Jumat, 30 September 2011

NORPLANT Sinonim : Alat kontrasepsi bawah kuliat (AKBK), Implant, KB susuk. Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung lenovorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan di bawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonrogestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgesrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgesrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau pil kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif. Mekanisme kerja 1. Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma. 2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote. 3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi. Efek kontraseptif Norplant yang merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut di atas. Daya guna norplant cukup tinggi. Kepustakaan melaporkan kegagalan norplant antara 0,3 – 0,5 per seratus tahun wanita. Kelebihan norplant antara lain adalah cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikkan tekanan darah, risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita dapat menjadi hamil kembali. Efek samping Norplant antara lain adalah gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah (metrorrhagia), amenorea; mual-mual, anoreksi, pening, sakit kepala, kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan, timbulnya akne, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB. Indikasi 1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR. 2. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen. Kontraindikasi 1. Kehamilan atau disangka hamil, 2. Penderita penyakit hati, 3. Kanker payudara, 4. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis), 5. Varikosis, 6. Riwayat kehamilan ektopik, 7. Diabetes mellitus, 8. Kelainan kardiovaskular. Waktu pemasangan Waktu yang paling baik untuk oemasangan Norplant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. Keenam kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel ditanamkan pada lengan kiri atas (atau pada lengan kanan atas akseptor yang kidal) lebih kurang 6 – 10 cm dari lipatan siku. Pengangkatan / ekstraksi Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi : 1. Atas permintaan akseptor (umpama mau hamil lagi), 2. Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa, 3. Sudah habis masa pakainya, 4. Terjadi kehamilan. SUMBER DATA : ILMU KANDUNGAN, P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008 KONTRASEPSI IMPLAN Profil • Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon. • Nyaman. • Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi. • Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan. • Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut. • Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea. • Aman dipakai pada masa laktasi. Jenis • Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. • Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. • Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Cara Kerja • Lendir serviks menjadi kental. • Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. • Mengurangi transportasi sperma. • Menekan ovulasi. Efektivitas Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan). Keuntungan Kontrasepsi • Daya guna tinggi. • Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun). • Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan. • Tidak memerlukan pemeriksaan dalam. • Bebas dari pengaruh estrogen. • Tidak mengganggu kegiatan bersenggama. • Tidak mengganggu ASI. • Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. • Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan Nonkontrasepsi • Mengurangi nyeri haid. • Mengurangi jumlah darah haid. • Mengurangi / memperbaiki anemia. • Melindungi terjadinya kanker endometrium. • Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara. • Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggung. • Menurunkan angka kejadian endometriosis. Keterbatasan Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti : • Nyeri kepala. • Peningkatan / penurunan berat badan. • Nyeri payudara. • Perasaan mual. • Pening / pusing kepala. • Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness). • Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan. • Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS. • Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan. • Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat). • Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun). Yang Boleh Menggunakan Implan • Usia reproduksi. • Telah memiliki anak ataupun yang belum. • Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang. • Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi. • Pascapersalinan dan tidak menyusui. • Pascakeguguran. • Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi. • Riwayat kehamilan ektopik. • Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell). • Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. • Sering lupa menggunakan pil. Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan • Hamil atau diduga hamil. • Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. • Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara. • Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi. • Miom uterus dan kanker payudara. • Gangguan oleransi glukosa. Waktu Mulai Menggunakan Implan • Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan. • Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. • Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. • Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain. • Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. • Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar. • Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat diberikan pada saat jadual kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain. • Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya. • Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien juga jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut. • Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan.

Kamis, 22 September 2011

ANEMIA DALAM KEHAMILAN A. PENGERTIAN ANEMIA Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006). Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005). Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2002). B. ETIOLOGI TERJADINYA ANEMIA Menurut Mochtar (1998), disebutkan bahwa penyebab terjadinya anemia adalah : 1. Kurang Gizi (Mal Nutrisi) Disebabkan karena kurang nutrisi kemungkinan menderita anemia. 2. Kurang Zat Besi Dalam Diet Diet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat membuka kemungkinan menderita anemia karena diet. 3. Mal Absorbsi Penderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita anemia. Bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup. 4. Kehilangan banyak darah : persalinan yang lalu, dan lain-lain Semakin sering seorang anemia mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamian akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. 5. Penyakit-Penyakit Kronis Penyakit-penyakit kronis seperti : TBC Paru, Cacing usus, dan Malaria dapat menyebabkan anemia. C. TANDA DAN GEJALA ANEMIA 1. Gejala Yang Sering Terjadi Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya gejala kapasitas oksigen. Banyak pasien asimtomatik, bahkan dengan anemia derajat sedang. 2. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati genetik. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan umum : Takikardi, takipnea, dan tekanan nadi yang melebar merupakan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik. Gambaran fisik lain yang menyertai anemia berat meliputi kardiomegali, bising, hepatomegali dan splenomegali. 4. Tes Laboratorium Hitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan praktis maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau 11,00 gr% dan hemotokrit < 30,00-33,00%. Asupan darah tepi memberikan evaluasi morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan kekuatan trombosit (Taber, 1994). D. PATOFISIOLOGI Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia. Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia. Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006). E. KLASIFIKASI DERAJAT ANEMIA Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) : 1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr% 2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr% 3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr% 4. Berat Hb < 6,00 gr% F. KLASIFIKASI ANEMIA Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi : 1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%) Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. 2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%) Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. 3. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%) Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. 4. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%) Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria. 5. Anemia Lain 6. Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah : • Tidak anemia : Hb 11,00 gr% • Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr% • Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr% • Anemia berat : Hb < 7,00 gr% G. ANEMIA PADA WANITA HAMIL Selama kehamilan seorang wanita mengalami peningkatan plasma darah sampai 30%, sel darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi 10% – 20% Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. H. PENYEBAB ANEMIA PADA KEHAMILAN 1. Anemia pada Kehamilan disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. 2. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil 3. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan 4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi. I. KOMPLIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin, sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut : 1. Bahaya Pada Trimester I Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital, abortus / keguguran. 2. Bahaya Pada Trimester II Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu. 3. Bahaya Saat Persalinan Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008). J. KEBUTUHAN TABLET BESI PADA KEHAMILAN Kebutuhan tablet besi pada kehamilan menurut Jordan (2003), dijelaskan bahwa : Pada kehamilan dengan janin tunggal kebutuhan zat besi terdiri dari : 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah, 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya, 150-200 mg untuk kehilangan eksternal, 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta, 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan. Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 440-1050 mg dan 580-1340 mg dimana kebutuhan tersebut akan hilang 200 mg (Walsh V, 2007) melalui ekskresi kulit, usus, urinarius. Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 30,00-40,00 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan pada trimester terakhir, yaitu rata-rata 50,00 mg / hari pada akhir kehamilan menjadi 60,00 mg / hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar 6,00 sampai 9,00 mg / hari, ketersediaan ini bergantung pada cakupan diet. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorbsi. K. PENATALAKSANAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut : 1. Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu pencegahan anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari, selain itu wanita dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah oral (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC. 2. Anemia Megaloblastik Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg / hari, sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah tranfusi darah. 4. Anemia Hemolitik Pengobatan adalah tranfusi darah. 5. Anemia Lain Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi.