Secara kebetukan pada saat yang bersamaan Margareth Myles juga menulis dan merevisi bukunya yang dengan versi Inggris. Walaupun Weidenbach pernah lama menjadi perawat tetapi bukunya ini ditulis waktu dia bekerja di bagian kebidanan. <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teori Weidebach menemukan 5 konsep dari realitas keperawatan :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Agent : bidan/perawat<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Penerima : wanita, keluarga, masyarakat<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Tujuan/goal : tujuan dari pelayanan<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">d)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Alat : metoda mencapai tujuan<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">e)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Kerangka : social dan lingkungan organisasi dan professional <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Agents Midwife<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Bidan menjadi agen bagi klien dalam mencapai tujuan. Model ini menekankan perlunya mempertimbangkan keyakinan atau teman sejawat/kolega dalam memberikan asuhan.Filosofi Weidenbach tentang asuhan kebidanan ditunjukan dalam uraian mengenai tujuan pokok maternity-nursing yang tidak hanya memenuhi kebutuhan ibu dan bayi namun meluas hingga pemenuhan kebutuhan ibu dan ayah dalam mengembangkan kekuatan dari dalam degan penuh percaya diri dalam rangka mempersiapkan dan mencapai peran mereka sebagai orang tua.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Recipient<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Penerimaan asuhan<span style=""> </span>adalah wanita dalam masa reproduks,i keluarganya dan masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan muncul karena adanya kondisi tertentu, mis : kehamilan, persalinan, nifas dan sebagainya. Recipient menurut Weidenbach adalah “individu yang mampu menentukan kebutuhannya akan bantuan (a need for help). Bidan perlu melakukan tindakan/intervensi hanya bila terdapat kendala yang menyebabkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan secara memuaskan.”<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Goal/purpose<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menetukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka aru dapat diperkrakan goal/tujuan yang akan dicapai dengan pertimbangkan tingkah laku fisik, emosional, atau fiiologikal yang berbeda dari kebutuhan normal. <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">d)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Means<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Metode untuk capai asuhan kebidanan ada 4 tahap :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Identifikasi kebutuhan klien (<i style="">identification)</i>, memerlukan ketermpilan dan ide.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Memberikan dukungan dalam capai pertolongan yang dibutuhkan <i style="">(ministrasion)</i><o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Memberikan banutuan sesuai kebutuhan <i style="">(validation)</i><o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk berikan bantuan <i style="">(coordination)</i><o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">5)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">The frame walk </span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">meliputi lingkungan social, organisasi, dan profesi.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 108pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teori Ela Joy Lehman<o:p></o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Telah di lakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan antenatal. Robin,dkk 1983 dan Robinson 1985 mempelajari peran bidan dalam memberi informasi yang komprehensif dan memberikan nasehat dalam pelayanan kebidananseperti waktu pemeriksaan perut dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan mereka belajar sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya memberi asuhan ibu bersalin. Macintyre (1980) dalam observasinya menemukan perbedaan antara rethorik resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang impersonal yag dialami oleh ibu diklinik spesialis. Lehreman mengidentifikasi konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang akan diberikan.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Lerhman mempelajari pelayanan yang diberikan oleh bidan di klinik yang di pimpin oleh bidan di Amerika. Lerhman menemukan adanya delapan konsep dari falsafah yang menggaris bawahi pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan di Amerika yaitu : <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Asuhan yang berkesinambungan (continuity care )<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Asuhan yang berpusat pada keluarga (family centered care )<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Penyuluhan dan konseling sebagai bagian dari asuhan <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Asuhan yang bersifat non-intervensi <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">5)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Fleksibel /keluwesan dalam memberikan asuhan <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">6)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Asuhan yang partisipasif <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">7)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Pembelaan / advokasi konsumen <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">8)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Waktu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Asuhan yang partisipasif dalam konteks pelayanan kebidanan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">UK</st1:country-region></st1:place> dibahaskan sebagai pilihan dan kontrol dari si wanita yang dilayani (choise and control on the part of the woman ). Hal ini dimaksudkan sebagai pengkajian dan merencanakan program <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Morten, dkk (1991) mengidentifkasikan 3 komponen tambahan di samping ke-8 konsep yang ditemukan oleh lehrman. Ke-3 komponen tambahan yang dimaksud adalah :<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teknik Terapeutik<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teknik terapeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau mendorong pertumbuhan dan penyembuhan. Hal ini diukur dengan indikator: mendengarkan secara aktif, penyelidikan, klarifikasi,humor, sikap tidak menghakimi, mendorong, fasilitas / mempermudah dan memberikan permisi/izin.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Pemberdayaan (empowerment)<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Pemberdayaan adalah suatu proses memberipower kekuatan dan penguatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatan akan meningkatkan energi dan sumber dari dalam diri klien.indikatornya antara lain : penguatan/penegasan (affirmation), memvalidasi, meyakinkan kembali, dukungan (support).<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri keterbukaan (self of opennes), saling menghargai di antara bidan dan klien, indikator hubungan lateral adalah : kesejajaran, empati, berbagi pengalaman /perasaan.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 58.5pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Lehrman dan Morten, et.al., memberikan suatu model praktik kebidanan yang secara jelas menunjukan area praktik kebidanan.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Teori Jean Ball<o:p></o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Jean ball adalah seorang midwife dari british yng telah melakukan risetnya scara intensif terhadap kebutuhan wanita pada masa post natal, dan konsekuensinya bagi wanita yang mendapat asuhan dari berbagai unit pelayanan. Dalam bukunya <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">“Reaction to motherhood”(1987) ia menjelaskan tujuan asuhan post natal yang sekaligus juga menjadi filosofi<span style=""> </span>Jean Ball tentang post natal care sebagai berikut: <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">“membantu seorang wanita agar berhasil menjadi ibu, dan keberhasilan ini tidak hanya melibatkan proses fisiologi saja tapi juga psikologis dan emosional yang motivasi keinginan untuk menjadi orang tua serta pencapaiannya.”<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style=""> </span>Ia menyatak bahwa dalam praktik diberbagai institusi, jenis pelayanan yang diberikn mungkin lebih dekat ke model obstetric/medical dimana interst terhadap post natal care minimal,karena kelahiran sudah tercapai. Bila menggunakan pendekatan midwife,maka kehamilan dan postnatal dianggap sebagai<span style=""> </span>saat adopsi terhadap peran baru yaitu menjadi ibu. Ball mengungkapkan hipotesisnya: <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">“respon emosinal terhadap perubahan setelah melahirkan akan dipengaruhi oleh personality/kepribadian dan dukungan yang diterima dari system support keluarga dan sosial.cara asuhan yang diberikan oleh bidan selama postnatal akan mempengaruhi proses emosional wanita terhadap perubahan setelah kelahiran.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style=""> </span>Kesejahteraan wanita setelah melahirkan sangat bergantung pada personality atau kepribadian wantita itu sendiri, support system dukungan pribadi dan support yang diberikan oleh pelayanan maternitas. Ball mengemukakan teori kursi goyang/deck chair dimana:<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Dasar kursi dibentuk oleh pelayanan kebidanan yang berpijak pada pandangan masyarakat tentang keluarga.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Topangan kanan kiri adalah kepribadian wanita, pengalaman hidup <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Topangan tengah (yang menyangga kursi dari belakang kanan-kiri )\<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Adalah keluarga dan support system <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Tempat duduk menggambarkan kesejahteraan maternal, yang tergantung pada efektifitas elemen-elemen sebagai berikut.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Jika deck chair tidak ditegakkan dengan benar, maka ia akan kolaps/jatuh saat diduduki <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Jika kursi tidak di letakkan pada lantai yang kuat maka kursi akan jatuh <o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Jika bagian-bagiannya tidak cocok satu sama lain mungkin dapat saja menyangga, namun yang menduduki tidak </span><span style="font-family: "Times New Roman";">nyaman dan mengalami ketegangan.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Semakin banyak faktor yang dinilai baik, semakin tinggi tingkat kesejahteraan emosional,demikian pula sebaliknya.namun karena faktor-faktor tersebut saling berinteraksi,maka penilaian yang<span style=""> </span>buruk pada faktor tertentu dapat diseimbangakan dengan penilaian yang baik pada faktor ain, sehingga potensial outcame emosional dapat diperbaiki.<o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 60pt; text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";">KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN<o:p></o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p style="text-indent: 18pt;">Model Konseptual kebidanan bermanfaat sebagai suatu bentuk pedoman atau acuan untuk memberikan asuhan kebidanan.<br />Praktik Kebidanan banyak dipengaruhi oleh Teori dan Model. Pada Bagian ini akan diuraikan beberpa model yang berpengaruh dalam praktik kebidanan.</p> <p style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b style="">Model Medikal<o:p></o:p></b></p> <p style="margin-left: 36pt; text-indent: 18pt;">Model Medikal merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat dan sakit dalam arti kesehatan. Model ini lebih banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan lebih berfokus pada proses penyakit dan mengobati ketidaksempurnaan.<br />Yang Tercakup dalam model medical adalah :<br />a). Berorientasi pada penyakit<br />b). Menganggap bahwa akal/pikiran dan badan terpisah<br />c). Manusia menguasai alam<br />d). Yang tidak biasa menjadi menarik<br />e). Informasi yang terbatas pada klien<br />f). Pasien berperan pasif<br />g). Dokter yang menentukan<br />h). Tingginya teknologi menaikkan prestise<br />i). Prioritas kesehatan individu dari pada kesehatan komunitas<br />j). Penyakit dan kesehatan adalah domain dokter<br />k). Pemahaman manusia berdasarkan mekanik dan bioengineering. Model medical ini kurang cocok untuk praktik kebidanan karena terllau berorintasi apda penyakit dan tidak memberi kesempatan klien untuk menentukan nasibnya sendiri. Walaupun demikian kenyataannya masih banyak yang terpengaruh pada model medical ini.<br />Berikut ini akan diberikan gambaran bagaimana perbedaan pandangan mengenai kehamilan sesuai model medical.</p> <p style="margin-left: 36pt;">Model Medical<br />a). Normal dalam perspektif<br />b). Kasus tidak biasa menjadi menarik<br />c). Dokter bertanggung Jawab<br />d). Informasi terbatas<br />e). OutCome yang diharapkan : “Ibu dan bayi hidup dan Sehat”</p> <p style="margin-left: 36pt;">Falsafah kebidanan terhadap Kehamilan Hal Fisiologis<br />Normal dalam antisipasi<br />a). Setiap Persalinan Peristiwa Unik<br />b). Wanita dan keluarga membuat keputusan<br />c). Informasi diberikan tidak terbatas<br />d). Outcome yang diharapkan : “Ibu dan bayi yang hidup dan sehat dan kepuasan akan kebutuhan individu”</p> <p style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b style="">Paradigma Sehat<o:p></o:p></b></p> <p style="margin-left: 36pt; text-indent: 18pt;">Derajat kesehatan di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> masih rendah, hal ini menuntut adanya upaya untuk menurunkannya. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan, pemerintah membuat satu model dalam pembangunan kesehatan yaitu PARADIGMA SEHAT. Paradigma Sehat ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr.F.A Moeloek (<st1:place st="on"><st1:city st="on">Menkes</st1:City> <st1:state st="on">RI</st1:State></st1:place>) Pada Rapat Sidang DPR Komisi VI pada Tangal 15 september 1998.</p> <p style="margin-left: 36pt; text-indent: 18pt;">Paradigma Sehat adalah Cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhidengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.<br />Secara MAKRO dengan adanya Paradigma sehat berarti Pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan.<br />Secara MIKRO dengan adanya Paradigma sehat maka Pembangunan kesehatan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif.<br />Paradigma Sehat ini sangat penting karena :<br />a). Paradigma sehat merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara proaktif.<br />b). Mendorong masyarakat menjadi mandiri.<br />c). Menyadarkan masyarakat pada pentingnya yang promotif dan preventif.</p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 36pt; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Paradigma Sehat ini merupakan model dalam pembangunan kesehatan tetapi juga dijadikan model dalam Asuhan Kebidanan, hal ini karena :<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">a) . Dengan Paradigma sehat akan merubah cara pandang masyarakat tentang kesehatan termasuk kesehatan reproduksi, dan mendorong masyarakat menjadi mandiri dan sadar akan pentingnya upaya promotif dan preventif.<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">b). Mengingat paradigma sehat merupakan upaya untuk menurunkan derajat kesehatan di Indonesia yang utamanya dinilai dari AKI dan AKB, maka Bidan sebagai bagian dari tenaga yang turut bertanggung jawab terhadap menurunnya AKI dan AKB perlu menjadikan paradigma sehat sebagai model.<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">c). Paradigma Sehat merupakan suatu gerakan nasional sehingga Bidan pun harus menjadikan paradigma sehat sebagai model atau acuan.<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Paradigma sehat dikatakan sebagai suatu perubahan sikap, orientasi atau MindSet, Beberapa pandangan yang berubah menjadi Paradigma Sehat, yaitu :<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">a). Kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat pasif dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan bersifat aktif karena merupakan keperluan dan bagian dari HAM<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">b). Kesehatan sebagai konsumtif dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan merupakan suatu investasi karena menjamin adanya SDM yang berproduktif secara sosial dan ekonomi <o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">c). Kesehatan hanya bersifat penanggulangan jangka pendek dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan bagian upaya pengembangan SDM berjangka panjang<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">d). Pelayanan kesehatan bukan hanya pelayanan medis dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan pelayanan kesehatan paripurna, dengan memandang manusia sebagai manusia seutuhnya<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">e). Pelayanan kesehatan terpecah-pecah dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan terpadu<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">f). Kesehatan hanya jasmani /fisik dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan mencakup mental dan sosial<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">g). Fokus pada penyakit dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan tergantung segmen/permintaan pasar<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">h). Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat umum dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan tanggung jawab juga masyarakat swasta (private)<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">i). Kesehatan merupakan urusan pemerintah dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan juga menjadi urusan swasta<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">j). Biaya kesehatan publik subsidi pemerintah dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan ditanggung bersama pengguna jasa<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">k). Pembayaran biaya setelah pelayanan dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan dapat dibiaya dimuka (JPKM)<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">l). Kesehatan berfungsi sosial dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan juga berfungsi ekonomi<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">m). Pengaturan secara sentralis dirubah menjadi pandangan bahwa pengaturan desentralisasi<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">n). Pengaturan secara top down dirubah menjadi pandangan bahwa pengaturan bottom up<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">o). Birokratis dirubah menjadi enterpreuner<o:p></o:p></span></p> <p class="NoSpacing" style="margin-left: 49.5pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">q). Masyarakat dubutuhkan Peran sertanya, dirubah menjadi pandangan bahwa Kesehatan Kemitraan<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><b style="">3. <span style=""> </span>Midwifery Care<o:p></o:p></b></p> <p style="margin-left: 36pt; text-indent: 22.5pt;">CARE dalam bahasa Inggris mempunyai arti Memelihara, Mengawasi, memperhatikan dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan kebidanan care disebut sebagai ASUHAN.<br />Bidan dalam memegang Prinsip Midwifery Care yaitu :<br />a). Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik, psikis dan lingkungan kultur sosial<br />b). Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi<br />c). Mendukung dan Meningkatkan persalinan alami<br />d). Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan seni<br />e). Wanita punya kekuasaan yaitu berdasarkan tanggungjawab bersama untuk suatu<span style=""> </span>pengambilan keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atau keputusan terakhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya<br />f). Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik<br />g). <st1:place st="on"><st1:placename st="on">Berprinsip</st1:PlaceName> <st1:placename st="on">Women</st1:PlaceName> <st1:placetype st="on">Center</st1:PlaceType></st1:place> Care</p> <p style="margin-left: 36pt;">Women Centre Care<br />Yang dimaksud dengan Women Centre Care adalah Asuhan yang berorientasi pada Wanita”. Dalam Hal ini Bidan difokuskan memberikan dukungan pada wanita dalam upaya memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan dirinya.<br />Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh suatu badan yaitu House of Commons Health Committee tahun 1992, disimpulkan bahwa terdapat permintaan yang meluas pada kaum wanita untuk memiliki pilihan yang lebih besar dalam menentukan jenis asuhan maternitas yang mereka dapatkan dan bahwa struktur pelayanan maternitas saat ini membuat mereka frustasi bukan memfasilitasi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya asuhan yang berorientasi pada wanita dimana mereka punya peran dalam menentukan pilihan sehingga terpenihi kebutuhannya dan timbul kepuasaan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Asuhan yang berorintasi pada wanita atau Women Centre Care amat penting untuk kemajuan Praktik kebidanan.<br /><st1:place st="on"><st1:placename st="on">Women</st1:PlaceName> <st1:placetype st="on">Center</st1:PlaceType></st1:place> Care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International Confederation Of Midwifery) yang tertuang dalam VISI nya, yaitu :<br />a). Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan askeb<br />b). Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita dan keluarga<br />c.) Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita dan keluarga<br />d). Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan harapan wanita</p> <p style="margin-left: 36pt;"><br />Untuk dapat memberikan Care atau Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus menerapkan hal-hal berikut ini :<br />a). Lakukan Intervensi Minimal<br />b). Memberikan asuhan yang komprehensif<br />c). Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan<br />d). Melakukan segala tindakan yang Sesuai dengan standar, wewenang, otonomi dan kompetensi<br />e). Memberikan Informed Content<br />f). Memberikan asuhan yang Aman, nyaman, logis dan berkualitas<br />g). Menerapkan Asuhan Sayang Ibu</p> <p style="margin-left: 36pt;">Yang dimaksud Asuhan sayang ibu ini adalah :<br />a). Asuhan yang tidak menimbulkan penderitaan bagi ibu<br />b). Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan<br />c). Asuhan yang berorientasi dengan kebutuhan</p> <p class="ListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";">http//ifamidwife.wordpress.com/2007/11/09/model-dalam-asuhan-kebidanan<b style=""><o:p></o:p></b></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";">Hidayat Asri,dkk. 2008. <i style="">Catatan Kuliah Konsep Kebidanan </i>plus materi Bidan Delima, Mitra Cendikia Press: <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place><o:p></o:p></span></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style=""></span></span><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span><b style=""><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p><br /><br /><br /> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="ListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 16pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></b></p>Intan_PShttp://www.blogger.com/profile/00797205357300480823noreply@blogger.com1